Senin, 24 November 2014

KEBUDAYAAN AGAMA ISLAM

Nov 10 KEBUDAYAAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM SEPERTI DILUKISKAN QUR'AN Dua kebudayaan: Islam dan Barat MUHAMMAD telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan. Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-metoda ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio, - dan dalam hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah karena cara pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain sebenarnya prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain saling bertolak belakang. Pertentangan gereja dan negara Timbulnya pertentangan ini ialah karena alasan-alasan sejarah, seperti sudah kita singgung dalam prakata dan kata pengantar cetakan kedua buku ini. Pertentangan di Barat antara kekuasaan agama dan kekuasaan temporal1 sebagai bangsa yang menganut agama Kristen atau dengan bahasa sekarang antara gereja dengan negara menyebabkan keduanya itu harus berpisah, dan kekuasaan negara harus ditegakkan untuk tidak mengakui kekuasaan gereja. Adanya konflik kekuasaan itu ada juga pengaruhnya dalam pemikiran Barat secara keseluruhan. Akibat pertama dari pengaruh itu ialah adanya permisahan antara perasaan manusia dengar pikiran manusia, antara pemikiran metafisik dengan ketentuan-ketentuan ilmu positif (knowledge of reality) yang berlandaskan tinjauan materialisma. Kemenangan pikiran materialisma ini besar sekali pengaruhnya terhadap lahirnya suatu sistem ekonomi yang telah menjadi dasar utama kebudayaan Barat. Sistem ekonomi dasar kebudayaan Barat Sebagai akibatnya, di Barat telah timbul pula aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada di muka bumi ini tunduk kepada kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang rang ingin menempatkan sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, f1lsafat, cara berpikir dan pengetahuannya - dalam segala pasang surutnya pada berbagai bangsa - dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas hanya pada sejarah dan penulisannya, bahkan beberapa aliran filsafat Barat telah pula membuat pola-pola etik atas dasar kemanfaatan materi ini semata-mata. Sungguh pun aliran-aliran demikian ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya yang besar sekali, namun perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya pada batas-batas keuntungan materi yang secara kolektif dibuat oleh pola-pola etik itu secara keseluruhan. Dan dari segi pembahasan ilmiah hal ini sudah merupakan suatu keharusan yang sangat mendesak. Sebaliknya mengenai masalah rohani, masalah spiritual, dalam pandangan kebudayaan Barat ini adalah masalah pribadi semata, orang tidak perlu memberikan perhatian bersama untuk itu. Oleh karenanya membiarkan masalah kepercayaan ini secara bebas di Barat merupakan suatu hal yang diagungkan sekali, melebihi kebebasan dalam soal etik. Sudah begitu rupa mereka mengagungkan masalah kebebasan etik itu demi kebebasan ekonomi yang sudah sama sekali terikat oleh undang-undang. Undang-undang ini akan dilaksanakan oleh tentara atau oleh negara dengan segala kekuatan yang ada. Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia Kebudayaan yang hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik didasarkan pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak akan mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya adalah sekerat roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing dan bertengkar untuk itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya, maka akan selalu kita masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik memperoleh sekerat roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama lain akan selalu melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik yang tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan menjadi pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma, cinta kasih dan persaudaraan akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak dapat dipegang lagi. Apa yang terjadi dalam dunia dewasa ini ialah bukti yang paling nyata atas apa yang saya sebutkan itu. Persaingan dan pertentangan ialah gejala pertama dalam sistem ekonomi, dan itu pula gejala pertamanya dalam kebudayaan Barat, baik dalam paham yang individualistis, maupun sosialistis sama saja adanya. Dalam paham individualisma, buruh bersaing dengan buruh, pemilik modal dengan pemilik modal. Buruh dengan pemilik modal ialah dua lawan yang saling bersaing. Pendukung-pendukung paham ini berpendapat bahwa persaingan dan pertentangan ini akan membawa kebaikan dan kemajuan kepada umat manusia. Menurut mereka ini merupakan perangsang supaya bekerja lebih tekun dan perangsang untuk pembagian kerja, dan akan menjadi neraca yang adil dalam membagi kekayaan. Sebaliknya paham sosialisma yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu keharusan alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok kehidupan, selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa juga wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah konsepsi nasionalisma itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20 ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti, bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar kebudayaan yang semacam ini hanya dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya dalam cita-cita yang manis bermadu, tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu fatamorgana yang kosong belaka. Dasar kebudayaan Islam Kebudayaan Islam lahir atas dasar yang bertolak belakang dengan dasar kebudayaan Barat. Ia lahir atas dasar rohani yang mengajak manusia supaya pertama sekali dapat menyadari hubungannya dengan alam dan tempatnya dalam alam ini dengan sebaik-baiknya. Kalau kesadaran demikian ini sudah sampai ke batas iman, maka imannya itu mengajaknya supaya ia tetap terus-menerus mendidik dan melatih diri, membersihkan hatinya selalu, mengisi jantung dan pikirannya dengan prinsip-prinsip yang lebih luhur - prinsip-prinsip harga diri, persaudaraan, cinta kasih, kebaikan dan berbakti. Atas dasar prinsip-prinsip inilah manusia hendaknya menyusun kehidupan ekonominya. Cara bertahap demikian ini adalah dasar kebudayaan Islam, seperti wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad, yakni mula-mula kebudayaan rohani, dan sistem kerohanian disini ialah dasar sistem pendidikan serta dasar pola-pola etik (akhlak). Dan prinsip-prinsip etik ini ialah dasar sistem ekonominya. Tidak dapat dibenarkan tentunya dengan cara apa pun mengorbankan prinsip-prinsip etik ini untuk kepentingan sistem ekonomi tadi. Tanggapan Islam tentang kebudayaan demikian ini menurut hemat saya ialah tanggapan yang sesuai dengan kodrat manusia, yang akan menjamin kebahagiaan baginya. Kalau ini yang ditanamkan dalam jiwa kita dan kehidupan seperti dalam kebudayaan Barat itu kesana pula jalannya, niscaya corak umat manusia itu akan berubah, prinsip-prinsip yang selama ini menjadi pegangan orang akan runtuh, dan sebagai gantinya akan timbul prinsip-prinsip yang lebih luhur, yang akan dapat mengobati krisis dunia kita sekarang ini sesuai dengan tuntunannya yang lebih cemerlang. Sekarang orang di Barat dan di Timur berusaha hendak mengatasi krisis ini, tanpa mereka sadari - dan kaum Muslimin sendiri pun tidak pula menyadari - bahwa Islam dapat menjamin mengatasinya. Orang-orang di Barat dewasa ini sedang mencari suatu pegangan rohani yang baru, yang akan dapat menanting mereka dari paganisma yang sedang menjerumuskan mereka; dan sebab timbulnya penderitaan mereka itu, penyakit yang menancapkan mereka ke dalam kancah peperangan antara sesama mereka, ialah mammonisma - penyembahan kepada harta. Orang-orang Barat mencari pegangan baru itu didalam beberapa ajaran di India dan di Timur Jauh; padahal itu akan dapat mereka peroleh tidak jauh dari mereka, akan mereka dapati itu sudah ada ketentuannya didalam Qu'ran, sudah dilukiskan dengan indah sekali dengan teladan yang sangat baik diberikan oleh Nabi kepada manusia selama masa hidupnya. Bukan maksud saya hendak melukiskan kebudayaan Islam dengan segala ketentuannya itu disini. Lukisan demikian menghendaki suatu pembahasan yang mendalam, yang akan meminta tempat sebesar buku ini atau lebih besar lagi. Akan tetapi - setelah dasar rohani yang menjadi landasannya itu saya singgung seperlunya - lukisan kebudayaan itu disini ingin saya simpulkan, kalau-kalau dengan demikian ajaran Islam dalam keseluruhannya dapat pula saya gambarkan dan dengan penggambaran itu saya akan merambah jalan ke arah pembahasan yang lebih dalam lagi. Dan sebelum melangkah ke arah itu kiranya akan ada baiknya juga saya memberi sekadar isyarat, bahwa sebenarnya dalam sejarah Islam memang tak ada pertentangan antara kekuasaan agama (theokrasi) dengan kekuasaan temporal, yakni antara gereja dengan negara. Hal ini dapat menyelamatkan Islam dari pertentangan yang telah ditinggalkan Barat dalam pikiran dan dalam haluan sejarahnya. Dalam Islam tak ada pertentangan agama dengan negara Islam dapat diselamatkan dari pertentangan serta segala pengaruhnya itu, sebabnya ialah karena Islam tidak kenal apa yang namanya gereja itu atau kekuasaan agama seperti yang dikenal oleh agama Kristen. Belum ada orang di kalangan Muslimin - sekalipun ia seorang khalifah - yang akan mengharuskan sesuatu perintah kepada orang, atas nama agama, dan akan mendakwakan dirinya mampu memberi pengampunan dosa kepada siapa saja yang melanggar perintah itu. Juga belum ada di kalangan Muslimin - sekalipun ia seorang khalifah - yang akan mengharuskan sesuatu kepada orang selain yang sudah ditentukan Tuhan di dalam Qur'an. Bahkan semua orarg Islam sama di hadapan Tuhan. Yang seorang tidak lebih mulia dari yang lain, kecuali tergantung kepada takwanya - kepada baktinya. Seorang penguasa tidak dapat menuntut kesetiaan seorang Muslim apabila dia sendiri melakukan perbuatan dosa dan melanggar penntah Tuhan. Atau seperti kata Abu Bakr ash-Shiddiq kepada kaum Muslimin dalam pidato pelantikannya sebagai Khalifah "Taatilah saya selama saya taat kepada (perintah) Allah dan RasulNya. Tetapi apabila saya melanggar (perintah) Allah dan Rasul maka gugurkanlah kesetiaanmu kepada saya." Kendatipun pemerintahan dalam Islam sesudah itu kemudian dipegang oleh seorang raja tirani, kendatipun di kalangan Muslimin pernah timbul perang saudara, namun kaum Muslimin tetap berpegang kepada kebebasan pribadi yang besar itu, yang sudah ditentukan oleh agama, kebebasan yang sampai menempatkan akal sebagai patokan dalam segala hal, bahkan dijadikan patokan didalam agama dan iman sekalipun. Kebebasan ini tetap mereka pegang sekalipun sampai pada waktu datangnya penguasa-penguasa orang-orang Islam yang mendakwakan diri sebagai pengganti Tuhan di muka bumi ini - bukan lagi sebagai pengganti Rasulullah. Padahal segala persoalan Muslimin sudah mereka kuasai belaka, sampai-sampai ke soal hidup dan matinya. Sebagai bukti misalnya apa yang sudah terjadi pada masa Ma'mun, tatkala orang berselisih mengenai Qur'an: makhluk atau bukan makhluk - yang diciptakan atau bukan diciptakan! Banyak sekali orang yang menentang pendapat Khalifah waktu itu, padahal mereka mengetahui akibat apa yang akan mereka terima jika berani menentangnya. Dalam segala hal akallah patokan dalam Islam Dalam segala hal akal pikiran oleh Islam telah dijadikan patokan. Juga dalam hal agama dan iman ia dijadikan patokan. Dalam firman Tuhan: "Perumpamaan orang-orang yang tidak beriman ialah seperti (gembala) yang meneriakkan (ternaknya) yang tidak mendengar selain suara panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, sebab mereka tidak menggunakan akal pikiran." (Qur'an, 2: 171) Oleh Syaikh Muhammad Abduh ditafsirkan, dengan mengatakan: "Ayat ini jelas sekali menyebutkan, bahwa taklid (menerima begitu saja) tanpa pertimbangan akal pikiran atau suatu pedoman ialah bawaan orang-orang tidak beriman. Orang tidak bisa beriman kalau agamanya tidak disadari dengan akalnya, tidak diketahuinya sendiri sampai dapat ia yakin. Kalau orang dibesarkan dengan biasa menerima begitu saja tanpa disadari dengan akal pikirannya, maka dalam melakukan suatu perbuatan, meskipun perbuatan yang baik, tanpa diketahuinya benar, dia bukan orang beriman. Dengan beriman bukan dimaksudkan supaya orang merendah-rendahkan diri melakukan kebaikan seperti binatang yang hina, tapi yang dimaksudkan supaya orang dapat meningkatkan daya akal pikirannya, dapat meningkatkan diri dengan ilmu pengetahuan, sehingga dalam berbuat kebaikan itu benar-benar ia sadar, bahwa kebaikannya itu memang berguna, dapat diterima Tuhan. Dalam meninggalkan kejahatan pun juga dia mengerti benar bahaya dan berapa jauhnya kejahatan itu akan membawa akibat." Inilah yang dikatakan Syaikh Muhammad Abduh dalam menafsirkan ayat ini, yang di dalam Qur'an, selain ayat tersebut sudah banyak pula ayat-ayat lain yang disebutkan secara jelas sekali. Qur'an menghendaki manusia supaya merenungkan alam semesta ini, supaya mengetahui berita-berita sekitar itu, yang kelak renungan demikian itu akan mengantarkannya kepada kesadaran tentang wujud Tuhan, tentang keesaanNya, seperti dalam firman Allah: "Bahwasanya dalam penciptaan langit dan bumi, dalam pergantian malam dan siang, bahtera yang mengarungi lautan membawa apa yang berguna buat umat manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkanNya bumi yang sudah mati kering, kemudian disebarkanNya di bumi itu segala jenis hewan, pengisaran angin dan awan yang dikemudikan dari antara langit dan bumi - adalah tanda-tanda (akan keesaan dan kebesaran Tuhan) buat mereka yang menggunakan akal pikiran." (Qur'an, 2: 164) " Dan sebagai suatu tanda buat mereka, ialah bumi yang mati kering. Kami hidupkan kembali dan Kami keluarkan dari sana benih yang sebagian dapat dimakan. Disana Kami adakan kebun-kebun kurma dan palm dan anggur dan disana pula Kami pancarkan mata air - supaya dapat mereka makan buahnya. Semua itu bukan usaha tangan mereka. Kenapa mereka tidak berterima kasih. Maha Suci Yang telah menciptakan semua yang ditumbuhkan bumi berpasang-pasangan, dan dalam diri mereka sendiri serta segala apa yang tiada mereka ketahui. Juga sebagai suatu tanda buat mereka - ialah malam. Kami lepaskan siang, maka mereka pun berada dalam kegelapan. Matahari pun beredar menurut ketetapan yang sudah ditentukan. Itulah ukuran dari Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Juga bulan, sudah Kami tentukan tempat-tempatnya sampai ia kembali lagi seperti mayang yang sudah tua. Matahari tiada sepatutnya akan mengejar bulan dan malam pun tiada akan mendahului siang. Masing-masing berjalan dalam peredarannya. Juga sebagai suatu tanda buat mereka - ialah turunan mereka yang Kami angkut dalam kapal yang penuh muatan. Dan buat mereka Kami ciptakan pula yang serupa, yang dapat mereka kendarai. Kalau Kami kehendaki, Kami karamkan mereka. Tiada penolong lagi buat mereka, juga mereka tak dapat diselamatkan. Kecuali dengan rahmat dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada waktunya." (Qur'an, 36: 33-44.) Kekuatan iman Anjuran supaya memperhatikan alam ini, menggali segala ketentuan dan hukum yang ada di dalam alam ini serta menjadikannya sebagai pedoman yang akan mengantarkan kita beriman kepada Penciptanya, sudah beratus kali disebutkan dalam pelbagai Surah dalam Qur'an. Semuanya ditujukan kepada tenaga akal pikiran manusia, menyuruh manusia menilainya, merenungkannya, supaya imannya itu didasarkan kepada akal pikiran, dan keyakinan yang jelas. Qur'an mengingatkan supaya jangan menerima begitu saja apa yang ada pada nenek moyangnya, tanpa memperhatikan, tanpa meneliti lebih jauh serta dengan keyakinan pribadi akan kebenaran yang dapat dicapainya itu. Iman kepada Allah Iman demikian inilah yang dianjurkan oleh Islam. Dan ini bukan iman yang biasa disebut "iman nenek-nenek," melainkan iman intelektual yang sudah meyakinkan, yang sudah direnungkan lagi, kemudian dipikirkan matang-matang, sesudah itu, dengan renungan dan pemikirannya itu ia akan sampai kepada keyakinan tentang Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya rasa tak ada orang yang sudah dapat merenungkan dengan akal pikiran dan dengan hatinya, yang tidak akan sampai kepada iman. Setiap ia merenungkan lebih dalam, berpikir lebih lama dan berusaha menguasai ruang dan waktu ini serta kesatuan yang terkandung di dalamnya, yang tiada berkesudahan, dengan anggota-anggota alam semesta tiada terbatas, yang selalu berputar ini - sekelumit akan terasa dalam dirinya tentang anggota-anggota alam itu, yang semuanya berjalan menurut hukum yang sudah ditentukan dan dengan tujuan yang hanya diketahui oleh penciptanya. Ia pun akan merasa yakin akan kelemahan dirinya, akan pengetahuannya yang belum cukup, jika saja ia tidak segera dibantu dengan kesadarannya tentang alam ini, dibantu dengan suatu kekuatan diatas kemampuan pancaindera dan otaknya, yang akan menghubungkannya dengan seluruh anggota alam, dan yang akan membuat dia menyadari tempatnya sendiri. Dan kekuatan itu ialah iman. Jadi iman itu ialah perasaan rohani, yang dirasakan oleh manusia meliputi dirinya setiap ia mengadakan komunikasi dengan alam dan hanyut kedalam ketak-terbatasan ruang dan waktu. Semua makhluk alam ini akan terjelma dalam dirinya. Maka dilihatnya semua itu berjalan menurut hukum yang sudah ditentukan, dan dilihatnya pula sedang memuja Tuhan Maha Pencipta. Ada pun Ia menjelma dalam alam, berhubungan dengan alam, atau berdiri sendiri dan terpisah, masih merupakan suatu perdebatan spekulatif yang kosong saja. Mungkin berhasil, mungkin juga jadi sesat, mungkin menguntungkan dan mungkin juga merugikan. Disamping itu hal ini tidak pula menambah pengetahuan kita. Sudah berapa lama penulis-penulis dan failasuf-failasuf itu satu sama lain berusaha hendak mengetahui zat Maha Pencipta ini, namun usaha dan daya upaya mereka itu sia-sia. Dan ada pula yang mengakui, bahwa itu memang berada di luar jangkauan persepsinya. Kalau memang akal yang sudah tak mampu mencapai pengertian ini, maka ketidak mampuannya itu lebih-lebih lagi memperkuat keimanan kita. Perasaan kita yang meyakinkan tentang adanya Wujud Maha Tinggi, Yang Maha Mengetahui akan segalanya dan bahwa Dialah Maha Pencipta, Maha Perencana, segalanya akan kembali kepadaNya, maka keadaan semacam itu akan sudah meyakinkan kita, bahwa kita takkan mampu menjangkau zatNya betapa pun besarnya iman kita kepadaNya itu Demikian juga, kalau sampai sekarang kita tak dapat menangkap apa sebenarnya listrik itu meskipun dengan mata kita sendiri kita melihat bekasnya, begitu juga eter yang tidak kita ketahui meskipun sudah dapat ditentukan, bahwa gelombangnya itu dapat inemindahkan suara dan gambar, pengaruh dan bekasnya itu buat kita sudah cukup untuk mempercayai adanya listrik dan adanya eter. Alangkah angkuhnya kita, setiap hari kita menyaksikan keindahan dan kebesaran yang diciptakan Tuhan, kalau kita masih tidak mau percaya sebelum kita mengetahui zatNya. Tuhan Yang Maha Transenden jauh di luar jangkauan yang dapat mereka lukiskan. Kenyataan dalam hidup ialah bahwa mereka yang mencoba menggambarkan zat Tuhan Yang Maha Suci itu ialah mereka yang dengan persepsinya sudah tak berdaya mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi dalam melukiskan apa yang diatas kehidupan insan. Mereka ingin mengukur alam ini serta Pencipta alam menurut ukuran kita yang nisbi dan terbatas sekali dalam batas-batas ilmu kita yang hanya sedikit itu. Sebaliknya mereka yang sudah benar-benar mencapai ilmu, akan teringat oleh mereka firman Tuhan ini: "Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Jawablah: Ruh itu termasuk urusan Tuhan. Pengetahuan yang diberikan kepada kamu itu hanya sedikit sekali." (Qur'an, 17: 85) Iman dasar Islam Kalbu mereka sudah penuh dengan iman kepada Pencipta Ruh dan Pencipta semesta Alam ini, sesudah itu tidak perlu mereka menjerumuskan diri ke dalam perdebatan spekulatif yang kosong, yang takkan memberi hasil, takkan mencapai suatu kesimpulan. Islam yang dicapai dengan iman dan Islam yang tanpa iman oleh Qur'an dibedakan: "Orang-orang Arab badwi itu berkata: 'Kami sudah beriman.' Katakanlah 'Kamu belum beriman, tapi katakan saja: kami sudah islam.' Iman itu belum lagi masuk ke dalam hati kamu." (Qur'an, 49: 14) Contoh Islam yang demikian ini ialah yang tunduk kepada ajakan orang karena kehendaknya atau karena takut, karena kagum atau karena mengkultuskan diluar hati yang mau menurut dan memahami benar-benar akan ajaran itu sampai ke batas iman. Yang demikian ini belum mendapat petunjuk Tuhan sampai kepada iman yang seharusnya dicapai, dengan jalan merenungkan alam dan mengetahui hukum alam, dan yang dengan renungan dan pengetahuannya itu ia akan sampai kepada Penciptanya - melainkan jadi Islam karena suatu keinginan atau karena nenek-moyangnya memang sudah Islam. Oleh karenanya iman itu belum merasuk lagi kedalam hatinya, sekalipun dia sudah Islam. Manusia-manusia Muslim semacam ini ada yang hendak menipu Tuhan dan menipu orang-orang beriman, tetapi sebenarnya mereka sudah menipu diri sendiri dengan tiada mereka sadari. Dalam hati mereka sudah ada penyakit. Maka oleh Tuhan ditambah lagi penyakit mereka itu. Mereka itulah orang-orang beragama tanpa iman; islamnya hanya karena didorong oleh suatu keinginan atau karena takut, sedang jiwanya tetap kerdil, keyakinannya tetap lemah dan hatinya pun bersedia menyerah kepada kehendak manusia, menyerah kepada perintahnya. Sebaliknya mereka, yang keimanannya kepada Allah itu dengan imam yang sungguh-sungguh, diantarkan oleh akal pikiran dan oleh jantung yang hidup, dengan jalan merenungkan alam ini, mereka itulah orang yang beriman. Mereka yang akan menyerahkan persoalannya hanya kepada Tuhan, mereka itulah orang yang tidak mengenal menyerah selain kepada Allah. Dengan Islamnya itu mereka tidak memberi jasa apa-apa kepada orang. "Tetapi sebenarnya Tuhanlah yang berjasa kepada kamu, karena kamu telah dibimbingNya kepada keimanan, kalau kamu memang orang-orang yang benar." (Qur'an, 49: 17) Jadi barangsiapa menyerahkan diri patuh kepada Allah dan dalam pada itu melakukan perbuatan baik, mereka tidak perlu merasa takut, tidak usah bersedih hati. Mereka tidak takut akan menghadapi hidup miskin atau hina, sebab dengan iman itu mereka sudah sangat kaya, sangat mendapat kehormatan. Kehormatan yang ada pada Tuhan dan pada orang-orang beriman. Jiwa yang rela dan tenteram dengan imannya ini, ia merasa lega bila selalu ia berusaha hendak mengetahui rahasia-rahasia dan hukum-hukum alam, yang berarti akan menambah hubungannya dengan Tuhan. Dan langkah kearah pengetahuan ini ialah dengan jalan membahas dan merenungkan segala ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini dengan cara ilmiah seperti dianjurkan oleh Qur'an dan dipraktekkan pula sungguh-sungguh oleh kaum Muslimin dahulu, yaitu seperti cara ilmiah yang modern di Barat sekarang. Hanya saja tujuannya dalam Islam dan dalam kebudayaan Barat itu berbeda. Dalam Islam tujuannya supaya manusia membuat hukum Tuhan dalam alam ini menjadi hukumnya dan peraturannya sendiri, sementara di Barat tujuannya ialah mencari keuntungan materi dan apa yang ada dalam alam ini. Dalam Islam tujuan yang pertama sekali ialah 'irfan - mengenal Tuhan dengan baik, makin dalam 'irfan atau persepsi (pengenalan) kita makin dalam pula iman kita kepada Tuhan. Tujuan ini ialah hendak mencapai 'irfan yang baik dari segi seluruh masyarakat, bukan dari segi pribadi saja. Masalah integritas rohani bukan suatu masalah pribadi semata. Tak ada tempat buat orang mengurung diri sebagai suatu masyarakat tersendiri. Bahkan ia seharusnya menjadi dasar kebudayaan untuk masyarakat manusia sedunia - dari ujung ke ujung. Oleh karena itu seharusnya umat manusia berusaha terus demi integritas (kesempurnaan) rohani itu, yang berarti lebih besar daripada pengamatannya mengenai hakekat indera (sensibilia). Persepsi2 mengenai rahasia benda-benda dan hukum-hukum alam yang hendak mencapai integritas itu lebih besar daripada persepsi sebagai alat guna mencapai kekuasaan materi atas benda-benda itu. Dengan mencari pertolongan Tuhan sampai kepada alam Untuk mencapai integritas rohani ini tidak cukup kita bersandar hanya kepada logika kita saja, malah dengan logika itu kita harus membukakan jalan buat hati kita dan pikiran kita untuk sampai ke tingkat tertinggi. Hal ini bisa terjadi hanya jika manusia mencari pertolongan dari Tuhan, menghadapkan diri kepadaNya dengan sepenuh hati dan jiwa. Hanya kepadaNya kita menyembah dan hanya kepadaNya kita meminta pertolongan, untuk mencapai rahasia-rahasia alam dan undang-undang kehidupan ini. Inilah yang disebut hubungan dengan Tuhan, mensyukuri nikmat Tuhan, supaya bertambah kita mendapat petunjuk akan apa yang belum kita capai, seperti dalam firman Tuhan: "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakan) Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang bermohon - apabila dia bermohon kepadaKu. Maka sambutlah seruanKu dan berimanlah kepadaKu, kalau-kalau mereka terbimbing ke jalan yang lurus." (Qur'an 2: 186) Sembahyang "Dan carilah pertolongan Tuhan dengan tabah, dan dengan menjalankan sembahyang, dan sembahyang itu memang berat, kecuali bagi orang-orang yang rendah hati-kepada Tuhan. Orang-orang yang menyadari bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan dan kepadaNya mereka kembali." (Qur'an 2: 45-46) Salat ialah suatu bentuk komunikasi dengan Tuhan secara beriman serta meminta pertolongan kepadaNya. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan salat bukanlah sekadar ruku' dan sujud saja, membaca ayat-ayat Qu'ran atau mengucapkan takbir dan ta'zim demi kebesaran Tuhan tanpa mengisi jiwa dan hati sanubari dengan iman, dengan kekudusan dan keagungan Tuhan. Tetapi yang dimaksudkan dengan salat atau sembahyang ialah arti yang terkandung di dalam takbir, dalam pembacaan, dalam ruku', sujud serta segala keagungan, kekudusan dan iman itu. Jadi beribadat demikian kepada Tuhan ialah suatu ibadat yang ikhlas - demi Tuhan Cahaya langit dan bumi. "Kebaikan itu bukanlah karena kamu menghadapkan muka ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada Hari Kemudian, malaikat-malaikat, Kitab, dan para nabi serta mengeluarkan harta yang dicintainya itu untuk kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang terlantar dalam perjalanan, orang-orang yang meminta, untuk melepaskan perbudakan, mengerjakan sembahyang dan mengeluarkan zakat, kemudian orang-orang yang suka memenuhi janji bila berjanji, orang-orang yang tabah hati dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itu orang-orang yang dapat memelihara diri." (Qur'an, 2: 177) Orang mukmin yang benar-benar beriman ialah yang menghadapkan seluruh kalbunya kepada Allah ketika ia sedang sembahyang, disaksikan oleh rasa takwa kepadaNya, serta mencari pertolongan Tuhan dalam menunaikan kewajiban hidupnya. Ia mencari petunjuk, memohonkan taufik Allah dalam memahami rahasia dan hukum alam ini. Orang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah tengah ia sembahyang akan merasakannya sendiri, selalu akan merasa, dirinya adalah sesuatu yang kecil berhadapan dengan kebesaran Allah Yang Maha Agung. Apabila kita dalam pesawat terbang diatas ketinggian seribu atau beberapa ribu meter, kita melihat gunung-gunung, sungai dan kota-kota sebagai gejala-gejala kecil di atas bumi. Kita melihatnya terpampang di depan mata kita seperti jalur-jalur yang tergaris di atas sebuah peta dan seolah permukaannya sudah rata mendatar tak ada gunung atau bangunan yang lebih tinggi, tak ada ngarai, sumur atau sungai yang lebih rendah, warna-warna sambung-menyambung, saling berkait, tercampur, makin tinggi kita terbang warna-warna itu makin tercampur. Seluruh bumi kita ini tidak lebih dari sebuah planet kecil saja. Dalam alam ini terdapat ribuan tata surya dan planet-planet. Semua itu tidak lebih dari sejumlah kecil saja dalam ketakterbatasan seluruh eksistensi ini. Alangkah kecilnya kita, alangkah lemahnya kcadaan kita berhadapan dengan Pencipta dan Pengurus wujud ini. KebesaranNya diatas jangkauan pengertian kita! Dalam kita menghadapkan seluruh kalbu kita dengan penuh ikhlas kepada Kebesaran Tuhan Yang Maha Suci, kita mengharapkan pertolongan kepadaNya untuk memberikan kekuatan atas kelemahan diri kita ini, memberi petunjuk dalam mencari kebenaran - alangkah wajarnya bila kita dapat melihat persamaan semua manusia dalam kelemahannya itu, yang dalam berhadapan dengan Tuhan tak dapat ia memperkuat diri dengan harta dan kekayaan, selain dengan imannya yang teguh dan tunduk hanya kepada Allah, berbuat kebaikan dan menjaga diri. Persamaan di hadapan Tuhan Persamaan yang sesungguhnya dan sempurna ini di hadapan Tuhan tidak sama dengan persamaan yang biasa disebut-sebut dalam kebudayaan Barat waktu-waktu belakangan ini, yaitu persamaan di hadapan hukum. Sudah begitu jauh kebudayaan itu memandang persamaan, sehingga hampir-hampir pula tidak lagi diakui di depan hukum. Buat orang-orang tertentu sudah tidak berlaku lagi untuk menghormatinya. Persamaan di hadapan Tuhan, persamaan yang kenyataannya dapat kita rasakan dikala sembahyang, yang dapat kita capai dengan pandangan kita yang bebas - tidak sama dengan persamaan dalam persaingan untuk mencari kekayaan, persaingan yang membolehkan orang melakukan segala tipu-daya dan bermuka-muka, kemudian orang yang lebih pandai mengelak dan bisa main, ia akan selamat dari kekuasaan hukum. Persamaan dihadapan Allah ini menuju kepada persaudaraan yang sebenarnya, sebab semua orang dapat merasakan bahwa mereka sebenarnya bersaudara dalam berihadat kepada Allah dan hanya kepadaNya mereka beribadat. Persaudaraan demikian ini didasarkan kepada saling penghargaan yang sehat, renungan serta pandangan yang bebas seperti dianjurkan oleh Qur'an. Adakah kebebasan, persaudaraan dan persamaan yang lebih besar daripada umat ini di hadapan Allah, semua menundukkan kepala kepadaNya, bertakbir, ruku' dan bersujud. Tiada perbedaan antara satu dengan yang lain - semua mengharapkan pengampunan, bertaubat, mengharapkan pertolongan. Tak ada perantara antara mereka itu dengan Tuhan kecuali amalnya yang saleh (perbuatan baik) serta perbuatan baik yang dapat dilakukannya dan menjaga diri dari kejahatan. Persaudaraan yang demikian ini dapat membersihkan hati dari segala noda materi dan menjamin kebahagiaan manusia, juga akan mengantarkan mereka dalam memahami hukum Tuhan dalam kosmos ini, sesuai dengan petunjuk dalam cahaya Tuhan yang telah diberikan kepada mereka. Tidak semua orang sama kemampuannya dalam melakukan baktinya sebagaimana diperintahkan Allah. Adakalanya tubuh kita membebani jiwa kita, sifat materialisma kita dapat menekan sifat kemanusiaan kita, kalau kita tidak melakukan latihan rohani secara tetap, tidak menghadapkan kalbu kita kepada Allah selama dalam salat kita; dan sudah cukup hanya dengan tatatertib sembahyang, seperti ruku', sujud dan bacaan-bacaan. Oleh karena itu harus diusahakan sekuat tenaga menghentikan daya tubuh yang terlampau memberatkan jiwa, sifat materialisma yang sangat menekan sifat kemanusiaan. Untuk itu Islam telah mewajibkan puasa sebagai suatu langkah mencapai martabat kebaktian (takwa) itu seperti dalam firman Tuhan: "Orang-orang beriman! Kepadamu telah diwajibkan berpuasa, seperti yang sudah diwajibkan juga kepada mereka yang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa - memelihara diri dari kejahatan." (Qur'an, 2: 183) Bertakwa dan berbuat baik (birr) itu sama. Yang berbuat baik orang yang bertakwa dan yang berbuat baik ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab dan para nabi dan diteruskan dengan ayat yang sudah kita sebutkan. Puasa bukan suatu tekanan Kalau tujuan puasa itu supaya tubuh tidak terlampau memberatkan jiwa, sifat materialisma kita jangan terlalu menekan sifat kemanusiaan kita, orang yang menahan diri dari waktu fajar sampai malam, kemudian sesudah itu hanyut dalam berpuas-puas dalam kesenangan, berarti ia sudah mengalihkan tujuan tersebut. Tanpa puasa pun hanyut dalam memuaskan diri itu sudah sangat merusak, apalagi kalau orang berpuasa, sepanjang hari ia menahan diri dari segala makanan, minuman dan segala kesenangan, dan bilamana sudah lewat waktunya ia lalu menyerahkan diri kepada apa saja yang dikiranya di waktu siang ia tak dapat menikmatinya! Kalau begitu Tuhan jugalah yang menyaksikan, bahwa puasanya bukan untuk membersihkan diri, mempertinggi sifat kemanusiaannya, juga ia berpuasa bukan atas kehendak sendiri karena percaya, bahwa puasa itu memberi faedah kedalam rohaninya, tapi ia puasa karena menunaikan suatu kewajiban, tidak disadari oleh pikirannya sendiri perlunya puasa itu. Ia melihatnya sebagai suatu kekangan atas kebebasannya, begitu kebebasan itu berakhir pada malam harinya, begitu hanyut ia kedalam kesenangan, sebagai ganti puasa yang telah mengekangnya tadi. Orang yang melakukan ini sama seperti orang yang tidak mau mencuri, hanya karena undang-undang melarang pencurian, bukan karena jiwanya sudah cukup tinggi untuk tidak melakukan perbuatan itu dan mencegahnya atas kemauan sendiri pula. Sebenarnya tanggapan orang mengenai puasa sebagai suatu tekanan atau pencegahan dan pembatasan atas kebebasan manusia adalah suatu tanggapan yang salah samasekali, yang akhirnya akan menempatkan fungsi puasa tidak punya arti dan tidak punya tempat lagi. Puasa yang sebenarnya ialah membersihkan jiwa. Orang berpuasa diharuskan oleh pikiran kita yang timbul atas kehendak sendiri, supaya kebebasan kemauan dan kebebasan berpikirnya dapat diperoleh kembali. Apabila kedua kebebasan ini sudah diperolehnya kembali, ia dapat mengangkat ke martabat yang lebih tinggi, setingkat dengan iman yang sebenarnya kepada Allah. Inilah yang dimaksud dengan firman Tuhan - setelah menyebutkan bahwa puasa telah diwajibkan kepada orang-orang beriman seperti sudah diwajibkan juga kepada orang-orang yang sebelum mereka: "Beberapa hari sudah ditentukan. Tetapi barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau sedang dalam perjalanan, maka dapat diperhitungkan pada kesempatan lain. Dan buat orangorang yang sangat berat menjalankannya, hendaknya ia membayar fid-yah dengan memberi makan kepada orang rniskin, dan barangsiapa mau mengerjakan kebaikan atas kemauan sendiri, itu lebih baik buat dia; dan bila kamu berpuasa, itu lebih baik buat kamu, kalau kamu mengerti." (Qur'an, 2: 184) Seolah tampak aneh apa yang saya katakan itu, bahwa dengan puasa kita dapat memperoleh kembali kebebasan kemauan dan kebebasan berpikir kalau yang kita maksudkan dengan puasa dengan segala apa yang baik itu untuk kehidupan rohani kita. Ini memang tampak aneh, karena dalam bayangan kita bentuk kebebasan ini telah dirusak oleh pikiran modern, bilamana batas-batas rohani dan mental itu dihancurkan, kemudian batas-batas kebendaannya dipertahankan, yang oleh seorang prajurit dapat dilaksanakan dengan pedang undang-undang. Menurut pikiran modern, manusia tidak bebas dalam hal ia melanda harta atau pribadi orang lain. Akan tetapi ia bebas terhadap dirinya sendiri sekalipun hal ini sudah melampaui batas-batas segala yang dapat diterima akal atau dibenarkan oleh kaidah-kaidah moral. Sedang kenyataan dalam hidup bukan yang demikian. Kenyataannya ialah manusia budak kebiasaannya. Ia sudah biasa makan di waktu pagi; waktu tengah hari, waktu sore. Kalau dikatakan kepadanya: makan pagi dan sore sajalah, maka ini akan dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya. Padahal itu adalah pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya, kalau benar ungkapan demikian ini. Orang yang sudah biasa merokok sampai kebatas ia diperbudak oleh kebiasaan merokoknya itu, lalu dikatakan kepadanya: sehari ini kamu jangan merokok, maka ini dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya. Padahal sebenarnya itu tidak lebih adalah pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya. Ada lagi orang yang sudah biasa minum kopi atau teh atau minuman lain apa saja dalam waktu-waktu tertentu lalu dikatakan kepadanya: gantilah waktu-waktu itu dengan waktu yang lain, maka pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya itu dianggapnya sebagai pelanggaran atas kebebasannya. Budak kebiasaan serupa ini merusak kemauan, merusak arti yang sebenarnya dari kebebasan dalam bentuknya yang sesungguhnya. Disamping itu, ini juga merusak cara berpikir sehat, sebab dengan demikian berarti ia telah ditunjukkan oleh pengaruh hajat jasmani dari segi kebendaannya, yang sudah dibentuk oleh kebiasaan itu. Oleh karena itu banyak orang yang telah melakukan puasa dengan cara yang bermacam-macam, yang secara tekun dilakukannya dalam waktu-waktu tertentu setiap minggu atau setiap bulan. Tetapi Tuhan menghendaki yang lebih mudah buat manusia dengan diwajibkan kepada mereka berpuasa selama beberapa hari yang sudah ditentukan, supaya dalam pada itu semua sama, dengan diberikan pula kesempatan fid-yah. Mereka masing-masing yang telah dibebaskan karena dalam keadaan sakit atau sedang dalam perjalanan dapat mengganti puasanya itu pada kesempatan lain. Kewajiban berpuasa selama hari-hari yang sudah ditentukan untuk memperkuat arti persaudaraan dan persamaan di hadapan Tuhan, sungguh suatu latihan rohani yang luarbiasa. Semua orang, selama menahan diri sejak fajar hingga malam hari mereka telah melaksanakan persamaan itu antara sesama mereka, sama halnya seperti dalam sembahyang jamaah. Dengan persaudaraan demikian selama itu mereka merasakan adanya suatu perasaan yang mengurangi rasa kelebihan mereka dalam mengecap kenikmatan rejeki yang diberikan Tuhan kepadanya. Dengan demikian puasa berarti memperkuat arti kebebasan, persaudaraan dan persamaan dalam jiwa manusia seperti halnya dengan sembahyang. Kalau kita menyambut puasa dengan kemauan sendiri dengan penuh kesadaran bahwa perintah Tuhan tak mungkin bertentangan dengan cara-cara berpikir yang sehat, yang telah dapat memahami tujuan hidup dalam bentuknya yang paling tinggi, tahulah kita arti puasa yang dapat membebaskan kita dari budak kebiasaan itu, yang juga sebagai latihan dalam menghadapi kemauan dan arti kebebasan kita sendiri. Disamping itu kita pun sudah diingatkan, bahwa apa yang telah ditentukan manusia terhadap dirinya sendiri - dengan kehendak Tuhan - mengenai batas-batas rohani dan mentalnya sehubungan dengan kebebasan yang dimilikinya untuk melepaskan diri dari beberapa kebiasaan dan nafsunya, ialah cara yang paling baik untuk mencapai martabat iman yang paling tinggi itu. Apabila taklid dalam iman belum dapat disebut iman, melainkan baru Islam yang tanpa iman, maka taklid dalam puasa juga belum dapat disebut puasa. Oleh karena itu orang yang bertaklid menganggap puasanya suatu kekangan dan membatasi kebebasannya - sebaliknya daripada dapat memahami arti pembebasan dari belenggu kebiasaan serta konsumsi rohani dan mental yang sangat besar itu. Zakat Apabila dengan jalan latihan rohani ini manusia telah sampai kepada arti hukum dan rahasia-rahasia alam dan mengetahui pula dimana tempatnya dan tempat anak manusia ini, cintanya kepada sesama anak manusia akan lebih besar lagi, dan semua anak manusia saling cinta dalam Tuhan. Mereka akan saling tolong-menolong untuk kebaikan dan rasa takwa - menjaga diri dari kejahatan. Yang kuat mengasihi yang lemah, yang kaya mengulurkan tangan kepada yang tidak punya. Ini adalah zakat, dan selebihnya sedekah. Dalam sekian banyak ayat Qur'an selalu mengaitkan zakat dengan salat. Kita sudah membaca firman Tuhan: "Tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, malaikat, Kitab dan para nabi; mengeluarkan harta yang dicintainya itu kepada kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang yang melepaskan perbudakan, mengerjakan salat dan mengeluarkan zakat." (Qur'an, 2: 177) "Kamu kerjakanlah sembahyang dan keluarkan pula zakat serta tundukkan kepala (ruku') bersama orang-orang yang menundukkan kepala." (Qur'an, 2: 43) "Beruntunglah orang-orang yang sudah beriman. Mereka yang dengan khusyu' mengerjakan sembahyang. Mereka yang menjauhkan diri dan percakapan yang tiada berguna. Dan mereka yang mengeluarkan zakat." (Qur'an, 23: 1-4) Ayat-ayat yang mengaitkan zakat dengan salat itu banyak sekali. Apa yang disebutkan dalam Qur'an tentang zakat dan sedekah cukup menyeluruh dan kuat sekali. Dalam melakukan perbuatan baik, sedekah itu terletak pada tempat pertama, orang yang melakukannya akan mendapat pahala yang amat sempurna. Bahkan ia terletak disamping iman kepada Allah, sehingga kita merasa seolah itu sudah hampir sebanding. Tuhan berfirman: "Tangkaplah orang itu dan belenggukanlah. Kemudian campakkan kedalam api menyala. Sesudah itu belitkan dengan rantai yang panjangnya tujuhpuluh hasta. Dahulu ia sungguh tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Juga tidak mendorong orang memberi makan orang miskin." (Qur'an, 69: 30-34) "... Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang taat. Yaitu mereka, yang apabila disebutkan nama Tuhan hatinya merasa takut karena taatnya, dan mereka yang tabah hati terhadap apa yang menimpa mereka serta mereka yang mengerjakan salat dan menafkahkan sebagian rejeki yang diberikan Tuhan kepada mereka."' (Qur'an, 22: 34-35) "Mereka yang menafkahkan hartanya - baik di waktu malam atau di waktu siang, dengan sembunyi atau terang-terangan, mereka akan mendapat pahala dari Tuhan. Tidak usah mereka takut, juga jangan bersedih hati" (Qur'an, 2: 274) Qur'an tidak hanya menyebutkan masalah-masalah sedekah serta pahalanya yang akan diberikan Tuhan yang sama seperti pahala orang beriman dan mengerjakan sembahyang, bahkan adab sedekah itu telah dilembagakan pula dengan suatu tatacara yang sungguh baik sekali. "Bilamana kamu memperlihatkan sedekah itu, itu memang baik sekali. Tetapi kalau pun kamu sembunyikan memberikannya kepada orang fakir, maka itu pun lebih baik lagi buat kamu." (Qur'an, 2: 271) "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai hal-hal yang tidak menyenangkan hati Allah Maha Kaya dan Maha Penyantun. Orang-orang beriman, janganlah kamu hapuskan nilai sedekahmu itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti hati orang." (Qur'an, 2: 263-264) Firman Tuhan itu memberikan pula penjelasan kepada siapa sedekah itu harus diberikan: Sedekah itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, orang-orang yang perlu dilunakkan hatinya, untuk melepaskan perbudakan, orang-orang yang dibebani utang, untuk jalan Allah dan mereka yang sedang dalam perjalanan. Inilah yang telah diwajibkan oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Bijaksana." (Qur'an, 9: 60) Lembaga zakat Zakat dan sedekah itu salah satu kewajiban dalam Islam, termasuk salah satu rukun Islam. Tetapi apakah kewajiban ini termasuk ibadat, ataukah masuk bagian akhlak? Tentu ini termasuk ibadat. Semua orang beriman bersaudara, dan iman seseorang belum lagi sempurna sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Dengan berpegang pada Nur Ilahi antara sesama mereka, orang-orang beriman saling cinta-mencintai. Kewajiban zakat dan sedekah terikat oleh persaudaraan ini, bukan oleh akhlak dan disiplinnya serta oleh hubungan antar-manusia dengan segala tata-tertibnya. Segala yang terikat oleh persaudaraan, terikat juga oleh iman kepada Allah, dan segala yang terikat oleh iman kepada Allah ialah ibadah. Itu sebabnya maka zakat menjadi salah satu rukun Islam yang lima, dan karena itu pula setelah Nabi wafat Abu Bakr menuntut supaya Muslimin menunaikan zakatnya. Setelah dilihatnya ada sebagian orang yang mau membangkang, Pengganti Muhammad itu melihat pembangkangan ini sebagai suatu kelemahan dalam iman mereka; mereka lebih mengutamakan harta daripada iman, mereka hendak meninggalkan disiplin rohani yang telah ditentukan Qur'an itu. Dengan demikian ini merupakan kemurtadan dari Islam. Karena 'perang ridda' itu jugalah Abu Bakr berhasil mengukuhkan kembali sejarah Islam itu selengkapnya, dan yang tetap menjadi kebanggaan sepanjang sejarah. Cinta harta Dengan fungsi zakat dan sedekah sebagai kewajiban yang bertalian dengan iman dalam disiplin rohanl ia dianggap sebagai salah satu unsur yang harus membentuk kebudayaan dunia. Inilah hikmah yang paling tinggi yang akan mengantarkan manusia mencapai kebahagiaannya. Harta dan segala keserakahan orang memupuk-mupuk harta merupakan sebab timbulnya superioritas (rasa keunggulan) seorang kepada yang lain. Sampai sekarang ia masih merupakan sebab timbulnya penderitaan dunia ini dan sumber pemberontakan dan peperangan selalu. Sampai sekarang mammonisma - penyembahan harta - masih tetap merupakan sebab timbulnya dekadensi moral yang selalu menimpa dunia dan dunia tetap bergelimang dibawah bencana itu. Memupuk-mupuk harta dan keserakahan akan harta itulah yang telah menghilangkan rasa persaudaraan umat manusia, dan membuat manusia satu sama lain saling bermusuhan. Sekiranya pandangan mereka itu lebih sehat dengan pikiran yang lebih luhur, tentu akan mereka lihat bahwa persaudaraan itu lebih kuat menanamkan kebahagiaan daripada harta, mereka akan melihat juga bahwa memberikan harta kepada yang membutuhkan akan lebih terhormat pada Tuhan dan pada manusia daripada orang harus tunduk kepada harta itu. Kalau benar-benar mereka beriman kepada Allah tentu mereka akan saling bersaudara, dan manifestasi persaudaraan ini ialah pertolongan kepada orang yang sedang dalam penderitaan, membantu orang yang membutuhkannya dan dapat pula menghapuskan kemiskinan yang akan menjerumuskan manusia kedalam penderitaan itu. Apabila negara-negara yang sudah tinggi kebudayaannya pada zaman kita sekarang ini mendirikan rumah-rumah sakit, lembaga-lembaga sosial dan amal untuk menolong fakir-miskin, atas nama kasih sayang dan kemanusiaan, maka didirikannya lembaga-lembaga itu karena didorong oleh rasa persaudaraan serta rasa cinta dan syukur kepada Allah atas nikmat yang diterimanya, sungguh ini suatu pikiran yang lebih tinggi dan lebih tepat memberikan kebahagiaan kepada seluruh umat manusia, seperti dalam firman Tuhan: "Dengan kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadamu, carilah kebahagiaan akhirat, tapi jangan kaulupakan nasibmu dalam dunia ini. Berbuatlah kebaikan (kepada orang lain) seperti Tuhan telah berbuat kebaikan kepadamu, dan jangan engkau berbuat bencana di muka bumi ini. Allah sungguh tidak mencintai orang-orang yang berbuat bencana." (Qur'an, 28: 77) Ibadah haji Persaudaraan insani ini akan menambah rasa cinta manusia satu sama lain. Dalam Islam, rasa cinta demikian ini tidak seharusnya akan terhenti pada batas-batas tanah air tertentu, atau hanya terbatas pada salah satu benua. Yang seharusnya bahkan tidak boleh mengenal batas samasekali. Oleh karena itu, dari seluruh pelosok bumi manusia harus saling mengenal, supaya satu sama lain dapat menambah rasa cinta kepada Allah, dan rasa cinta ini akan menambah tebal iman mereka kepada Allah. Untuk mencapai itu manusia dari segenap penjuru bumi harus berkumpul dalam satu irama yang sama, tanpa diskriminasi, dan tempat berkumpul yang terbaik untuk itu ialah di tempat memancarnya cinta ini. Dan tempat itu ialah Baitullah di Mekah, dan inilah yang disebut ibadah haji. Orang-orang beriman tatkala berkumpul disana, tatkala mereka melaksanakan segala upacara, mereka menempuh cara hidup yang luhur sebagai teladan iman kepada Allah, dengan niat yang ikhlas menghadapkan diri kepadaNya. "Musim haji itu ialah dalam beberapa bulan yang sudah ditentukan. Barangsiapa sudah membulatkan niat selama bulan-bulan itu hendak menunaikan ibadah haji, maka tidak boleh ada suatu percakapan kotor, perbuatan jahat dan berbantah-bantahan selama dalam mengerjakan haji. Segala perbuatan baik yang kamu lakukan, Tuhan mengetahuinya. Bawalah perbekalanmu, dan perbekalan yang paling baik ialah menjaga diri dari perbuatan hina. Patuhilah Aku, wahai orang-orang yang berpikiran sehat." (Qur'an. 2: 197) Di dataran tinggi ini, di tempat orang-orang beriman menunaikan ibadah haji untuk saling berkenalan, untuk saling mempererat tali persaudaraan, dan tali persaudaraan ini akan lebih memperkuat iman di tempat ini - segala perbedaan dan diskriminasi yang bagaimanapun di kalangan orang-orang beriman itu harus hilang. Mereka harus merasa, bahwa dihadapan Tuhan mereka itu sama. Mereka menghadapkan seluruh hati sanubarinya untuk mernenuhi panggilan Tuhan, benar-benar beriman akan keesaanNya, bersyukur akan nikrnat yang telah diberikanNya. Rasanya tak ada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat iman akan keagungan Tuhan, sumber segala kebahagiaan. Dihadapan cahaya iman serupa ini, segala angan-angan kosong tentang hidup akan sirna, segala kebanggaan dan kecongkakan karena harta, karena turunan, karena kedudukan dan kekuasaan akan lenyap. Dan karena cahaya iman itu juga, maka manusia akan dapat menyadari arti kebenaran, kebaikan dan keindahan yang ada dalam dunia ini, akan dapat memahami undang-undang Tuhan yang abadi, dalam semesta alam ini, yang takkan pernah berubah dan berganti. Suatu pertemuan umum yang luas ini telah dapat melaksanakan arti persaudaraan dan persamaan semua orang beriman dalam bentuknya yang paling luas, luhur dan bersih. Norma-norma etik dalam Islam Inilah ketentuan-ketentuan dan kaidah-kaidah Islam seperti yang diwahyukan kepada Muhammad 'alaihissalam. Ini terrnasuk prinsip-prinsip iman seperti sudah kita lihat dalam ayat-ayat yang kita kutip tadi, dan sebagai prinsip-prinsip kehidupan rohani Islam. Sesudah semua kita lihat, akan mudah sekal kita menilai, norrna-norma etika apa yang harus kita terapkan atas dasar itu. Norma-norma ini memang sungguh luhur sekali, yang memang belum ada tandingannya dalam kebudayaan mana pun atau dalam zaman apa pun. Apa yang akan membawa manusia untuk mencapai kesempurnaannya bila saja ia dapat melatih diri sebagaimana mestinya, oleh Qur'an sudah dirumuskan, bukan hanya dalam satu surah saja hal ini disebutkan, bahkan disana-sini juga disebut. Begitu salah satu surah kita baca, kita sudah dibawa ke puncak yang lebih tinggi, yang belum dicapai oleh suatu kebudayaan sebelum itu, juga tidak mungkin akan dicapai oleh kebudayaan yang sesudah itu. Untuk mengetahui betapa agungnya klimaks yang telah dicapai itu cukup kita lihat misalnya adat sopan santun atas dasar rohani ini yang bersumberkan keimanan kepada Allah serta latihan mental dan hati kita atas dasar tersebut, tanpa orang melihat akan mencari keuntungan materi di balik sernua itu. Insan Kamil dalam Qur'an Dalam berbagai zaman dan bangsa, penulis-penulis sudah sering sekali melukiskan gambar Manusia Sempurna - atau Superman. Penyair-penyair, para pengarang, filsuf-filsuf dan penulis-penulis drama, sejak zaman dahulu mereka sudah pernah melukiskan gambaran ini, dan sampai sekarang masih terus melukiskan. Tetapi sungguhpun demikian, tidak akan ada sebuah gambaran manusia sempurna yang dilukiskan begitu cemerlang dan unik seperti disebutkan dalam rangkaian Surah al-Isra' (17). Ini baru sebagian saja hikmah yang diwahyukan Allah kepada Rasul, bukan dimaksudkan untuk melukiskan Manusia Sempurna melainkan untuk mengingatkan manusia tentang beberapa kewajiban. Dalam hal ini firman Allah: "Dan Tuhanmu sudah memerintahkan, jangan ada yang kamu sembah selain Dia dan supaya berbuat baik kepada ibu-bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah kamu mengucapkan kata "ah" kepada mereka dan jangan pula kamu membentak mereka, tapi ucapkanlah dengan kata-kata yang mulia kepada mereka (93). Dan rendahkanlah harimu dengan penuh kesayangan kepada mereka, dan doakan: 'Ya Allah, beri rahmatlah kepada mereka berdua, seperti kasih-sayang mereka mendidikku sewaktu aku kecil' (24) Tuhan kamu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Kalau kamu orang-orang yang berguna. Dia Maha Pengampun kepada mereka yang mau bertaubat (25). Berikanlah kepada keluarga yang dekat itu bagiannya, begitu juga kepada orang-orang miskin dan orang dalam perjalanan. Tetapi jangan kamu hambur-hamburkan secara boros (26). Pemboros-pemboros itu sungguh golongan setan, sedang setan sungguh ingkar kepada Tuhan (27). Dan jika kamu berpaling dari mereka karena hendak mencari kurnia Tuhan yang kauharapkan, katakanlah kepada mereka dengan kata-kata yang lemah lembut (28). Jangan kaujadikan tanganmu terbelenggu ke kuduk, dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya, supaya engkau tidak jadi tercela dan menyesal (29). Sesungguhnya Tuhan melimpahkan rejeki kepada siapa saja dan menentukan ukurannya. Dia Maha mengetahui akan hamba-hambaNya (30). Dan jangan kamu membunuhi anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami yang memberi rejeki mereka, juga rejeki kamu: sebab membunuh mereka suatu kesalahan besar (31). Janganlah kamu mendekati perjinahan, sebab perbuatan itu sungguh keji, dan cara yang sangat buruk (32). Janganlah kamu menghilangkan nyawa orang yang sudah dilarang Tuhan, kecuali atas dasar yang benar. Dan barangsiapa dibunuh tidak pada tempatnya, maka kepada penggantinya telah kami berikan kekuasaan; tetapi janganlah dia membunuh dengan melanggar batas karena dia pun (yang dibunuh) mendapat pertolongan (33). Harta anak yatim jangan kamu dekati, kecuali dengan cara yang baik sekali - sampai dia dewasa. Dan penuhilah janji itu, sebab setiap janji menghendaki tanggungjawab (34). Jagalah sukatanmu bila kamu menakar, penuhilah dan timbanglah dengan timbangan yang jujur. Itulah cara yang baik dan akan lebih baik sekali kesudahannya (35). Dan janganlah engkau mencampuri persoalan yang tidak kauketahui; sebab segala pendengaran, penglihatan dan isi hati orang, semua itu akan dimintai pertanggunganjawaban (36). Juga janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan congkak, sebab engkau tidak akan dapat menembus bumi ini, juga tidak akan sampai setinggi gunung (37). Semua itu suatu kejahatan yang dalam pandangan Tuhan sangat buruk sekali." (38) (Qur'an, 17: 23 - 38) Sungguh ini suatu budi pekerti yang luhur, suatu integritas moral yang sempurna sekali! Setiap ayat yang tersebut ini akan membuat pembaca jadi tertegun membacanya, ia akan mengagungkannya melihat susunan yang begitu kuat, begitu indah, dengan daya tarik kata-katanya, artinya yang sangat luhur serta cara melukiskannya yang sudah merupakan suatu mujizat.3 Sayang sekali disini tempatnya tidak mengijinkan kita menyatakan rasa kekaguman itu! Ya, bagaimana akan mungkin, sedang untuk membicarakan keenam belas ayat itu saja seharusnya diperlukan sebuah buku tersendiri yang cukup besar! Qur'an dan budi-pekerti Kalau kita mau membawakan satu segi saja dari budi-pekerti dan pendidikan akhlak yang terdapat dalam Qur'an, tentunya bidangnya akan luas sekali, yang tidak mungkin dapat ditampung dalam penutup buku ini. Cukup kiranya kalau kita sebutkan, bahwa tidak ada sebuah buku pun yang pernah memberikan dorongan begitu besar kepada orang supaya melakukan kebaikan, seperti yang diberikan oleh Qur'an itu. Tidak ada buku yang begitu agung mengangkat martabat manusia seperti yang diperlihatkan Qur'an. Juga yang bicara tentang perbuatan baik dan kasih-sayang, tentang persaudaraan dan cinta-kasih, tentang tolong-menolong dan keserasian, tentang kedermawanan dan kemurahan hati, tentang kesetiaan dan menunaikan amanat, tentang kehersihan dan ketulusan hati, keadilan dan sifat pemaat, kesabaran, ketabahan, kerendahan hati dan dorongan melakukan perbuatan terhormat, berbakti dan mencegah melakukan perbuatan jahat, dengan i'jaz4 (mujizat) yang tak ada taranya dalam menyajikan seperti yang dikemukakan oleh Qur'an itu. Tak ada buku melarang sikap lemah dan pengecut, sifat egoisma dan dengki, kebencian dan kezaliman, berdusta dan mengumpat, pemborosan, kekikiran, tuduhan palsu dan perkataan buruk, permusuhan, perusakan, tipu-muslihat, pengkhianatan dan segala sifat dan perbuatan hina dan mungkar - seperti yang dilarang oleh Qur'an, dengan begitu kuat, meyakinkan, dengan i'jaz (mujizat), yang diturunkan dalam wahyu kepada Nabi berbangsa Arab itu. Tiada sebuah surah pun yang kita baca, yang tidak akan memberi anjuran yang mendorong kita melakukan perbuatan baik, menganjurkan kita berbakti dan mencegah kita melakukan perbuatan jahat. Dianjurkannya orang mencapai kesempurnaan yang akan membawa kepada kehidupan harga diri dan budipekerti yang luhur. Kita dengarkan Qur'an mengenai toleransi: "Tangkislah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya. Kami mengetahui apa yang mereka sebutkan." (Qur'an, 23: 96) "Kebaikan dan kejahatan itu tidak sama. Tangkislah (kejahatan) itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang tadinya bermusuhan dengan engkau, akan menjadi sahabat yang akrab sekali." (Qur'an, 41: 34) Tetapi toleransi yang dianjurkan Qur'an ini tidak mendorong orang bersikap lemah, melainkan menyuruh orang supaya berwatak terhormat (nobility of character), selalu berlumba untuk kebaikan dan menjauhkan diri dari segala kehinaan: "Apabila ada orang memberi salam penghormatan kepadamu, balaslah dengan cara yang lebih baik, atau (setidak-tidaknya) dengan yang serupa." (Qur'an, 4: 86) "Dan kalau kamu mengadakan (pukulan) pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau kamu tabah hati, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati tabah (sabar)." (Qur'an, 16: 126) Dan ini jelas sekali, bahwa toleransi yang dianjurkan itu ialah dalam arti yang terhormat, tanpa bersikap lemah samasekali, melainkan sepenuhnya sikap yang disertai harga diri. Toleransi yang dianjurkan oleh Qur'an dengan cara yang terhormat ini dasarnya ialah persaudaraan, yang oleh Islam dijadikan tiang kebudayaan, dan yang dimaksud pula menjadi persaudaraan antar-manusia di seluruh jagat. Corak persaudaraan Islam ini ialah yang terjalin dalam keadilan dan kasih-sayang tanpa suatu sikap lemah dan menyerah. Persaudaraan atas dasar persamaan dalam hak, dalam kebaikan dan kebenaran tanpa terpengaruh oleh untung-rugi kehidupan duniawi, sekalipun mereka dalam kekurangan. Mereka ini lebih takut kepada Allah daripada kepada yang lain. Mereka ini orang-orang yang punya harga diri. Sungguhpun begitu mereka sangat rendah hati. Mereka orang-orang yang dapat dipercaya, yang menepati janji bila mereka berjanji, orang-orang yang sabar dan tabah dalam menghadapi kesulitan, yang apabila mendapat musibah, mereka berkata: Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun - 'Kami kepunyaan Allah dan kepadaNya juga kami kembali.' Tak ada yang membuang muka dan berjalan di muka bumi dengan sikap congkak. Tuhan menjauhkan mereka dari sifat serakah dan kikir, tiada berkata dusta, terhadap Tuhan dan kepada sesamanya. Mereka tidak mau menyebarkan perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, mereka menjauhkan diri dari segala dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka segera meminta maaf. Mereka dapat menahan amarah dan dapat pula memaafkan orang lain. Sedapat mungkin mereka menghindarkan prasangka, mereka tidak mau saling memata-matai atau saling menggunjing dari belakang. Mereka tidak boleh memakan harta sesamanya dengan cara yang tidak sah, lalu akan membawa perkara itu kepada hakim, supaya mereka dapat memakan harta orang lain dengan cara dosa itu. Jiwa mereka dibersihkan dari segala sifat dengki, tipu-menipu, cakap kosong dan segala perbuatan yang rendah. Sistem moral Ciri-ciri khas watak dan etika yang menjadi landasan budi-pekerti dan pendidikan akhlak yang murni itu dasarnya ialah - seperti yang sudah kita sebutkan - disiplin rohani seperti yang ditentukan oleh Qur'an dan yang bertalian pula dengan iman kepada Allah. Inilah soal yang pokok sekali dan ini pula yang akan menjamin adanya sistem moral dalam jiwa orang dengan tetap bersih dari segala noda, jauh dari segala penyusupan yang mungkin akan merusak. Moral yang dasarnya memperhitungkan untung-rugi segera akan diperbesar selama ia yakin bahwa kelemahan demikian itu tidak akan menggangu keuntungannya. Orang yang dasar moralnya memperhitungkan untung-rugi demikian ini sikap luarnya akan berbeda dengan isi hati. Keadaannya yang disembunyikan akan berbeda dengan yang diperlihatkan kepada orang. Ia berpura-pura jujur, tapi tidak akan segan-segan ia menjadikan itu hanya sebagai tameng untuk memancing keuntungan. Ia berpura-pura benar, tapi tidak akan segan-segan ia meninggalkannya kalau dengan meninggalkan itu ia akan mendapat keuntungan. Orang yang pertimbangan moralnya demikian ini dalam menghadapi godaan mudah sekali jadi lemah, mudah sekali terbawa arus nafsu dan tujuan-tujuan tertentu! Kelemahan ini ialah gejala yang jelas terlihat dalam dunia kita sekarang. Sudah sering sekali orang mendengar adanya perbuatan-perbuatan skandal dan korupsi dimana-mana dalam dunia yang sudah beradab ini. Sebabnya ialah karena kelemahan, orang lebih mencintai harta dan kedudukan atau kekuasaan daripada nilai moral yang tinggi dan iman yang sebenarnya. Tidak sedikit mereka terjerumus masuk ke dalam jurang tragedi moral dan melakukan kejahatan yang paling keji, kita lihat pada mulanya mereka pun berakhlak baik, tetapi masih untung-rugi itu juga yang menjadi dasar moralnya. Tadinya mereka menganggap bahwa sukses dalam hidup ini bergantung pada kejujuran. Lalu mereka bersikap jujur karena ingin sukses, bukan bersikap jujur karena terikat oleh akidahnya -oleh keyakinan batinnya. Mereka berhenti hanya sampai disitu, meskipun ini sangat membahayakan dirinya. Tetapi setelah mereka lihat bahwa mengabaikan masalah kejujuran dalam peradaban abad kini merupakan salah satu jalan mencapai sukses, maka kejujuran itu pun mereka abaikan. Yang demikian ini ada yang tetap tertutup dari mata orang, rahasianya tidak sampai terbongkar dan akan tetap dipandang terhormat, tetapi ada juga yang rahasianya terbongkar dan ia tercemar, yang kadang berakhir dengan bunuh diri. Jadi pembinaan sistem watak dan moral atas dasar untung-rugi ini sewaktu-waktu akan menjerumuskannya kedalam bahaya. Sebaliknya, apabila pembinaannya itu didasarkan atas sistem rohani seperti dirumuskan oleh Qur'an, ini akan menjamin tetap bertahan, takkan terpengaruh oleh sesuatu kelemahan. Niat yang menjadi pangkal bertolaknya perbuatan ialah dasar perbuatan itu dan sekaligus harus menjadi kriteriumnya pula. Orang yang membeli undian untuk Pembanguman sebuah rumahsakit, ia tidak membelinya dengan niat hendak beramal, melainkan karena mengharapkan keuntungan. Orang yang memberi karena ada orang yang datang meminta secara mendesak dan ia memberi karena ingin melepaskan diri, tidak sama dengan orang yang memberi karena kemauan sendiri, yaitu memberi kepada mereka yang tidak meminta secara mendesak, mereka yang oleh orang yang tidak mengetahui dikira orang-orang yang berkecukupan karena mereka memang tidak mau meminta-minta itu. Orang yang berkata sebenarnya kepada hakim karena takut akan sanksi hukum terhadap seorang saksi palsu, tidak sama dengan orang yang berkata sebenarnya karena ia memang yakin akan arti kebenaran itu. Juga moral yang landasannya perhitungan untung rugi kekuatannya tidak akan sama dengan moral yang sudah diyakini benar bahwa itu bertalian dengan kehormatan dirinya sebagai manusia, bertalian dengan keimanannya kepada Allah. Dalam hatinya sudah tertanam landasan rohani yang dasarnya keimanan kepada Allah itu. Arti larangan minuman keras dan judi Qur'an tetap menekankan, bahwa pikiran yang rasionil harus tetap bersih, jangan dimasuki oleh sesuatu yang akan mempengaruhi lukisan iman dan watak yang indah itu. Oleh karenanya minuman keras dan judi itu dipandang kotor sebagai perbuatan setan. Kalaupun ada manfaatnya buat orang, namun dosanya lebih besar dari manfaatnya. Dengan demikian harus dijauhi. Perjudian akan mengalihkan perhatian si penjudi dari persoalan lain, waktunya akan habis dan hiburan ini akan membuatnya lupa dari segala kewajiban moral yang baik. Sedang minuman keras akan menghilangkan pikiran dan harta - untuk meminjam katakata Umar bin'l-Khattab, ketika ia berharap Tuhan akan memberikan penjelasan mengenai hal ini. Sudah wajar sekali pikiran yang rasionil itu akan jadi sesat kalau ia hilang atau berubah, dan kesesatan itu akan lebih mudah mendorong orang melakukan perbuatan rendah, sebaliknya daripada akan menjauhkan diri dari kejahatan. Sistem moral yang dibawa Qur'an untuk 'negara utama' itu bukan dengan tujuan supaya jiwa manusia samasekali jauh dari kenikmatan hidup yang diberikan Tuhan, sehingga karenanya ia akan hanyut ke dalam hidup pertapaan dalam merenungkan alam, dan menyiksa diri dalam menuntut ilmu untuk itu. Sistem moral ini tidak rela membiarkan manusia menyerahkan diri kepada kesenangan supaya jangan ia tenggelam kedalam jurang kemewahan dan karenanya ia akan melupakan segalanya. Bahkan moral ini hendak membuat manusia menjadi umat pertengahan, mengarahkan mereka kepada lembaga budi yang lebih murni, lembaga yang mengenal alam dan segala isinya ini. Qur'an dan ilmu pengetahuan Qur'an bicara tentang ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini dengan suatu pengarahan yang hendak mengantarkan kita sejauh mungkin dapat kita ketahui. Ia bicara tentang bulan hari Pertama, tentang matahari dan bulan, tentang siang dan malam, tentang bumi dan apa yang dihasilkan bumi, tentang langit dan bintang-bintang yang menghiasinya, tentang samudera, dengan kapal yang berlayar supaya kita dapat menikmati karunia Tuhan, tentang binatang untuk beban dan ternak, tentang ilmu dan segala cabangnya yang terdapat dalam alam ini. Qur'an bicara tentang semua ini, dan menyuruh kita merenungkan dan mempelajarinya, supaya kita menikmati segala peninggalan dan hasilnya itu sebagai tanda kita bersyukur kepada Allah. Apabila Qur'an telah mengajarkan etika Qur'an kepada manusia, menganjurkan mereka supaya berusaha terus untuk mengetahui segala yang ada dalam alam ini, sudah sepatutnya pula bila dari pengamatan mereka dengan jalan akal pikiran itu, mereka akan sampai ke tujuan sejauh yang dapat ditangkap oleh akal pikirannya itu. Sudah sepatutnya pula mereka membangun sistem ekonominya itu atas dasar yang sempurna. Sistem ekonomi Sistem ekonomi yang dibangun atas dasar moral dan rohani seperti yang sudah kita sebutkan itu, sudah seharusnya akan mengantarkan manusia ke dalam hidup bahagia, dan menghapus segala penderitaan dari muka bumi ini. Prinsip-prinsip agung yang oleh Qur'an ditekankan sekali supaya ditanamkan kedalam jiwa seperti di tempat akidah dan iman itu, akan membuat orang tidak sudi melihat masih adanya penderitaan di muka bumi ini, atau masih adanya kekurangan yang dapat diberantas tapi tidak dilakukan. Bagi orang yang sudah mendapat ajaran ini yang pertama sekali akan ditolaknya ialah riba yang menjadi dasar kehidupan ekonomi dewasa ini, dan yang menjadi sumber pendieritaan seluruh umat manusia. Oleh karena itu Qur'an secara tegas sekali mengharamkan, seperti dalam firman Tuhan: Larangan riba "Mereka yang memakan riba tidak akan dapat berdiri, kalau pun berdiri hanya akan seperti orang yang sudah kemasukan setan karena penyakit gila." (Qur'an 2: 275) "Setiap riba yang kamu lakukan untuk menambah harta orang lain dalam pandangan Allah tidak akan dapat bertambah. Tetapi zakat yang kamu lakukan demi keridaan Allah, mereka itu yang akan mendapat balasan berlipat ganda." (Qur'an 30: 39) Diharamkannya riba adalah norma dasar untuk kebudayaan yang akan dapat menjamin kebahagiaan dunia. Bahaya riba dalam bentuknya yang paling kecil ialah ikut sertanya orang yang tidak bekerja dalam suatu hasil usaha orang lain hanya karena ia sudah meminjamkan uang kepadanya, dengan alasan lagi bahwa dengan meminjamkan itu ia sudah membantu orang lain memperoleh hasil keuntungan itu. Sebaliknya kalau ini tidak dilakukan si peminjam tidak akan dapat berusaha dan dengan sendirinya takkan dapat memungut keuntungan. Kalau hanya ini saja satu-satunya bentuk riba itu, ini pun takkan dapat dijadikan alasan. Kalau orang yang meminjamkan uang itu mampu menjalankan sendiri, ia tidak akan meminjamkannya kepada orang lain, dan kalau uang itu tetap ditangannya sendiri tidak dijalankan dalam usaha, maka uang itu pun tidak akan mendatangkan keuntungan. Sebaliknya, sedikit demi sedikit uangnya itu akan habis dimakan pemiliknya sendiri. Jika ia akan meminta bantuan orang lain menjalankan uangnya dengan bagi hasil menurut keuntungan yang akan diperoleh, tentu caranya bukan dengan jalan dipinjamkan sebagai modal dengan laba tertentu, melainkan dengan cara si pemilik uang itu ikut serta dengan orang yang menjalankan uangnya atas dasar bagi untung. Kalau si pengusaha beruntung, maka si pemilik modal itu pun akan mendapat bagian keuntungan; kalau rugi, dia pun akan turut memikul kerugiannya. Sebaliknya kalau kepada pemilik modal itu akan ditentukan suatu laba, meskipun yang mengusahakan tidak mendapat keuntungan apa-apa, maka itu adalah suatu eksploitasi illegal, suatu pemerasan yang tidak sah. Dan tidak akan dapat terjadi bahwa harta itu dapat diperlakukan seperti yang lain-lain, dapat dipersewakan seperti menyewakan tanah atau menyewakan hewan, dan bahwa laba uang tunai harus sesuai dengan hasil sewa barang-barang yang lain itu. Uang yang dapat dipakai untuk pengeluaran dan dapat juga dipakai untuk produksi, yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan juga dapat menimbulkan kejahatan (dosa), dengan harta bergerak dan tidak bergerak lainnya, besar sekali perbedaannya. Orang yang menyewa tanah, rumah, hewan atau barang apa pun, tentu karena ingin dimanfaatkan, yang berarti akan sangat berguna buat dia, kecuali jika dia memang orang bodoh atau orang edan, yang segala gerak-geriknya sudah tidak lagi diperhitungkan orang. Sebaliknya yang mengenai uang modal, yang biasanya dipinjam untuk tujuan-tujuan perdagangan yang sebaik-baiknya. Perdagangan itu senantiasa dihadapkan kepada soal untung atau rugi. Sedang mengenai sewa-menyewa barang-barang bergerak dan tidak bergerak untuk dijalankan dalam usaha, sedikit sekali yang mengalami kerugian, kecuali dalam keadaan yang abnormal, yang tidak masuk dalam keadaan biasa. Apabila keadaan abnormal ini yang terjadi, maka kekuasaan hukum segera pula campur tangan antara si pemilik dengan si penyewa - seperti yang sering terjadi dalam semua negara di dunia - untuk menghilangkan ketidak adilan terhadap si penyewa serta menolongnya dari tindakan si pemilik yang hanya akan memungut laba dari usahanya itu. Sebaliknya, dengan menentukan bunga uang tunai, dengan lebih-kurang 7% atau 9%, maka ini tidak akan mengubah, bahwa si peminjam dapat terancam oleh kerugian modal, disamping kerugian usahanya sendiri. Apabila disamping itu dia masih juga lagi dituntut dengan bunga, maka inilah yang disebut kejahatan (dosa). Akibat ini akan menimbulkan permusuhan, sebaliknya daripada persaudaraan; akan menimbulkan kebencian, bukan cinta kasih. Inilah sumber kesengsaraan dan segala krisis yang diderita umat manusia dewasa ini. Bahaya riba yang lain Kalau memang inilah bahaya riba dalam bentuknya yang paling kecil, dan begitu pula akibat-akibat yang timbul, apalagi dengan bentuk lain tatkala si pemberi pinjaman itu sudah lebih mendekati binatang buas daripada manusia, atau sipeminjam itu sudah sangat membutuhkan uang di luar keperluan penanaman modal atau produksi. Adakalanya ia sangat membutuhkan uang untuk keperluan nafkah yang konsumtif, untuk keperluan makannya atau makan keluarganya. Ketika itulah perhatiannya hanya pada yang lebih mudah saja dulu, sebelum ia dapat memegang sesuatu pekerjaan yang dapat menjamin keperluan hidupnya dan kemudian dapat membayar kembali utangnya. Ini sudah merupakan satu tugas perikemanusiaan sebagai langkah pertama. Dan ini pula yang dirumuskan oleh Qur'an. Bukankah dalam keadaan serupa ini pemberian pinjaman dengan riba sudah merupakan suatu kejahatan yang sama dengan pembunuhan? Yang lebih parah lagi dari kejahatan ini ialah adanya segala macam tipu-muslihat dengan jalan riba itu untuk merampas harta orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak pandai menjaga hartanya. Tipu muslihat ini tidak kurang pula jahatnya dari pencurian yang rendah. Dan setiap pelaku ke arah ini harus dihukum seperti pencuri atau lebih keras lagi. Riba dan penjajahan Riba adalah salah satu faktor yang turut menjerumuskan dunia ke dalam bencana penjajahan, dengan segala macam penderitaan yang ditimbulkan oleh penjajahan itu. Sebagian besar masalah penjaJahan itu dimulai oleh sekelompok tukang-tukang riba - secara perseorangan atau dalam bentuk badan-badan usaha - yang mendatangi beberapa negara dengan memberikan pinjaman kepada penduduk. Kemudian mereka menyusup masuk lebih dalam lagi sampai mereka dapat menguasai sumber-sumber kekayaan. Bilamana kelak anak negeri sudah menyadari kembali dan hendak mempertahankan diri dan harta mereka, orang-orang asing itu cepat-cepat meminta bantuan negaranya. Negara ini pun kemudian masuk atas nama hendak melindungi rakyatmya. Kemudian ia menyusup juga masuk lebih dalam lagi, lalu berkuasa sebagai penjajah. Sekarang mereka sebagai yang dipertuan. Kemerdekaan orang lain dirampas. Sebagian besar sumber-sumber kskayaan negeri itu mereka kuasai. Dengan demikian kekayaan mereka jadi hilang, penderitaan mulai mencekam seluruh kawasan itu dan bayangan kesengsaraan sudah pula merayap-rayap kedalam hati mereka. Pikiran mereka jadi kacau, moral jadi lemah, iman mereka pun mulai goyah. Martabat mereka jadi turun dari taraf manusia yang sebenarnya ke taraf yang lebih hina, yang bagi orang yang beriman kepada Allah tidak akan sudi hidup demikian, sebab, hanya kepada Allah semata orang merendahkan diri dan harus mengabdi. Juga penjajahan itu sumber peperangan, sumber penderitaan besar yang sangat menekan kehidupan seluruh umat manusia dewasa ini. Selama ada riba, selama ada penjajahan, jangan diharap manusia akan dapat kembali ke masa persaudaraan dan saling cinta antara sesamanya. Harapan akan kembali ke masa serupa itu tidak akan ada, kecuali jika kebudayaan atas dasar yang dibawa oleh Islam dan diwahyukan dalam Qur'an itu dapat dibangun kembali. Sosialisma Islam Didalam Qur'an ada konsepsi sosialisma yang belum lagi dibahas orang. Sosialisma ini tidak didasarkan kepada perang modal dan perjuangan kelas, seperti yang terdapat sekarang dalam sosialisma Barat, melainkan dasarnya ialah karakter dan moral yang tinggi yang akan menjamin adanya persaudaraan kelas, adanya kerja-sama dan saling bantu atas dasar kebaikan dan kebaktian, bukan kejahatan dan saling permusuhan. Tidak sulit orang akan melihat landasan sosialisma atas dasar persaudaraan ini, seperti yang sudah ditentukan oleh Qur'an mengenai zakat dan sedekah misalnya. Orang dapat menilai, bahwa ini bukanlah sosialisma dengan dominasi suatu kelas atas kelas yang lain, atau kekuasaan suatu golongan atas golongan yang lain. Kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an tidak mengenal adanya dominasi atau sikap berkuasa, melainkan atas dasar persaudaraan yang sungguh-sungguh yang didorong oleh keyakinan yang kuat akan persaudaraan itu; suatu keyakinan yang membuat orang dengan mengingat karunia Tuhan itu mau memberi untuk si miskin, orang melarat, orany yang membutuhkan dan segala yang diperlukannya akan makanan, tempat tinggal, obat-obatan, pengajaran dan pendidikan. Mereka memberikan itu atas dasar keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian penderitaan dapat dihilangkan, karunia Tuhan dan kebahagiaan dapat merata kepada umat manusia. Tidak menghapuskan hak milik secara mutlak Sosialisma Islam ini tidak sampai menghapuskan hak milik secara mutlak, seperti halnya dengan sosialisma Barat. Kenyataan sudah membuktikan - bolsyevisma di Rusia dan negara-negara sosialis lainnya - bahwa menghapuskan hak milik itu suatu hal yang tidak mungkin. Sungguhpun begitu, namun perusahaan-perusahaan negara harus tetap menjadi milik bersama untuk kepentingan semua orang. Mengenai ketentuan perusahaan-perusahaan negara itu terserah kepada negara. Oleh karena itu mengenai ketentuan ini sejak abad-abad permulaan dalam sejarah Islam sudah terdapat perbedaan pendapat. Dari kalangan sahabat-sahabat Nabi sendiri ada yang terlampau keras menjalankan ketentuan sosialisma ini, sehingga segala yang diciptakan Tuhan dijadikan milik bersama dan untuk kepentingan umum. Mereka memandang tanah dan segala yang terkandung, sama dengan air dan udara, tidak boleh menjadi milik pribadi. Yang boleh dimiliki hanya hasilnya, yang disesuaikan dengan usaha dan perjuangan masing-masing. Ada juga yang tidak berpendapat demikian. Mereka menyatakan bahwa tanah boleh dimiliki dan dianggap sebagai barang-barang yang boleh dipertukarkan. Sistem sosialisma yang sudah mantap Akan tetapi persetujuan yang sudah dicapai di kalangan mereka ialah sama dengan yang berlaku di Eropa sekarang, yaitu menentukan bahwa setiap orang harus mencurahkan segala kemampuannya untuk kepentingan masyarakat, dan masyarakat harus pula berusaha, untuk kepentingan pribadi dalam mengatasi segala keperluannya. Setiap Muslim berhak menerima kebutuhannya serta kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya dari baitulmal (perbendaharaan negara) Muslimin, selama ia belum mendapat pekerjaan yang akan menjamin keperluan hidupnya, atau selama pekerjaan yang dipegangnya itu tidak mencukupi keperluannya dan keperluan keluarganya. Selama norma-norma etik di dalam Qur'an seperti yang sudah kita sebutkan itu dijalankan, maka tidak akan ada orang yang mau berdusta; tidak akan ada orang yang mau mengatakan, bahwa ia penganggur, padahal yang sebenarnya dia tidak mau bekerja, tidak akan ada orang yang mau menyatakan, bahwa penghasilan dari pekerjaannya tidak mencukupi, padahal sebenarnya sudah lebih dari cukup. Khalifah-khalifah pada masa permulaan Islam dahulu sudah mewajibkan diri menyelidiki sendiri keadaan umat Islam untuk kemudian dapat mengatasi segala keperluan orang yang memang berada dalam kebutuhan. Sosialisma dasarnya persaudaraan Dari sini dapat kita lihat bahwa sosialisma dalam Islam bukanlah sosialisma harta serta pembagiannya, melainkan sosialisma yang menyeluruh, yang dasarnya persaudaraan dalam kehidupan rohani dan moral serta dalam kehidupan ekonomi. Kalau seseorang belum sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, maka imannya itu pun memang tidak sempurna kalau tidak dapat ia turut mendukung orang memberantas kemiskinan dan memberikan derma atau dana untuk kemakmuran bersama, membagikan kekayaan sebagai karunia Tuhan itu, baik dengan diketahui, atau tidak diketahui orang. Makin besar cintanya kepada orang lain, makin dekat ia kepada Tuhan. Dia sedikit pun merasa lebih gembira. Apabila Tuhan telah membuat manusia itu bertingkat-tingkat, memberikan rejeki kepada siapa saja yang dikehendakiNya serta menentukan pula, maka manusia takkan lebih baik keadaannya kalau tak ada rasa saling hormat, yang kecil menghormati yang lebih besar, yang besar mencintai yang lebih kecil, si kaya mau memberi untuk si miskin demi Allah semata, karena rasa syukur. Rasanya tidak perlu kita menyebutkan lagi apa yang sudah disebutkan Qur'an tentang sistem ekonomi, tentang waris, tentang wasiat (testamen), tentang perjanjian-perjanjian, perdagangan dan sebagainya. Dalam memberikan isyarat yang singkat sekalipun mengenai masalah-masalah hukum atau soal-soal kemasyarakatan, akan memerlukan ruangan sekian kali lebih banyak dari pasal ini. Cukup kalau kita sebutkan saja, bahwa apa yang sudah disebutkan dalam Qur'an sehubungan dengan masalah-masalah tersebut kiranya sampai sekarang belum ada suatu undang-undang yang lebih baik dari itu. Bahkan orang akan terkejut sekali bila ia melihat adanya beberapa penjelasan seperti perjanjian tertulis mengenai utang-piutang sampai pada waktu tertentu kecuali dalam perdagangan, atau seperti dalam mengirimkan dua orang juru pendamai jika dikuatirkan akan terjadi perceraian antara suami isteri, atau terhadap dua golongan yang sedang berperang dan pihak yang menyerang dengan sewenang-wenang dan tidak mau diajak damai itu harus diperangi sampai ia mau kembali kepada perintah Tuhan - sungguh orang akan kagum sekali melihat semua ini. Apalagi akan membandingkannya dengan berbagai macam undang-undang yang pernah ada, kalau pun perundang-undangan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diletakkan Qur'an itu sudah memang cukup baik. Jadi tidak mengherankan sekali - seperti yang sudah kita sebutkan tentang riba dan tentang sosialisma Islam sebagai dasar sistem ekonomi, yang dilukiskan di dalam Qur'an dengan penjelasan hukum sebagai suatu penyusunan undang-undang yang terbaik yang pernah ada dalam sejarah - kalau kebudayaan Islam itu juga yang menjadi kebudayaan yang layak buat umat manusia dan yang benar-benar akan memberikan hidup bahagia. Mungkin ada yang menjadi keberatan pihak Barat Setelah melihat apa yang sudah kita kemukakan mengenai lukisan Qur'an tentang kebudayaan serta landasannya, mungkin ada beberapa penulis Barat yang berpendapat bahwa sifat manusia tidak sesuai dengan sistem yang hendak memaksanya ke tingkat yang lebih tinggi diatas kemampuan kodratnya sendiri, dan bahwa sistem demikian ini tidak akan mampu hidup atau akan bertahan lama. Manusia menurut tanggapan mereka, digerakkan oleh rasa harap dan cemas, oleh keinginan dan nafsu, sama halnya dengan makhluk hewan, hanya saja dia makhluk berpikir homo sapiens. Bahwa manusia akan menganut suatu sistem kebudayaan seperti yang digambarkan oleh Islam itu, adalah suatu hal yang tidak mungkin, sekurang-kurangnya tidak mudah. Paling jauh yang dapat kita lakukan dalam menyusun kehidupan masyarakat manusia ini ialah memperbaiki nafsu itu, mengarahkan pikiran tentang harap dan cemas itu sebaik-baiknya dari segi materialisma ekonomi semata. Sedang yang di luar itu masyarakat tidak akan mampu melaksanakannya. Mungkin yang menjadi alasan mereka ialah karena sistem Islam itu - seperti yang digambarkan Qur'an dan sudah saya coba menguraikannya disini secara ringkas - belum dapat diharapkan didalam masyarakat Islam sendiri kecuali pada masa Nabi dan pada masa permulaan sejarah Islam. Kalau sistem ini memang sesuai dengan struktur kehidupan, tentu didalam lingkungan Islam dahulu sudah dapat dijalankan dan dari sana akan sudah tersebar ke seluruh dunia. Akan tetapi bilamana hal ini tidak terjadi, bahkan sebaliknya yang terjadi, maka anggapan bahwa sistem ini sangat layak, dan dapat menjamin kebahagiaan umat manusia, adalah anggapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Keberatan yang salah Atas keberatan ini kiranya pengakuan mereka sendiri sudah cukup untuk menggugurkannya, yaitu bahwa sistem Islam itu berjalan dan dipraktekkan pada masa Nabi dan pada permulaan sejarah Islam. Dan Muhammad sendiri teladan yang paling baik dalam pelaksanaan itu. Kemudian teladan yang baik itu diteruskan oleh para khalifah yang mula-mula. Mereka terus berjalan dengan sistem itu sampai mencapai tujuan yang sempurna sebagaimana mestinya. Akan tetapi, adanya intrik-intrik dan ambisi-ambisi yang timbul kemudian kadang dengan jalan Israiliat, kadang pula dengan jalan rasialisma, itulah yang sedikit demi sedikit telah mengancam dasar-dasar Islam yang sebenarnya. Akibat daripada semua itu orang berangsur-angsur kembali mengganti kehidupan rohani dengan materi, sifat kemanusiaan dengan kebinatangan. Dan berhenti hanya sampai pada batas lingkaran peradaban dewasa ini berada, yang hakekatnya hendak menjerumuskan umat manusia kedalam penderitaan. Teladan yang diberikan Muhammad Muhammad sendiri teladan yang baik sekali dalam melaksanakan kebudayaan seperti dilukiskan Qur'an itu. Dalam buku ini contoh itu sudah kita lihat, bagaimana rasa persaudaraannya terhadap seluruh umat manusia dengan cara yang sangat tinggi dan sungguh-sungguh itu dilaksanakan. Saudara-saudaranya di Mekah semua sama dengan dia sendiri dalam menanggung duka dan sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak menanggungnya. Sesudah hijrah ke Medinah, dipersaudarakannya orang-orang Muhajirin dengan Anshar demikian rupa, sehingga mereka berada dalam status saudara sedarah. Persaudaraan sesama orang-orang beriman secara umum itu adalah persaudaraan kasih-sayang untuk membangun suatu sendi kebudayaan yang masih muda waktu itu. Yang memperkuat persaudaraan ini ialah keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah dengan demikian kuatnya sehingga dibawanya Muhammad kedalam komunikasi dengan Tuhan, Zat Yang Maha Agung. Sikapnya dalam perang Badr, bagaimana ia berdoa kepada Tuhan mengharapkan pertolongan yang dijanjikan kepadanya. Ia minta pertolongan itu dilaksanakan, dengan menyebutkan bahwa bilamana angkatan Badr ini hancur, tak ada lagi ibadat. Ini merupakan suatu manifestasi yang kuat dalam komunikasi. Begitu juga tindakan-tindakannya yang lain diluar Badr menunjukkan, bahwa dia selalu dalam komunikasi dengan Tuhan, diluar saat-saat tertentu sewaktu wahyu turun. Komunikasinya ini ialah melalui keimanannya dengan sungguh-sungguh, keimanan yang sampai membuat mati itu tiada arti lagi. Maut malah dihadapinya dan diharapkannya. Orang yang sungguh-sungguh dalam imannya tidak pernah takut mati, bahkan mengharapkannya selalu. Ajal sudah ditentukan. Dimana pun manusia berada, maut akan mencapainya selalu, sekalipun di dalam benteng-benteng yang kukuh. Iman inilah yang membuat Muhammad tetap tabah ketika melihat kaum Muslimin lari tunggang-langgang pada permulaan pecah perang Hunain. Dipanggilnya orang-orang itu tanpa menghiraukan maut yang sedang mengepungnya, dengan sejuinlah kecil orang-orang yang masih bertahan bersama-sama dia. Iman inilah yang membuat dia memberikan apa saja yang ada padanya tanpa ia sendiri takut kekurangan. Ia telah mencapai puncak nilai-nilai kebaikan seperti yang diserukan oleh Kitabullah. Dengan teladan baik yang diberikannya itu dalam permulaan sejarah Islam kaum Muslimin telah mengikuti jejaknya. Semua itu, dengan Muslimin pada permulaan sejarah Islam, yang telah mengikuti teladan baik yang diberikannya, telah membuat Islam begitu pesat berkembang pada dasawarsa pertama, yang kemudian disusul dengan berpulangnya Nabi ke rahmatullah. Islam tersebar ke seluruh kawasan, panji-panji Islam berkibar tinggi sesuai dengan kebudayaan yang berlaku. Dari bangsa-bangsa yang tadinya sangat lemah dan berantakan, telah dapat pula dibangun menjadi bangsa-bangsa dan negara-negara yang kuat, dan menjadi pelopor ilmu pengetahuan. Dengan jalan ini telah banyak sekali rahasia-rahasia alam yang dapat diketahuinya. Karena itu diciptakannya pula karya-karya besar yang menjadi kebanggaan zaman sekarang, yang sudah dianggap sebagai zaman keemasan dan ilmu, tanpa memperkosa kebahagiaan umat manusia karena pengabdiannya kepada materi dan imannya kepada Tuhan yang masih lemah itu. Ulama yang menyesatkan Seperti dalam kebudayaan lain, kebudayaan Islam juga banyak dimasuki oleh ambisi-ambisi rasialisma dan Israiliat. Soalnya ialah karena ada segolongan ulama yang seharusnya menjadi pewaris para nabi malah mereka ini lebih menyukai kekuasaan daripada kebenaran, daripada nilai moral. Ilmu yang ada pada mereka dipakai alat untuk menyesatkan orang-orang awam dan generasi mudanya, sama halnya dengan kebanyakan ulama-ulama sekarang yang juga mau menyesatkan orang-orang awam beserta angkatan mudanya itu. Ulama-ulama demikian ini ialah pembela-pembela setan, yang akan lebih berat memikul tanggungjõawab dihadapan Tuhan. Maka kewajiban pertama buat setiap ulama yang benar-benar ikhlas demi ilmu dan demi Tuhan, ialah harus siap melawan mereka dan memberantas semua bibit yang merusak itu. Mereka hendak membelokkan orang dari kebenaran, hendak menyesatkan orang dari jalan yang lurus. Apabila ulama-ulama (pendeta-pendeta) yang menyesatkan di Barat itu telah ikut memegang peranan dalam melibatkan gereja dan ilmu kedalam kancah saling berperang dalam merebut kekuasaan, maka peranan demikian tidak ada buat mereka di negeri-negeri Islam, sebab dalam kebudayaan Islam agama dan ilmu saling terjalin, sebab agama tanpa ilmu suatu kekufuran, ilmu tanpa agama sesat. Sekiranya dunia ini sampai bernaung dibawah kebudayaan Islam seperti yang dilukiskan Qur'an, dan tidak diperkosa oleh adanya penaklukan-penaklukan Mongolia dan yang semacamnya yang telah masuk Islam tapi tidak menjalankan prinsip-prinsip Islam atau berusaha menyebarkannya, malah Islam dipakainya sebagai alat untuk menguasai orang-orang awam di kalangan Muslimin dengan prinsip yang sama sekali bertentangan dengan prinsip-prinsip persaudaraan Islam - tentu keadaan dunia ini tidak akan seperti ini, umat manusia akan selamat dari beberapa hal yang kini menjerumuskan mereka kedalam jurang penderitaan. Kebudayaan Islam dalam dunia kita sekarang Saya yakin, bahwa kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an itu akan tersebar ke dunia luas kalau saja korps ulama ini mau tampil ke depan dengan suatu ajakan yang ilmiah caranya, jauh dari segala cara berpikir yang beku dan fanatik. Kebudayaan ini akan berdialog dengan hati, juga akan berdialog dengan pikiran, dan dapat dijamin manusia dari segala bangsa akan menerimanya dengan hati terbuka tanpa dapat dicegah oleh ambisi-ambisi pribadi. Untuk ini yang diperlukan oleh ulama-ulama itu tidak lebih dari hanya supaya mereka menjadi orang-orang yang benar-benar beriman, mengajak orang kepada ajaran Tuhan yang sebenarnya dan kepada kebudayaan yang demikian ini dengan hati yang ikhlas demi agama. Ketika itulah orang merasa bahagia dengan persaudaraannya dalam Tuhan seperti pada zaman Nabi, mereka merasa bahagia. Apa yang terjadi pada masa Nabi dan pada permulaan sejarah Islam sudah tidak memerlukan pembuktian lagi; dengan apa yang sudah saya sebutkan dalam pengantar buku ini, bahwa revolusi rohani yang sinarnya sudah dipancarkan oleh Muhammad ke seluruh dunia ini sudah seharusnya akan membukakan jalan umat manusia kepada kebudayaan baru yang selama ini dicarinya. Dan saya tidak pernah ragu sekejap pun mengenai hal ini. Akan tetapi ada beberapa sarjana Barat yang menyatakan beberapa keberatan dengan menghubungkannya pada jiwa yang menjadi sumber konsepsi kebudayaan Islam itu. Atas dasar itu mereka mengambil kesimpulan, bahwa Islamlah yang menjadi sebab mundurnya bangsa-bangsa yang menganut agama ini. Yang penting diantaranya ialah apa yang mereka katakan, bahwa jabariah Islam itulah yang membuat semangat umat Islam jadi kendor, membuat mereka malas menghadapi perjuangan hidup, sehingga mereka menjadi golongan yang hina-dina. Dalam menghadapi tantangan ini dan apa yang sejalan dengan itu, inilah yang akan menjadi pokok pembahasan kedua pada bagian penutup buku ini. Catatan kaki: 1 Lihat halaman xlvii (A). 2 Kata 'irfan dan ma'rifat yang kadang mempunyai arti yang sama, disini kata ma'rifat tidak saya pergunakan sebagai istilah ilmiah yang umum dalam tasauf dan ilmu kalam, juga tidak saya salin dengan gnosis atau connaissance, melainkan mengingat persoalannya secara konotatif saya pergunakan kata persepsi, yakni pengamatan, pengenalan dan kesadaran batin (A). 3 Sudah tentu terjemahan ayat-ayat Qur'an di atas begitu juga yang lain tidak akan dapat mengungkapkan keagungan dan keindahan yang terkandung dalam bahasa aslinya, yang memang tidak mungkin dapat ditiru atau diterjemahkan dengan gaya yang sama (A). SUMBER Posted 1 week ago by gede sudharma 0 Add a comment No more comments i gede sudharma yasa Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide Nov 10 MASUKNYA KEBUDAYAAN BARAT KE INDONESIA Dampak Masuknya Budaya Asing (Barat) Terhadap Budaya Bangsa Indonesia Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan Barat sudah mendominanisasi segala aspek. Segala hal selalu mengacu kepada Barat. Peradaban Barat telah menguasai dunia. Banyak perubahan-perubahan peradaban yang terjadi di penjuru dunia ini. Kebudayan Barat hanya sebagai petaka buruk bagi Timur. Timur yang selalu berperadaban mulia, sedikit demi sedikit mulai mengikuti kebudayaan Barat. Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya. Secara timbal balik, tiap peradaban akan berpengaruh satu sama lain. Hukum sosial berlaku bagi semua peradaban. Peradaban yang maju, pada suatu masa, cenderung memiliki perngaruh yang luas bagi peradaban-peradaban lain yang berkembang belakangan. Perkembangan terknologi, terutama masuknya kebudayaan asing (barat) tanpa disadari telah menghancurkan kebudayaan lokal. Minimnya pengetahuan menjadi pemicu alkulturasi kebudayaan yang melahirkan jenis kebudayaan baru. Masuknya kebudayaan tersebut tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah. Akibatnya kebudayaan asli masyarakat mengalami degradasi yang sangat luar biasa. Budaya asing yang masuk keindonesia menyebabkan multi efek. Budaya Indonesia perlahan-lahan semakin punah. Berbagai iklan yang mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam konteks modern dan tidak tradisional sehingga memunculkan banyaknya kepentingan para individu yang mengharuskan berada diatas kepentingan orang lain. Akibatnya terjadi sifat individualisme semakin berpeluang untuk menjadi budaya kesehariannya. Ini semua sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang sifatnya hanya memuaskan kehidupan semata. Sebuah kebobrokan ketika bangsa Indonesia telah pudar dalam bingkai kenafsuan belaka berprilaku yang sebenarnya tidak mendapatkan manfaat sama sekali jika dipandang dari sudut keislaman. Artinya dizaman Edan sekarang ini manusia hidup dalam tingkat Hidonisme yang sangat tinggi berpikir dalam jangka pendek hanya mencari kepuasaan belaka dimana kepuasaan tersebut yang menyesatkan umat islam untuk berprilaku. Salah satu contoh Serdehana sesuai dengan kenyataan, Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Jika pengaruh di atas dibiarkan, apa jadinya Moral generasi bangsa kita, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. dengan adanya budaya barat atau budaya asing di Indonesia, dapat membawa dampak bagi Indonesia. Dampak masuknya budaya asing antara lain. terjadi perubahan kebudayaan, pembauran kebudayaan, modernisasi, keguncangan budaya, melemahnya nilai-nilai budaya bangsa. Dampak tersebut membawa pengaruh besar bagi Indonesia, baik dari segi postif, maupun negatif. Indonesia, masih terlalu lemah dalam menyaring budaya yang baik di ambil dengan yang tidak, “maka kita semua sebagai warga Indonesia wajib membanggakan apa saja yang sudah menjadi budaya kita sendiri”, jangan sampai melupakan budaya lama dengan sudah menemukan budaya baru. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa namun kita harus tetap menjaga agar budaya kita tidak luntur. Langkah-langkah untuk mengantisipasinya adalah antara lain dengan cara, Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri, Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya, Melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik- baiknya dan Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya. MASUKNYA KEBUDAYAAN BARAT KE INDONESIA Saat ini, kita hidup di era globalisasi. Sebuah era dimana teknologi berkembang dengan sangat pesat. Sebuah era dimana kita bisa melakukan apa saja dengan teknologi. Sebuah era yang dipenuhi dengan kemudahan dalam melakukan apapun. Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi berjalan dengan sangat cepat, terutama teknologi informasi. Saat ini, hanya dengan mengetik nama situs di komputer, kita bisa menjelajahi dunia. Hanya dengan menekan nomor pada pesawat telepon, kita bisa berbicara dengan siapa saja yang kita mau, tidak peduli dimana mereka berada. Jika kita lihat contoh yang ada, maka kita bisa menyimpulkan bahwa perkembangan zaman dan teknologi memiliki dampak positif jauh lebih besar dari dampak negatifnya. Namun pada kenyataanya, dampak negatif yang ditimbulkan pun sangat berbahaya bagi perkembangan budaya manusia. Salah satu contoh konkret dari fenomena ini adalah berkembangnya kebudayaan barat di Indonesia. Teknologi informasi yang begitu pesat membuat komunikasi internasional sangat mudah dilakukan. Dengan demikian, masuknya kebudayaan Negara lain ke Indonesia pun terjadi secara signifikan, terutama yang paling mencolok adalah kebudayaan barat. Saat ini, hampir semua aspek dalam kebudayaan barat telah masuk ke Indonesia. Mulai dari fashion, makanan, bahasa, etika pergaulan, sampai tata krama. Masyarakat Indonesia pun menerima masuknya kebudayaan barat ini dengan tangan terbuka karena dengan demikian, itu menandakan bahwa masyarakat kita bisa dikatakan mengikuti perkembangan zaman. Namun penerimaan masuknya budaya barat ke Indonesia ini memiliki dampak yang membahayakan. Masuknya kebudayaan barat ke Indonesia membuat kebudayaan asli Indonesia sendiri menjadi pudar dalam diri masyarakat Indonesia. Hal ini sangat berbahaya karena kebudayaan asli Indonesia adalah jati diri bangsa Indonesia. Dengan membiarkannya pudar, maka berarti juga membiarkan Negara Indonesia dijajah oleh bangsa barat dalam arti tertentu. Di samping memudarkan kebudayaan asli Indonesia dalam diri masyarakat Indonesia, masuknya kebudayaan barat pun bisa merusak kebudayaan asli Indonesia. Kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia tidak semuanya cocok dengan kebudayaan asli Indonesia. Bahkan bisa dibilang kebudayaan barat banyak bertentangan dan berbeda dengan kebudayaan Indonesia. Salah satu contohnya adalah dalam hal tata krama dan sopan santun. Dibandingkan dengan kebudayaan barat, tata krama bangsa Indonesia secara umum bisa dibilang lebih halus daripada kebudayaan barat. Namun dengan masuknya tata krama barat, tata krama Indonesia yang awalnya halus berubah menjadi kasar. Hal ini jelas tidak bisa dikatakan sebagai hal yang baik, Setelah ditelaah secara seksama, terbukti bahwa masuknya kebudayaan barat ke Indonesia tidak selamanya membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia. Maka yang harus kita lakukan dalam menghadapi era globalisasi ini adalah menerima kebudayaan asing masuk ke Indonesia dengan tidak melupakan budaya asli Indonesia yang merupakan jati diri bangsa Indonesia. Dengan mampu memilah-milah kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang bergaul dan mampu menghadapi era globalisasi dengan tetap memegang jati diri sebagai bangsa Indonesia. SUMBER 1 SUMBER 2 Posted 1 week ago by gede sudharma 0 Add a comment Nov 10 KEBUDAYAAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM SEPERTI DILUKISKAN QUR'AN Dua kebudayaan: Islam dan Barat MUHAMMAD telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan. Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-metoda ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio, - dan dalam hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah karena cara pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain sebenarnya prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain saling bertolak belakang. Pertentangan gereja dan negara Timbulnya pertentangan ini ialah karena alasan-alasan sejarah, seperti sudah kita singgung dalam prakata dan kata pengantar cetakan kedua buku ini. Pertentangan di Barat antara kekuasaan agama dan kekuasaan temporal1 sebagai bangsa yang menganut agama Kristen atau dengan bahasa sekarang antara gereja dengan negara menyebabkan keduanya itu harus berpisah, dan kekuasaan negara harus ditegakkan untuk tidak mengakui kekuasaan gereja. Adanya konflik kekuasaan itu ada juga pengaruhnya dalam pemikiran Barat secara keseluruhan. Akibat pertama dari pengaruh itu ialah adanya permisahan antara perasaan manusia dengar pikiran manusia, antara pemikiran metafisik dengan ketentuan-ketentuan ilmu positif (knowledge of reality) yang berlandaskan tinjauan materialisma. Kemenangan pikiran materialisma ini besar sekali pengaruhnya terhadap lahirnya suatu sistem ekonomi yang telah menjadi dasar utama kebudayaan Barat. Sistem ekonomi dasar kebudayaan Barat Sebagai akibatnya, di Barat telah timbul pula aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada di muka bumi ini tunduk kepada kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang rang ingin menempatkan sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, f1lsafat, cara berpikir dan pengetahuannya - dalam segala pasang surutnya pada berbagai bangsa - dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas hanya pada sejarah dan penulisannya, bahkan beberapa aliran filsafat Barat telah pula membuat pola-pola etik atas dasar kemanfaatan materi ini semata-mata. Sungguh pun aliran-aliran demikian ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya yang besar sekali, namun perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya pada batas-batas keuntungan materi yang secara kolektif dibuat oleh pola-pola etik itu secara keseluruhan. Dan dari segi pembahasan ilmiah hal ini sudah merupakan suatu keharusan yang sangat mendesak. Sebaliknya mengenai masalah rohani, masalah spiritual, dalam pandangan kebudayaan Barat ini adalah masalah pribadi semata, orang tidak perlu memberikan perhatian bersama untuk itu. Oleh karenanya membiarkan masalah kepercayaan ini secara bebas di Barat merupakan suatu hal yang diagungkan sekali, melebihi kebebasan dalam soal etik. Sudah begitu rupa mereka mengagungkan masalah kebebasan etik itu demi kebebasan ekonomi yang sudah sama sekali terikat oleh undang-undang. Undang-undang ini akan dilaksanakan oleh tentara atau oleh negara dengan segala kekuatan yang ada. Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia Kebudayaan yang hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik didasarkan pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak akan mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya adalah sekerat roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing dan bertengkar untuk itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya, maka akan selalu kita masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik memperoleh sekerat roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama lain akan selalu melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik yang tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan menjadi pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma, cinta kasih dan persaudaraan akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak dapat dipegang lagi. Apa yang terjadi dalam dunia dewasa ini ialah bukti yang paling nyata atas apa yang saya sebutkan itu. Persaingan dan pertentangan ialah gejala pertama dalam sistem ekonomi, dan itu pula gejala pertamanya dalam kebudayaan Barat, baik dalam paham yang individualistis, maupun sosialistis sama saja adanya. Dalam paham individualisma, buruh bersaing dengan buruh, pemilik modal dengan pemilik modal. Buruh dengan pemilik modal ialah dua lawan yang saling bersaing. Pendukung-pendukung paham ini berpendapat bahwa persaingan dan pertentangan ini akan membawa kebaikan dan kemajuan kepada umat manusia. Menurut mereka ini merupakan perangsang supaya bekerja lebih tekun dan perangsang untuk pembagian kerja, dan akan menjadi neraca yang adil dalam membagi kekayaan. Sebaliknya paham sosialisma yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu keharusan alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok kehidupan, selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa juga wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah konsepsi nasionalisma itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20 ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti, bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar kebudayaan yang semacam ini hanya dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya dalam cita-cita yang manis bermadu, tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu fatamorgana yang kosong belaka. Dasar kebudayaan Islam Kebudayaan Islam lahir atas dasar yang bertolak belakang dengan dasar kebudayaan Barat. Ia lahir atas dasar rohani yang mengajak manusia supaya pertama sekali dapat menyadari hubungannya dengan alam dan tempatnya dalam alam ini dengan sebaik-baiknya. Kalau kesadaran demikian ini sudah sampai ke batas iman, maka imannya itu mengajaknya supaya ia tetap terus-menerus mendidik dan melatih diri, membersihkan hatinya selalu, mengisi jantung dan pikirannya dengan prinsip-prinsip yang lebih luhur - prinsip-prinsip harga diri, persaudaraan, cinta kasih, kebaikan dan berbakti. Atas dasar prinsip-prinsip inilah manusia hendaknya menyusun kehidupan ekonominya. Cara bertahap demikian ini adalah dasar kebudayaan Islam, seperti wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad, yakni mula-mula kebudayaan rohani, dan sistem kerohanian disini ialah dasar sistem pendidikan serta dasar pola-pola etik (akhlak). Dan prinsip-prinsip etik ini ialah dasar sistem ekonominya. Tidak dapat dibenarkan tentunya dengan cara apa pun mengorbankan prinsip-prinsip etik ini untuk kepentingan sistem ekonomi tadi. Tanggapan Islam tentang kebudayaan demikian ini menurut hemat saya ialah tanggapan yang sesuai dengan kodrat manusia, yang akan menjamin kebahagiaan baginya. Kalau ini yang ditanamkan dalam jiwa kita dan kehidupan seperti dalam kebudayaan Barat itu kesana pula jalannya, niscaya corak umat manusia itu akan berubah, prinsip-prinsip yang selama ini menjadi pegangan orang akan runtuh, dan sebagai gantinya akan timbul prinsip-prinsip yang lebih luhur, yang akan dapat mengobati krisis dunia kita sekarang ini sesuai dengan tuntunannya yang lebih cemerlang. Sekarang orang di Barat dan di Timur berusaha hendak mengatasi krisis ini, tanpa mereka sadari - dan kaum Muslimin sendiri pun tidak pula menyadari - bahwa Islam dapat menjamin mengatasinya. Orang-orang di Barat dewasa ini sedang mencari suatu pegangan rohani yang baru, yang akan dapat menanting mereka dari paganisma yang sedang menjerumuskan mereka; dan sebab timbulnya penderitaan mereka itu, penyakit yang menancapkan mereka ke dalam kancah peperangan antara sesama mereka, ialah mammonisma - penyembahan kepada harta. Orang-orang Barat mencari pegangan baru itu didalam beberapa ajaran di India dan di Timur Jauh; padahal itu akan dapat mereka peroleh tidak jauh dari mereka, akan mereka dapati itu sudah ada ketentuannya didalam Qu'ran, sudah dilukiskan dengan indah sekali dengan teladan yang sangat baik diberikan oleh Nabi kepada manusia selama masa hidupnya. Bukan maksud saya hendak melukiskan kebudayaan Islam dengan segala ketentuannya itu disini. Lukisan demikian menghendaki suatu pembahasan yang mendalam, yang akan meminta tempat sebesar buku ini atau lebih besar lagi. Akan tetapi - setelah dasar rohani yang menjadi landasannya itu saya singgung seperlunya - lukisan kebudayaan itu disini ingin saya simpulkan, kalau-kalau dengan demikian ajaran Islam dalam keseluruhannya dapat pula saya gambarkan dan dengan penggambaran itu saya akan merambah jalan ke arah pembahasan yang lebih dalam lagi. Dan sebelum melangkah ke arah itu kiranya akan ada baiknya juga saya memberi sekadar isyarat, bahwa sebenarnya dalam sejarah Islam memang tak ada pertentangan antara kekuasaan agama (theokrasi) dengan kekuasaan temporal, yakni antara gereja dengan negara. Hal ini dapat menyelamatkan Islam dari pertentangan yang telah ditinggalkan Barat dalam pikiran dan dalam haluan sejarahnya. Dalam Islam tak ada pertentangan agama dengan negara Islam dapat diselamatkan dari pertentangan serta segala pengaruhnya itu, sebabnya ialah karena Islam tidak kenal apa yang namanya gereja itu atau kekuasaan agama seperti yang dikenal oleh agama Kristen. Belum ada orang di kalangan Muslimin - sekalipun ia seorang khalifah - yang akan mengharuskan sesuatu perintah kepada orang, atas nama agama, dan akan mendakwakan dirinya mampu memberi pengampunan dosa kepada siapa saja yang melanggar perintah itu. Juga belum ada di kalangan Muslimin - sekalipun ia seorang khalifah - yang akan mengharuskan sesuatu kepada orang selain yang sudah ditentukan Tuhan di dalam Qur'an. Bahkan semua orarg Islam sama di hadapan Tuhan. Yang seorang tidak lebih mulia dari yang lain, kecuali tergantung kepada takwanya - kepada baktinya. Seorang penguasa tidak dapat menuntut kesetiaan seorang Muslim apabila dia sendiri melakukan perbuatan dosa dan melanggar penntah Tuhan. Atau seperti kata Abu Bakr ash-Shiddiq kepada kaum Muslimin dalam pidato pelantikannya sebagai Khalifah "Taatilah saya selama saya taat kepada (perintah) Allah dan RasulNya. Tetapi apabila saya melanggar (perintah) Allah dan Rasul maka gugurkanlah kesetiaanmu kepada saya." Kendatipun pemerintahan dalam Islam sesudah itu kemudian dipegang oleh seorang raja tirani, kendatipun di kalangan Muslimin pernah timbul perang saudara, namun kaum Muslimin tetap berpegang kepada kebebasan pribadi yang besar itu, yang sudah ditentukan oleh agama, kebebasan yang sampai menempatkan akal sebagai patokan dalam segala hal, bahkan dijadikan patokan didalam agama dan iman sekalipun. Kebebasan ini tetap mereka pegang sekalipun sampai pada waktu datangnya penguasa-penguasa orang-orang Islam yang mendakwakan diri sebagai pengganti Tuhan di muka bumi ini - bukan lagi sebagai pengganti Rasulullah. Padahal segala persoalan Muslimin sudah mereka kuasai belaka, sampai-sampai ke soal hidup dan matinya. Sebagai bukti misalnya apa yang sudah terjadi pada masa Ma'mun, tatkala orang berselisih mengenai Qur'an: makhluk atau bukan makhluk - yang diciptakan atau bukan diciptakan! Banyak sekali orang yang menentang pendapat Khalifah waktu itu, padahal mereka mengetahui akibat apa yang akan mereka terima jika berani menentangnya. Dalam segala hal akallah patokan dalam Islam Dalam segala hal akal pikiran oleh Islam telah dijadikan patokan. Juga dalam hal agama dan iman ia dijadikan patokan. Dalam firman Tuhan: "Perumpamaan orang-orang yang tidak beriman ialah seperti (gembala) yang meneriakkan (ternaknya) yang tidak mendengar selain suara panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, sebab mereka tidak menggunakan akal pikiran." (Qur'an, 2: 171) Oleh Syaikh Muhammad Abduh ditafsirkan, dengan mengatakan: "Ayat ini jelas sekali menyebutkan, bahwa taklid (menerima begitu saja) tanpa pertimbangan akal pikiran atau suatu pedoman ialah bawaan orang-orang tidak beriman. Orang tidak bisa beriman kalau agamanya tidak disadari dengan akalnya, tidak diketahuinya sendiri sampai dapat ia yakin. Kalau orang dibesarkan dengan biasa menerima begitu saja tanpa disadari dengan akal pikirannya, maka dalam melakukan suatu perbuatan, meskipun perbuatan yang baik, tanpa diketahuinya benar, dia bukan orang beriman. Dengan beriman bukan dimaksudkan supaya orang merendah-rendahkan diri melakukan kebaikan seperti binatang yang hina, tapi yang dimaksudkan supaya orang dapat meningkatkan daya akal pikirannya, dapat meningkatkan diri dengan ilmu pengetahuan, sehingga dalam berbuat kebaikan itu benar-benar ia sadar, bahwa kebaikannya itu memang berguna, dapat diterima Tuhan. Dalam meninggalkan kejahatan pun juga dia mengerti benar bahaya dan berapa jauhnya kejahatan itu akan membawa akibat." Inilah yang dikatakan Syaikh Muhammad Abduh dalam menafsirkan ayat ini, yang di dalam Qur'an, selain ayat tersebut sudah banyak pula ayat-ayat lain yang disebutkan secara jelas sekali. Qur'an menghendaki manusia supaya merenungkan alam semesta ini, supaya mengetahui berita-berita sekitar itu, yang kelak renungan demikian itu akan mengantarkannya kepada kesadaran tentang wujud Tuhan, tentang keesaanNya, seperti dalam firman Allah: "Bahwasanya dalam penciptaan langit dan bumi, dalam pergantian malam dan siang, bahtera yang mengarungi lautan membawa apa yang berguna buat umat manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkanNya bumi yang sudah mati kering, kemudian disebarkanNya di bumi itu segala jenis hewan, pengisaran angin dan awan yang dikemudikan dari antara langit dan bumi - adalah tanda-tanda (akan keesaan dan kebesaran Tuhan) buat mereka yang menggunakan akal pikiran." (Qur'an, 2: 164) " Dan sebagai suatu tanda buat mereka, ialah bumi yang mati kering. Kami hidupkan kembali dan Kami keluarkan dari sana benih yang sebagian dapat dimakan. Disana Kami adakan kebun-kebun kurma dan palm dan anggur dan disana pula Kami pancarkan mata air - supaya dapat mereka makan buahnya. Semua itu bukan usaha tangan mereka. Kenapa mereka tidak berterima kasih. Maha Suci Yang telah menciptakan semua yang ditumbuhkan bumi berpasang-pasangan, dan dalam diri mereka sendiri serta segala apa yang tiada mereka ketahui. Juga sebagai suatu tanda buat mereka - ialah malam. Kami lepaskan siang, maka mereka pun berada dalam kegelapan. Matahari pun beredar menurut ketetapan yang sudah ditentukan. Itulah ukuran dari Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Juga bulan, sudah Kami tentukan tempat-tempatnya sampai ia kembali lagi seperti mayang yang sudah tua. Matahari tiada sepatutnya akan mengejar bulan dan malam pun tiada akan mendahului siang. Masing-masing berjalan dalam peredarannya. Juga sebagai suatu tanda buat mereka - ialah turunan mereka yang Kami angkut dalam kapal yang penuh muatan. Dan buat mereka Kami ciptakan pula yang serupa, yang dapat mereka kendarai. Kalau Kami kehendaki, Kami karamkan mereka. Tiada penolong lagi buat mereka, juga mereka tak dapat diselamatkan. Kecuali dengan rahmat dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada waktunya." (Qur'an, 36: 33-44.) Kekuatan iman Anjuran supaya memperhatikan alam ini, menggali segala ketentuan dan hukum yang ada di dalam alam ini serta menjadikannya sebagai pedoman yang akan mengantarkan kita beriman kepada Penciptanya, sudah beratus kali disebutkan dalam pelbagai Surah dalam Qur'an. Semuanya ditujukan kepada tenaga akal pikiran manusia, menyuruh manusia menilainya, merenungkannya, supaya imannya itu didasarkan kepada akal pikiran, dan keyakinan yang jelas. Qur'an mengingatkan supaya jangan menerima begitu saja apa yang ada pada nenek moyangnya, tanpa memperhatikan, tanpa meneliti lebih jauh serta dengan keyakinan pribadi akan kebenaran yang dapat dicapainya itu. Iman kepada Allah Iman demikian inilah yang dianjurkan oleh Islam. Dan ini bukan iman yang biasa disebut "iman nenek-nenek," melainkan iman intelektual yang sudah meyakinkan, yang sudah direnungkan lagi, kemudian dipikirkan matang-matang, sesudah itu, dengan renungan dan pemikirannya itu ia akan sampai kepada keyakinan tentang Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya rasa tak ada orang yang sudah dapat merenungkan dengan akal pikiran dan dengan hatinya, yang tidak akan sampai kepada iman. Setiap ia merenungkan lebih dalam, berpikir lebih lama dan berusaha menguasai ruang dan waktu ini serta kesatuan yang terkandung di dalamnya, yang tiada berkesudahan, dengan anggota-anggota alam semesta tiada terbatas, yang selalu berputar ini - sekelumit akan terasa dalam dirinya tentang anggota-anggota alam itu, yang semuanya berjalan menurut hukum yang sudah ditentukan dan dengan tujuan yang hanya diketahui oleh penciptanya. Ia pun akan merasa yakin akan kelemahan dirinya, akan pengetahuannya yang belum cukup, jika saja ia tidak segera dibantu dengan kesadarannya tentang alam ini, dibantu dengan suatu kekuatan diatas kemampuan pancaindera dan otaknya, yang akan menghubungkannya dengan seluruh anggota alam, dan yang akan membuat dia menyadari tempatnya sendiri. Dan kekuatan itu ialah iman. Jadi iman itu ialah perasaan rohani, yang dirasakan oleh manusia meliputi dirinya setiap ia mengadakan komunikasi dengan alam dan hanyut kedalam ketak-terbatasan ruang dan waktu. Semua makhluk alam ini akan terjelma dalam dirinya. Maka dilihatnya semua itu berjalan menurut hukum yang sudah ditentukan, dan dilihatnya pula sedang memuja Tuhan Maha Pencipta. Ada pun Ia menjelma dalam alam, berhubungan dengan alam, atau berdiri sendiri dan terpisah, masih merupakan suatu perdebatan spekulatif yang kosong saja. Mungkin berhasil, mungkin juga jadi sesat, mungkin menguntungkan dan mungkin juga merugikan. Disamping itu hal ini tidak pula menambah pengetahuan kita. Sudah berapa lama penulis-penulis dan failasuf-failasuf itu satu sama lain berusaha hendak mengetahui zat Maha Pencipta ini, namun usaha dan daya upaya mereka itu sia-sia. Dan ada pula yang mengakui, bahwa itu memang berada di luar jangkauan persepsinya. Kalau memang akal yang sudah tak mampu mencapai pengertian ini, maka ketidak mampuannya itu lebih-lebih lagi memperkuat keimanan kita. Perasaan kita yang meyakinkan tentang adanya Wujud Maha Tinggi, Yang Maha Mengetahui akan segalanya dan bahwa Dialah Maha Pencipta, Maha Perencana, segalanya akan kembali kepadaNya, maka keadaan semacam itu akan sudah meyakinkan kita, bahwa kita takkan mampu menjangkau zatNya betapa pun besarnya iman kita kepadaNya itu Demikian juga, kalau sampai sekarang kita tak dapat menangkap apa sebenarnya listrik itu meskipun dengan mata kita sendiri kita melihat bekasnya, begitu juga eter yang tidak kita ketahui meskipun sudah dapat ditentukan, bahwa gelombangnya itu dapat inemindahkan suara dan gambar, pengaruh dan bekasnya itu buat kita sudah cukup untuk mempercayai adanya listrik dan adanya eter. Alangkah angkuhnya kita, setiap hari kita menyaksikan keindahan dan kebesaran yang diciptakan Tuhan, kalau kita masih tidak mau percaya sebelum kita mengetahui zatNya. Tuhan Yang Maha Transenden jauh di luar jangkauan yang dapat mereka lukiskan. Kenyataan dalam hidup ialah bahwa mereka yang mencoba menggambarkan zat Tuhan Yang Maha Suci itu ialah mereka yang dengan persepsinya sudah tak berdaya mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi dalam melukiskan apa yang diatas kehidupan insan. Mereka ingin mengukur alam ini serta Pencipta alam menurut ukuran kita yang nisbi dan terbatas sekali dalam batas-batas ilmu kita yang hanya sedikit itu. Sebaliknya mereka yang sudah benar-benar mencapai ilmu, akan teringat oleh mereka firman Tuhan ini: "Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Jawablah: Ruh itu termasuk urusan Tuhan. Pengetahuan yang diberikan kepada kamu itu hanya sedikit sekali." (Qur'an, 17: 85) Iman dasar Islam Kalbu mereka sudah penuh dengan iman kepada Pencipta Ruh dan Pencipta semesta Alam ini, sesudah itu tidak perlu mereka menjerumuskan diri ke dalam perdebatan spekulatif yang kosong, yang takkan memberi hasil, takkan mencapai suatu kesimpulan. Islam yang dicapai dengan iman dan Islam yang tanpa iman oleh Qur'an dibedakan: "Orang-orang Arab badwi itu berkata: 'Kami sudah beriman.' Katakanlah 'Kamu belum beriman, tapi katakan saja: kami sudah islam.' Iman itu belum lagi masuk ke dalam hati kamu." (Qur'an, 49: 14) Contoh Islam yang demikian ini ialah yang tunduk kepada ajakan orang karena kehendaknya atau karena takut, karena kagum atau karena mengkultuskan diluar hati yang mau menurut dan memahami benar-benar akan ajaran itu sampai ke batas iman. Yang demikian ini belum mendapat petunjuk Tuhan sampai kepada iman yang seharusnya dicapai, dengan jalan merenungkan alam dan mengetahui hukum alam, dan yang dengan renungan dan pengetahuannya itu ia akan sampai kepada Penciptanya - melainkan jadi Islam karena suatu keinginan atau karena nenek-moyangnya memang sudah Islam. Oleh karenanya iman itu belum merasuk lagi kedalam hatinya, sekalipun dia sudah Islam. Manusia-manusia Muslim semacam ini ada yang hendak menipu Tuhan dan menipu orang-orang beriman, tetapi sebenarnya mereka sudah menipu diri sendiri dengan tiada mereka sadari. Dalam hati mereka sudah ada penyakit. Maka oleh Tuhan ditambah lagi penyakit mereka itu. Mereka itulah orang-orang beragama tanpa iman; islamnya hanya karena didorong oleh suatu keinginan atau karena takut, sedang jiwanya tetap kerdil, keyakinannya tetap lemah dan hatinya pun bersedia menyerah kepada kehendak manusia, menyerah kepada perintahnya. Sebaliknya mereka, yang keimanannya kepada Allah itu dengan imam yang sungguh-sungguh, diantarkan oleh akal pikiran dan oleh jantung yang hidup, dengan jalan merenungkan alam ini, mereka itulah orang yang beriman. Mereka yang akan menyerahkan persoalannya hanya kepada Tuhan, mereka itulah orang yang tidak mengenal menyerah selain kepada Allah. Dengan Islamnya itu mereka tidak memberi jasa apa-apa kepada orang. "Tetapi sebenarnya Tuhanlah yang berjasa kepada kamu, karena kamu telah dibimbingNya kepada keimanan, kalau kamu memang orang-orang yang benar." (Qur'an, 49: 17) Jadi barangsiapa menyerahkan diri patuh kepada Allah dan dalam pada itu melakukan perbuatan baik, mereka tidak perlu merasa takut, tidak usah bersedih hati. Mereka tidak takut akan menghadapi hidup miskin atau hina, sebab dengan iman itu mereka sudah sangat kaya, sangat mendapat kehormatan. Kehormatan yang ada pada Tuhan dan pada orang-orang beriman. Jiwa yang rela dan tenteram dengan imannya ini, ia merasa lega bila selalu ia berusaha hendak mengetahui rahasia-rahasia dan hukum-hukum alam, yang berarti akan menambah hubungannya dengan Tuhan. Dan langkah kearah pengetahuan ini ialah dengan jalan membahas dan merenungkan segala ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini dengan cara ilmiah seperti dianjurkan oleh Qur'an dan dipraktekkan pula sungguh-sungguh oleh kaum Muslimin dahulu, yaitu seperti cara ilmiah yang modern di Barat sekarang. Hanya saja tujuannya dalam Islam dan dalam kebudayaan Barat itu berbeda. Dalam Islam tujuannya supaya manusia membuat hukum Tuhan dalam alam ini menjadi hukumnya dan peraturannya sendiri, sementara di Barat tujuannya ialah mencari keuntungan materi dan apa yang ada dalam alam ini. Dalam Islam tujuan yang pertama sekali ialah 'irfan - mengenal Tuhan dengan baik, makin dalam 'irfan atau persepsi (pengenalan) kita makin dalam pula iman kita kepada Tuhan. Tujuan ini ialah hendak mencapai 'irfan yang baik dari segi seluruh masyarakat, bukan dari segi pribadi saja. Masalah integritas rohani bukan suatu masalah pribadi semata. Tak ada tempat buat orang mengurung diri sebagai suatu masyarakat tersendiri. Bahkan ia seharusnya menjadi dasar kebudayaan untuk masyarakat manusia sedunia - dari ujung ke ujung. Oleh karena itu seharusnya umat manusia berusaha terus demi integritas (kesempurnaan) rohani itu, yang berarti lebih besar daripada pengamatannya mengenai hakekat indera (sensibilia). Persepsi2 mengenai rahasia benda-benda dan hukum-hukum alam yang hendak mencapai integritas itu lebih besar daripada persepsi sebagai alat guna mencapai kekuasaan materi atas benda-benda itu. Dengan mencari pertolongan Tuhan sampai kepada alam Untuk mencapai integritas rohani ini tidak cukup kita bersandar hanya kepada logika kita saja, malah dengan logika itu kita harus membukakan jalan buat hati kita dan pikiran kita untuk sampai ke tingkat tertinggi. Hal ini bisa terjadi hanya jika manusia mencari pertolongan dari Tuhan, menghadapkan diri kepadaNya dengan sepenuh hati dan jiwa. Hanya kepadaNya kita menyembah dan hanya kepadaNya kita meminta pertolongan, untuk mencapai rahasia-rahasia alam dan undang-undang kehidupan ini. Inilah yang disebut hubungan dengan Tuhan, mensyukuri nikmat Tuhan, supaya bertambah kita mendapat petunjuk akan apa yang belum kita capai, seperti dalam firman Tuhan: "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakan) Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang bermohon - apabila dia bermohon kepadaKu. Maka sambutlah seruanKu dan berimanlah kepadaKu, kalau-kalau mereka terbimbing ke jalan yang lurus." (Qur'an 2: 186) Sembahyang "Dan carilah pertolongan Tuhan dengan tabah, dan dengan menjalankan sembahyang, dan sembahyang itu memang berat, kecuali bagi orang-orang yang rendah hati-kepada Tuhan. Orang-orang yang menyadari bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan dan kepadaNya mereka kembali." (Qur'an 2: 45-46) Salat ialah suatu bentuk komunikasi dengan Tuhan secara beriman serta meminta pertolongan kepadaNya. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan salat bukanlah sekadar ruku' dan sujud saja, membaca ayat-ayat Qu'ran atau mengucapkan takbir dan ta'zim demi kebesaran Tuhan tanpa mengisi jiwa dan hati sanubari dengan iman, dengan kekudusan dan keagungan Tuhan. Tetapi yang dimaksudkan dengan salat atau sembahyang ialah arti yang terkandung di dalam takbir, dalam pembacaan, dalam ruku', sujud serta segala keagungan, kekudusan dan iman itu. Jadi beribadat demikian kepada Tuhan ialah suatu ibadat yang ikhlas - demi Tuhan Cahaya langit dan bumi. "Kebaikan itu bukanlah karena kamu menghadapkan muka ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada Hari Kemudian, malaikat-malaikat, Kitab, dan para nabi serta mengeluarkan harta yang dicintainya itu untuk kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang terlantar dalam perjalanan, orang-orang yang meminta, untuk melepaskan perbudakan, mengerjakan sembahyang dan mengeluarkan zakat, kemudian orang-orang yang suka memenuhi janji bila berjanji, orang-orang yang tabah hati dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itu orang-orang yang dapat memelihara diri." (Qur'an, 2: 177) Orang mukmin yang benar-benar beriman ialah yang menghadapkan seluruh kalbunya kepada Allah ketika ia sedang sembahyang, disaksikan oleh rasa takwa kepadaNya, serta mencari pertolongan Tuhan dalam menunaikan kewajiban hidupnya. Ia mencari petunjuk, memohonkan taufik Allah dalam memahami rahasia dan hukum alam ini. Orang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah tengah ia sembahyang akan merasakannya sendiri, selalu akan merasa, dirinya adalah sesuatu yang kecil berhadapan dengan kebesaran Allah Yang Maha Agung. Apabila kita dalam pesawat terbang diatas ketinggian seribu atau beberapa ribu meter, kita melihat gunung-gunung, sungai dan kota-kota sebagai gejala-gejala kecil di atas bumi. Kita melihatnya terpampang di depan mata kita seperti jalur-jalur yang tergaris di atas sebuah peta dan seolah permukaannya sudah rata mendatar tak ada gunung atau bangunan yang lebih tinggi, tak ada ngarai, sumur atau sungai yang lebih rendah, warna-warna sambung-menyambung, saling berkait, tercampur, makin tinggi kita terbang warna-warna itu makin tercampur. Seluruh bumi kita ini tidak lebih dari sebuah planet kecil saja. Dalam alam ini terdapat ribuan tata surya dan planet-planet. Semua itu tidak lebih dari sejumlah kecil saja dalam ketakterbatasan seluruh eksistensi ini. Alangkah kecilnya kita, alangkah lemahnya kcadaan kita berhadapan dengan Pencipta dan Pengurus wujud ini. KebesaranNya diatas jangkauan pengertian kita! Dalam kita menghadapkan seluruh kalbu kita dengan penuh ikhlas kepada Kebesaran Tuhan Yang Maha Suci, kita mengharapkan pertolongan kepadaNya untuk memberikan kekuatan atas kelemahan diri kita ini, memberi petunjuk dalam mencari kebenaran - alangkah wajarnya bila kita dapat melihat persamaan semua manusia dalam kelemahannya itu, yang dalam berhadapan dengan Tuhan tak dapat ia memperkuat diri dengan harta dan kekayaan, selain dengan imannya yang teguh dan tunduk hanya kepada Allah, berbuat kebaikan dan menjaga diri. Persamaan di hadapan Tuhan Persamaan yang sesungguhnya dan sempurna ini di hadapan Tuhan tidak sama dengan persamaan yang biasa disebut-sebut dalam kebudayaan Barat waktu-waktu belakangan ini, yaitu persamaan di hadapan hukum. Sudah begitu jauh kebudayaan itu memandang persamaan, sehingga hampir-hampir pula tidak lagi diakui di depan hukum. Buat orang-orang tertentu sudah tidak berlaku lagi untuk menghormatinya. Persamaan di hadapan Tuhan, persamaan yang kenyataannya dapat kita rasakan dikala sembahyang, yang dapat kita capai dengan pandangan kita yang bebas - tidak sama dengan persamaan dalam persaingan untuk mencari kekayaan, persaingan yang membolehkan orang melakukan segala tipu-daya dan bermuka-muka, kemudian orang yang lebih pandai mengelak dan bisa main, ia akan selamat dari kekuasaan hukum. Persamaan dihadapan Allah ini menuju kepada persaudaraan yang sebenarnya, sebab semua orang dapat merasakan bahwa mereka sebenarnya bersaudara dalam berihadat kepada Allah dan hanya kepadaNya mereka beribadat. Persaudaraan demikian ini didasarkan kepada saling penghargaan yang sehat, renungan serta pandangan yang bebas seperti dianjurkan oleh Qur'an. Adakah kebebasan, persaudaraan dan persamaan yang lebih besar daripada umat ini di hadapan Allah, semua menundukkan kepala kepadaNya, bertakbir, ruku' dan bersujud. Tiada perbedaan antara satu dengan yang lain - semua mengharapkan pengampunan, bertaubat, mengharapkan pertolongan. Tak ada perantara antara mereka itu dengan Tuhan kecuali amalnya yang saleh (perbuatan baik) serta perbuatan baik yang dapat dilakukannya dan menjaga diri dari kejahatan. Persaudaraan yang demikian ini dapat membersihkan hati dari segala noda materi dan menjamin kebahagiaan manusia, juga akan mengantarkan mereka dalam memahami hukum Tuhan dalam kosmos ini, sesuai dengan petunjuk dalam cahaya Tuhan yang telah diberikan kepada mereka. Tidak semua orang sama kemampuannya dalam melakukan baktinya sebagaimana diperintahkan Allah. Adakalanya tubuh kita membebani jiwa kita, sifat materialisma kita dapat menekan sifat kemanusiaan kita, kalau kita tidak melakukan latihan rohani secara tetap, tidak menghadapkan kalbu kita kepada Allah selama dalam salat kita; dan sudah cukup hanya dengan tatatertib sembahyang, seperti ruku', sujud dan bacaan-bacaan. Oleh karena itu harus diusahakan sekuat tenaga menghentikan daya tubuh yang terlampau memberatkan jiwa, sifat materialisma yang sangat menekan sifat kemanusiaan. Untuk itu Islam telah mewajibkan puasa sebagai suatu langkah mencapai martabat kebaktian (takwa) itu seperti dalam firman Tuhan: "Orang-orang beriman! Kepadamu telah diwajibkan berpuasa, seperti yang sudah diwajibkan juga kepada mereka yang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa - memelihara diri dari kejahatan." (Qur'an, 2: 183) Bertakwa dan berbuat baik (birr) itu sama. Yang berbuat baik orang yang bertakwa dan yang berbuat baik ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab dan para nabi dan diteruskan dengan ayat yang sudah kita sebutkan. Puasa bukan suatu tekanan Kalau tujuan puasa itu supaya tubuh tidak terlampau memberatkan jiwa, sifat materialisma kita jangan terlalu menekan sifat kemanusiaan kita, orang yang menahan diri dari waktu fajar sampai malam, kemudian sesudah itu hanyut dalam berpuas-puas dalam kesenangan, berarti ia sudah mengalihkan tujuan tersebut. Tanpa puasa pun hanyut dalam memuaskan diri itu sudah sangat merusak, apalagi kalau orang berpuasa, sepanjang hari ia menahan diri dari segala makanan, minuman dan segala kesenangan, dan bilamana sudah lewat waktunya ia lalu menyerahkan diri kepada apa saja yang dikiranya di waktu siang ia tak dapat menikmatinya! Kalau begitu Tuhan jugalah yang menyaksikan, bahwa puasanya bukan untuk membersihkan diri, mempertinggi sifat kemanusiaannya, juga ia berpuasa bukan atas kehendak sendiri karena percaya, bahwa puasa itu memberi faedah kedalam rohaninya, tapi ia puasa karena menunaikan suatu kewajiban, tidak disadari oleh pikirannya sendiri perlunya puasa itu. Ia melihatnya sebagai suatu kekangan atas kebebasannya, begitu kebebasan itu berakhir pada malam harinya, begitu hanyut ia kedalam kesenangan, sebagai ganti puasa yang telah mengekangnya tadi. Orang yang melakukan ini sama seperti orang yang tidak mau mencuri, hanya karena undang-undang melarang pencurian, bukan karena jiwanya sudah cukup tinggi untuk tidak melakukan perbuatan itu dan mencegahnya atas kemauan sendiri pula. Sebenarnya tanggapan orang mengenai puasa sebagai suatu tekanan atau pencegahan dan pembatasan atas kebebasan manusia adalah suatu tanggapan yang salah samasekali, yang akhirnya akan menempatkan fungsi puasa tidak punya arti dan tidak punya tempat lagi. Puasa yang sebenarnya ialah membersihkan jiwa. Orang berpuasa diharuskan oleh pikiran kita yang timbul atas kehendak sendiri, supaya kebebasan kemauan dan kebebasan berpikirnya dapat diperoleh kembali. Apabila kedua kebebasan ini sudah diperolehnya kembali, ia dapat mengangkat ke martabat yang lebih tinggi, setingkat dengan iman yang sebenarnya kepada Allah. Inilah yang dimaksud dengan firman Tuhan - setelah menyebutkan bahwa puasa telah diwajibkan kepada orang-orang beriman seperti sudah diwajibkan juga kepada orang-orang yang sebelum mereka: "Beberapa hari sudah ditentukan. Tetapi barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau sedang dalam perjalanan, maka dapat diperhitungkan pada kesempatan lain. Dan buat orangorang yang sangat berat menjalankannya, hendaknya ia membayar fid-yah dengan memberi makan kepada orang rniskin, dan barangsiapa mau mengerjakan kebaikan atas kemauan sendiri, itu lebih baik buat dia; dan bila kamu berpuasa, itu lebih baik buat kamu, kalau kamu mengerti." (Qur'an, 2: 184) Seolah tampak aneh apa yang saya katakan itu, bahwa dengan puasa kita dapat memperoleh kembali kebebasan kemauan dan kebebasan berpikir kalau yang kita maksudkan dengan puasa dengan segala apa yang baik itu untuk kehidupan rohani kita. Ini memang tampak aneh, karena dalam bayangan kita bentuk kebebasan ini telah dirusak oleh pikiran modern, bilamana batas-batas rohani dan mental itu dihancurkan, kemudian batas-batas kebendaannya dipertahankan, yang oleh seorang prajurit dapat dilaksanakan dengan pedang undang-undang. Menurut pikiran modern, manusia tidak bebas dalam hal ia melanda harta atau pribadi orang lain. Akan tetapi ia bebas terhadap dirinya sendiri sekalipun hal ini sudah melampaui batas-batas segala yang dapat diterima akal atau dibenarkan oleh kaidah-kaidah moral. Sedang kenyataan dalam hidup bukan yang demikian. Kenyataannya ialah manusia budak kebiasaannya. Ia sudah biasa makan di waktu pagi; waktu tengah hari, waktu sore. Kalau dikatakan kepadanya: makan pagi dan sore sajalah, maka ini akan dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya. Padahal itu adalah pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya, kalau benar ungkapan demikian ini. Orang yang sudah biasa merokok sampai kebatas ia diperbudak oleh kebiasaan merokoknya itu, lalu dikatakan kepadanya: sehari ini kamu jangan merokok, maka ini dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya. Padahal sebenarnya itu tidak lebih adalah pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya. Ada lagi orang yang sudah biasa minum kopi atau teh atau minuman lain apa saja dalam waktu-waktu tertentu lalu dikatakan kepadanya: gantilah waktu-waktu itu dengan waktu yang lain, maka pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya itu dianggapnya sebagai pelanggaran atas kebebasannya. Budak kebiasaan serupa ini merusak kemauan, merusak arti yang sebenarnya dari kebebasan dalam bentuknya yang sesungguhnya. Disamping itu, ini juga merusak cara berpikir sehat, sebab dengan demikian berarti ia telah ditunjukkan oleh pengaruh hajat jasmani dari segi kebendaannya, yang sudah dibentuk oleh kebiasaan itu. Oleh karena itu banyak orang yang telah melakukan puasa dengan cara yang bermacam-macam, yang secara tekun dilakukannya dalam waktu-waktu tertentu setiap minggu atau setiap bulan. Tetapi Tuhan menghendaki yang lebih mudah buat manusia dengan diwajibkan kepada mereka berpuasa selama beberapa hari yang sudah ditentukan, supaya dalam pada itu semua sama, dengan diberikan pula kesempatan fid-yah. Mereka masing-masing yang telah dibebaskan karena dalam keadaan sakit atau sedang dalam perjalanan dapat mengganti puasanya itu pada kesempatan lain. Kewajiban berpuasa selama hari-hari yang sudah ditentukan untuk memperkuat arti persaudaraan dan persamaan di hadapan Tuhan, sungguh suatu latihan rohani yang luarbiasa. Semua orang, selama menahan diri sejak fajar hingga malam hari mereka telah melaksanakan persamaan itu antara sesama mereka, sama halnya seperti dalam sembahyang jamaah. Dengan persaudaraan demikian selama itu mereka merasakan adanya suatu perasaan yang mengurangi rasa kelebihan mereka dalam mengecap kenikmatan rejeki yang diberikan Tuhan kepadanya. Dengan demikian puasa berarti memperkuat arti kebebasan, persaudaraan dan persamaan dalam jiwa manusia seperti halnya dengan sembahyang. Kalau kita menyambut puasa dengan kemauan sendiri dengan penuh kesadaran bahwa perintah Tuhan tak mungkin bertentangan dengan cara-cara berpikir yang sehat, yang telah dapat memahami tujuan hidup dalam bentuknya yang paling tinggi, tahulah kita arti puasa yang dapat membebaskan kita dari budak kebiasaan itu, yang juga sebagai latihan dalam menghadapi kemauan dan arti kebebasan kita sendiri. Disamping itu kita pun sudah diingatkan, bahwa apa yang telah ditentukan manusia terhadap dirinya sendiri - dengan kehendak Tuhan - mengenai batas-batas rohani dan mentalnya sehubungan dengan kebebasan yang dimilikinya untuk melepaskan diri dari beberapa kebiasaan dan nafsunya, ialah cara yang paling baik untuk mencapai martabat iman yang paling tinggi itu. Apabila taklid dalam iman belum dapat disebut iman, melainkan baru Islam yang tanpa iman, maka taklid dalam puasa juga belum dapat disebut puasa. Oleh karena itu orang yang bertaklid menganggap puasanya suatu kekangan dan membatasi kebebasannya - sebaliknya daripada dapat memahami arti pembebasan dari belenggu kebiasaan serta konsumsi rohani dan mental yang sangat besar itu. Zakat Apabila dengan jalan latihan rohani ini manusia telah sampai kepada arti hukum dan rahasia-rahasia alam dan mengetahui pula dimana tempatnya dan tempat anak manusia ini, cintanya kepada sesama anak manusia akan lebih besar lagi, dan semua anak manusia saling cinta dalam Tuhan. Mereka akan saling tolong-menolong untuk kebaikan dan rasa takwa - menjaga diri dari kejahatan. Yang kuat mengasihi yang lemah, yang kaya mengulurkan tangan kepada yang tidak punya. Ini adalah zakat, dan selebihnya sedekah. Dalam sekian banyak ayat Qur'an selalu mengaitkan zakat dengan salat. Kita sudah membaca firman Tuhan: "Tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, malaikat, Kitab dan para nabi; mengeluarkan harta yang dicintainya itu kepada kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang yang melepaskan perbudakan, mengerjakan salat dan mengeluarkan zakat." (Qur'an, 2: 177) "Kamu kerjakanlah sembahyang dan keluarkan pula zakat serta tundukkan kepala (ruku') bersama orang-orang yang menundukkan kepala." (Qur'an, 2: 43) "Beruntunglah orang-orang yang sudah beriman. Mereka yang dengan khusyu' mengerjakan sembahyang. Mereka yang menjauhkan diri dan percakapan yang tiada berguna. Dan mereka yang mengeluarkan zakat." (Qur'an, 23: 1-4) Ayat-ayat yang mengaitkan zakat dengan salat itu banyak sekali. Apa yang disebutkan dalam Qur'an tentang zakat dan sedekah cukup menyeluruh dan kuat sekali. Dalam melakukan perbuatan baik, sedekah itu terletak pada tempat pertama, orang yang melakukannya akan mendapat pahala yang amat sempurna. Bahkan ia terletak disamping iman kepada Allah, sehingga kita merasa seolah itu sudah hampir sebanding. Tuhan berfirman: "Tangkaplah orang itu dan belenggukanlah. Kemudian campakkan kedalam api menyala. Sesudah itu belitkan dengan rantai yang panjangnya tujuhpuluh hasta. Dahulu ia sungguh tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Juga tidak mendorong orang memberi makan orang miskin." (Qur'an, 69: 30-34) "... Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang taat. Yaitu mereka, yang apabila disebutkan nama Tuhan hatinya merasa takut karena taatnya, dan mereka yang tabah hati terhadap apa yang menimpa mereka serta mereka yang mengerjakan salat dan menafkahkan sebagian rejeki yang diberikan Tuhan kepada mereka."' (Qur'an, 22: 34-35) "Mereka yang menafkahkan hartanya - baik di waktu malam atau di waktu siang, dengan sembunyi atau terang-terangan, mereka akan mendapat pahala dari Tuhan. Tidak usah mereka takut, juga jangan bersedih hati" (Qur'an, 2: 274) Qur'an tidak hanya menyebutkan masalah-masalah sedekah serta pahalanya yang akan diberikan Tuhan yang sama seperti pahala orang beriman dan mengerjakan sembahyang, bahkan adab sedekah itu telah dilembagakan pula dengan suatu tatacara yang sungguh baik sekali. "Bilamana kamu memperlihatkan sedekah itu, itu memang baik sekali. Tetapi kalau pun kamu sembunyikan memberikannya kepada orang fakir, maka itu pun lebih baik lagi buat kamu." (Qur'an, 2: 271) "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai hal-hal yang tidak menyenangkan hati Allah Maha Kaya dan Maha Penyantun. Orang-orang beriman, janganlah kamu hapuskan nilai sedekahmu itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti hati orang." (Qur'an, 2: 263-264) Firman Tuhan itu memberikan pula penjelasan kepada siapa sedekah itu harus diberikan: Sedekah itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, orang-orang yang perlu dilunakkan hatinya, untuk melepaskan perbudakan, orang-orang yang dibebani utang, untuk jalan Allah dan mereka yang sedang dalam perjalanan. Inilah yang telah diwajibkan oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Bijaksana." (Qur'an, 9: 60) Lembaga zakat Zakat dan sedekah itu salah satu kewajiban dalam Islam, termasuk salah satu rukun Islam. Tetapi apakah kewajiban ini termasuk ibadat, ataukah masuk bagian akhlak? Tentu ini termasuk ibadat. Semua orang beriman bersaudara, dan iman seseorang belum lagi sempurna sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Dengan berpegang pada Nur Ilahi antara sesama mereka, orang-orang beriman saling cinta-mencintai. Kewajiban zakat dan sedekah terikat oleh persaudaraan ini, bukan oleh akhlak dan disiplinnya serta oleh hubungan antar-manusia dengan segala tata-tertibnya. Segala yang terikat oleh persaudaraan, terikat juga oleh iman kepada Allah, dan segala yang terikat oleh iman kepada Allah ialah ibadah. Itu sebabnya maka zakat menjadi salah satu rukun Islam yang lima, dan karena itu pula setelah Nabi wafat Abu Bakr menuntut supaya Muslimin menunaikan zakatnya. Setelah dilihatnya ada sebagian orang yang mau membangkang, Pengganti Muhammad itu melihat pembangkangan ini sebagai suatu kelemahan dalam iman mereka; mereka lebih mengutamakan harta daripada iman, mereka hendak meninggalkan disiplin rohani yang telah ditentukan Qur'an itu. Dengan demikian ini merupakan kemurtadan dari Islam. Karena 'perang ridda' itu jugalah Abu Bakr berhasil mengukuhkan kembali sejarah Islam itu selengkapnya, dan yang tetap menjadi kebanggaan sepanjang sejarah. Cinta harta Dengan fungsi zakat dan sedekah sebagai kewajiban yang bertalian dengan iman dalam disiplin rohanl ia dianggap sebagai salah satu unsur yang harus membentuk kebudayaan dunia. Inilah hikmah yang paling tinggi yang akan mengantarkan manusia mencapai kebahagiaannya. Harta dan segala keserakahan orang memupuk-mupuk harta merupakan sebab timbulnya superioritas (rasa keunggulan) seorang kepada yang lain. Sampai sekarang ia masih merupakan sebab timbulnya penderitaan dunia ini dan sumber pemberontakan dan peperangan selalu. Sampai sekarang mammonisma - penyembahan harta - masih tetap merupakan sebab timbulnya dekadensi moral yang selalu menimpa dunia dan dunia tetap bergelimang dibawah bencana itu. Memupuk-mupuk harta dan keserakahan akan harta itulah yang telah menghilangkan rasa persaudaraan umat manusia, dan membuat manusia satu sama lain saling bermusuhan. Sekiranya pandangan mereka itu lebih sehat dengan pikiran yang lebih luhur, tentu akan mereka lihat bahwa persaudaraan itu lebih kuat menanamkan kebahagiaan daripada harta, mereka akan melihat juga bahwa memberikan harta kepada yang membutuhkan akan lebih terhormat pada Tuhan dan pada manusia daripada orang harus tunduk kepada harta itu. Kalau benar-benar mereka beriman kepada Allah tentu mereka akan saling bersaudara, dan manifestasi persaudaraan ini ialah pertolongan kepada orang yang sedang dalam penderitaan, membantu orang yang membutuhkannya dan dapat pula menghapuskan kemiskinan yang akan menjerumuskan manusia kedalam penderitaan itu. Apabila negara-negara yang sudah tinggi kebudayaannya pada zaman kita sekarang ini mendirikan rumah-rumah sakit, lembaga-lembaga sosial dan amal untuk menolong fakir-miskin, atas nama kasih sayang dan kemanusiaan, maka didirikannya lembaga-lembaga itu karena didorong oleh rasa persaudaraan serta rasa cinta dan syukur kepada Allah atas nikmat yang diterimanya, sungguh ini suatu pikiran yang lebih tinggi dan lebih tepat memberikan kebahagiaan kepada seluruh umat manusia, seperti dalam firman Tuhan: "Dengan kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadamu, carilah kebahagiaan akhirat, tapi jangan kaulupakan nasibmu dalam dunia ini. Berbuatlah kebaikan (kepada orang lain) seperti Tuhan telah berbuat kebaikan kepadamu, dan jangan engkau berbuat bencana di muka bumi ini. Allah sungguh tidak mencintai orang-orang yang berbuat bencana." (Qur'an, 28: 77) Ibadah haji Persaudaraan insani ini akan menambah rasa cinta manusia satu sama lain. Dalam Islam, rasa cinta demikian ini tidak seharusnya akan terhenti pada batas-batas tanah air tertentu, atau hanya terbatas pada salah satu benua. Yang seharusnya bahkan tidak boleh mengenal batas samasekali. Oleh karena itu, dari seluruh pelosok bumi manusia harus saling mengenal, supaya satu sama lain dapat menambah rasa cinta kepada Allah, dan rasa cinta ini akan menambah tebal iman mereka kepada Allah. Untuk mencapai itu manusia dari segenap penjuru bumi harus berkumpul dalam satu irama yang sama, tanpa diskriminasi, dan tempat berkumpul yang terbaik untuk itu ialah di tempat memancarnya cinta ini. Dan tempat itu ialah Baitullah di Mekah, dan inilah yang disebut ibadah haji. Orang-orang beriman tatkala berkumpul disana, tatkala mereka melaksanakan segala upacara, mereka menempuh cara hidup yang luhur sebagai teladan iman kepada Allah, dengan niat yang ikhlas menghadapkan diri kepadaNya. "Musim haji itu ialah dalam beberapa bulan yang sudah ditentukan. Barangsiapa sudah membulatkan niat selama bulan-bulan itu hendak menunaikan ibadah haji, maka tidak boleh ada suatu percakapan kotor, perbuatan jahat dan berbantah-bantahan selama dalam mengerjakan haji. Segala perbuatan baik yang kamu lakukan, Tuhan mengetahuinya. Bawalah perbekalanmu, dan perbekalan yang paling baik ialah menjaga diri dari perbuatan hina. Patuhilah Aku, wahai orang-orang yang berpikiran sehat." (Qur'an. 2: 197) Di dataran tinggi ini, di tempat orang-orang beriman menunaikan ibadah haji untuk saling berkenalan, untuk saling mempererat tali persaudaraan, dan tali persaudaraan ini akan lebih memperkuat iman di tempat ini - segala perbedaan dan diskriminasi yang bagaimanapun di kalangan orang-orang beriman itu harus hilang. Mereka harus merasa, bahwa dihadapan Tuhan mereka itu sama. Mereka menghadapkan seluruh hati sanubarinya untuk mernenuhi panggilan Tuhan, benar-benar beriman akan keesaanNya, bersyukur akan nikrnat yang telah diberikanNya. Rasanya tak ada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat iman akan keagungan Tuhan, sumber segala kebahagiaan. Dihadapan cahaya iman serupa ini, segala angan-angan kosong tentang hidup akan sirna, segala kebanggaan dan kecongkakan karena harta, karena turunan, karena kedudukan dan kekuasaan akan lenyap. Dan karena cahaya iman itu juga, maka manusia akan dapat menyadari arti kebenaran, kebaikan dan keindahan yang ada dalam dunia ini, akan dapat memahami undang-undang Tuhan yang abadi, dalam semesta alam ini, yang takkan pernah berubah dan berganti. Suatu pertemuan umum yang luas ini telah dapat melaksanakan arti persaudaraan dan persamaan semua orang beriman dalam bentuknya yang paling luas, luhur dan bersih. Norma-norma etik dalam Islam Inilah ketentuan-ketentuan dan kaidah-kaidah Islam seperti yang diwahyukan kepada Muhammad 'alaihissalam. Ini terrnasuk prinsip-prinsip iman seperti sudah kita lihat dalam ayat-ayat yang kita kutip tadi, dan sebagai prinsip-prinsip kehidupan rohani Islam. Sesudah semua kita lihat, akan mudah sekal kita menilai, norrna-norma etika apa yang harus kita terapkan atas dasar itu. Norma-norma ini memang sungguh luhur sekali, yang memang belum ada tandingannya dalam kebudayaan mana pun atau dalam zaman apa pun. Apa yang akan membawa manusia untuk mencapai kesempurnaannya bila saja ia dapat melatih diri sebagaimana mestinya, oleh Qur'an sudah dirumuskan, bukan hanya dalam satu surah saja hal ini disebutkan, bahkan disana-sini juga disebut. Begitu salah satu surah kita baca, kita sudah dibawa ke puncak yang lebih tinggi, yang belum dicapai oleh suatu kebudayaan sebelum itu, juga tidak mungkin akan dicapai oleh kebudayaan yang sesudah itu. Untuk mengetahui betapa agungnya klimaks yang telah dicapai itu cukup kita lihat misalnya adat sopan santun atas dasar rohani ini yang bersumberkan keimanan kepada Allah serta latihan mental dan hati kita atas dasar tersebut, tanpa orang melihat akan mencari keuntungan materi di balik sernua itu. Insan Kamil dalam Qur'an Dalam berbagai zaman dan bangsa, penulis-penulis sudah sering sekali melukiskan gambar Manusia Sempurna - atau Superman. Penyair-penyair, para pengarang, filsuf-filsuf dan penulis-penulis drama, sejak zaman dahulu mereka sudah pernah melukiskan gambaran ini, dan sampai sekarang masih terus melukiskan. Tetapi sungguhpun demikian, tidak akan ada sebuah gambaran manusia sempurna yang dilukiskan begitu cemerlang dan unik seperti disebutkan dalam rangkaian Surah al-Isra' (17). Ini baru sebagian saja hikmah yang diwahyukan Allah kepada Rasul, bukan dimaksudkan untuk melukiskan Manusia Sempurna melainkan untuk mengingatkan manusia tentang beberapa kewajiban. Dalam hal ini firman Allah: "Dan Tuhanmu sudah memerintahkan, jangan ada yang kamu sembah selain Dia dan supaya berbuat baik kepada ibu-bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah kamu mengucapkan kata "ah" kepada mereka dan jangan pula kamu membentak mereka, tapi ucapkanlah dengan kata-kata yang mulia kepada mereka (93). Dan rendahkanlah harimu dengan penuh kesayangan kepada mereka, dan doakan: 'Ya Allah, beri rahmatlah kepada mereka berdua, seperti kasih-sayang mereka mendidikku sewaktu aku kecil' (24) Tuhan kamu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Kalau kamu orang-orang yang berguna. Dia Maha Pengampun kepada mereka yang mau bertaubat (25). Berikanlah kepada keluarga yang dekat itu bagiannya, begitu juga kepada orang-orang miskin dan orang dalam perjalanan. Tetapi jangan kamu hambur-hamburkan secara boros (26). Pemboros-pemboros itu sungguh golongan setan, sedang setan sungguh ingkar kepada Tuhan (27). Dan jika kamu berpaling dari mereka karena hendak mencari kurnia Tuhan yang kauharapkan, katakanlah kepada mereka dengan kata-kata yang lemah lembut (28). Jangan kaujadikan tanganmu terbelenggu ke kuduk, dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya, supaya engkau tidak jadi tercela dan menyesal (29). Sesungguhnya Tuhan melimpahkan rejeki kepada siapa saja dan menentukan ukurannya. Dia Maha mengetahui akan hamba-hambaNya (30). Dan jangan kamu membunuhi anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami yang memberi rejeki mereka, juga rejeki kamu: sebab membunuh mereka suatu kesalahan besar (31). Janganlah kamu mendekati perjinahan, sebab perbuatan itu sungguh keji, dan cara yang sangat buruk (32). Janganlah kamu menghilangkan nyawa orang yang sudah dilarang Tuhan, kecuali atas dasar yang benar. Dan barangsiapa dibunuh tidak pada tempatnya, maka kepada penggantinya telah kami berikan kekuasaan; tetapi janganlah dia membunuh dengan melanggar batas karena dia pun (yang dibunuh) mendapat pertolongan (33). Harta anak yatim jangan kamu dekati, kecuali dengan cara yang baik sekali - sampai dia dewasa. Dan penuhilah janji itu, sebab setiap janji menghendaki tanggungjawab (34). Jagalah sukatanmu bila kamu menakar, penuhilah dan timbanglah dengan timbangan yang jujur. Itulah cara yang baik dan akan lebih baik sekali kesudahannya (35). Dan janganlah engkau mencampuri persoalan yang tidak kauketahui; sebab segala pendengaran, penglihatan dan isi hati orang, semua itu akan dimintai pertanggunganjawaban (36). Juga janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan congkak, sebab engkau tidak akan dapat menembus bumi ini, juga tidak akan sampai setinggi gunung (37). Semua itu suatu kejahatan yang dalam pandangan Tuhan sangat buruk sekali." (38) (Qur'an, 17: 23 - 38) Sungguh ini suatu budi pekerti yang luhur, suatu integritas moral yang sempurna sekali! Setiap ayat yang tersebut ini akan membuat pembaca jadi tertegun membacanya, ia akan mengagungkannya melihat susunan yang begitu kuat, begitu indah, dengan daya tarik kata-katanya, artinya yang sangat luhur serta cara melukiskannya yang sudah merupakan suatu mujizat.3 Sayang sekali disini tempatnya tidak mengijinkan kita menyatakan rasa kekaguman itu! Ya, bagaimana akan mungkin, sedang untuk membicarakan keenam belas ayat itu saja seharusnya diperlukan sebuah buku tersendiri yang cukup besar! Qur'an dan budi-pekerti Kalau kita mau membawakan satu segi saja dari budi-pekerti dan pendidikan akhlak yang terdapat dalam Qur'an, tentunya bidangnya akan luas sekali, yang tidak mungkin dapat ditampung dalam penutup buku ini. Cukup kiranya kalau kita sebutkan, bahwa tidak ada sebuah buku pun yang pernah memberikan dorongan begitu besar kepada orang supaya melakukan kebaikan, seperti yang diberikan oleh Qur'an itu. Tidak ada buku yang begitu agung mengangkat martabat manusia seperti yang diperlihatkan Qur'an. Juga yang bicara tentang perbuatan baik dan kasih-sayang, tentang persaudaraan dan cinta-kasih, tentang tolong-menolong dan keserasian, tentang kedermawanan dan kemurahan hati, tentang kesetiaan dan menunaikan amanat, tentang kehersihan dan ketulusan hati, keadilan dan sifat pemaat, kesabaran, ketabahan, kerendahan hati dan dorongan melakukan perbuatan terhormat, berbakti dan mencegah melakukan perbuatan jahat, dengan i'jaz4 (mujizat) yang tak ada taranya dalam menyajikan seperti yang dikemukakan oleh Qur'an itu. Tak ada buku melarang sikap lemah dan pengecut, sifat egoisma dan dengki, kebencian dan kezaliman, berdusta dan mengumpat, pemborosan, kekikiran, tuduhan palsu dan perkataan buruk, permusuhan, perusakan, tipu-muslihat, pengkhianatan dan segala sifat dan perbuatan hina dan mungkar - seperti yang dilarang oleh Qur'an, dengan begitu kuat, meyakinkan, dengan i'jaz (mujizat), yang diturunkan dalam wahyu kepada Nabi berbangsa Arab itu. Tiada sebuah surah pun yang kita baca, yang tidak akan memberi anjuran yang mendorong kita melakukan perbuatan baik, menganjurkan kita berbakti dan mencegah kita melakukan perbuatan jahat. Dianjurkannya orang mencapai kesempurnaan yang akan membawa kepada kehidupan harga diri dan budipekerti yang luhur. Kita dengarkan Qur'an mengenai toleransi: "Tangkislah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya. Kami mengetahui apa yang mereka sebutkan." (Qur'an, 23: 96) "Kebaikan dan kejahatan itu tidak sama. Tangkislah (kejahatan) itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang tadinya bermusuhan dengan engkau, akan menjadi sahabat yang akrab sekali." (Qur'an, 41: 34) Tetapi toleransi yang dianjurkan Qur'an ini tidak mendorong orang bersikap lemah, melainkan menyuruh orang supaya berwatak terhormat (nobility of character), selalu berlumba untuk kebaikan dan menjauhkan diri dari segala kehinaan: "Apabila ada orang memberi salam penghormatan kepadamu, balaslah dengan cara yang lebih baik, atau (setidak-tidaknya) dengan yang serupa." (Qur'an, 4: 86) "Dan kalau kamu mengadakan (pukulan) pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau kamu tabah hati, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati tabah (sabar)." (Qur'an, 16: 126) Dan ini jelas sekali, bahwa toleransi yang dianjurkan itu ialah dalam arti yang terhormat, tanpa bersikap lemah samasekali, melainkan sepenuhnya sikap yang disertai harga diri. Toleransi yang dianjurkan oleh Qur'an dengan cara yang terhormat ini dasarnya ialah persaudaraan, yang oleh Islam dijadikan tiang kebudayaan, dan yang dimaksud pula menjadi persaudaraan antar-manusia di seluruh jagat. Corak persaudaraan Islam ini ialah yang terjalin dalam keadilan dan kasih-sayang tanpa suatu sikap lemah dan menyerah. Persaudaraan atas dasar persamaan dalam hak, dalam kebaikan dan kebenaran tanpa terpengaruh oleh untung-rugi kehidupan duniawi, sekalipun mereka dalam kekurangan. Mereka ini lebih takut kepada Allah daripada kepada yang lain. Mereka ini orang-orang yang punya harga diri. Sungguhpun begitu mereka sangat rendah hati. Mereka orang-orang yang dapat dipercaya, yang menepati janji bila mereka berjanji, orang-orang yang sabar dan tabah dalam menghadapi kesulitan, yang apabila mendapat musibah, mereka berkata: Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun - 'Kami kepunyaan Allah dan kepadaNya juga kami kembali.' Tak ada yang membuang muka dan berjalan di muka bumi dengan sikap congkak. Tuhan menjauhkan mereka dari sifat serakah dan kikir, tiada berkata dusta, terhadap Tuhan dan kepada sesamanya. Mereka tidak mau menyebarkan perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, mereka menjauhkan diri dari segala dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka segera meminta maaf. Mereka dapat menahan amarah dan dapat pula memaafkan orang lain. Sedapat mungkin mereka menghindarkan prasangka, mereka tidak mau saling memata-matai atau saling menggunjing dari belakang. Mereka tidak boleh memakan harta sesamanya dengan cara yang tidak sah, lalu akan membawa perkara itu kepada hakim, supaya mereka dapat memakan harta orang lain dengan cara dosa itu. Jiwa mereka dibersihkan dari segala sifat dengki, tipu-menipu, cakap kosong dan segala perbuatan yang rendah. Sistem moral Ciri-ciri khas watak dan etika yang menjadi landasan budi-pekerti dan pendidikan akhlak yang murni itu dasarnya ialah - seperti yang sudah kita sebutkan - disiplin rohani seperti yang ditentukan oleh Qur'an dan yang bertalian pula dengan iman kepada Allah. Inilah soal yang pokok sekali dan ini pula yang akan menjamin adanya sistem moral dalam jiwa orang dengan tetap bersih dari segala noda, jauh dari segala penyusupan yang mungkin akan merusak. Moral yang dasarnya memperhitungkan untung-rugi segera akan diperbesar selama ia yakin bahwa kelemahan demikian itu tidak akan menggangu keuntungannya. Orang yang dasar moralnya memperhitungkan untung-rugi demikian ini sikap luarnya akan berbeda dengan isi hati. Keadaannya yang disembunyikan akan berbeda dengan yang diperlihatkan kepada orang. Ia berpura-pura jujur, tapi tidak akan segan-segan ia menjadikan itu hanya sebagai tameng untuk memancing keuntungan. Ia berpura-pura benar, tapi tidak akan segan-segan ia meninggalkannya kalau dengan meninggalkan itu ia akan mendapat keuntungan. Orang yang pertimbangan moralnya demikian ini dalam menghadapi godaan mudah sekali jadi lemah, mudah sekali terbawa arus nafsu dan tujuan-tujuan tertentu! Kelemahan ini ialah gejala yang jelas terlihat dalam dunia kita sekarang. Sudah sering sekali orang mendengar adanya perbuatan-perbuatan skandal dan korupsi dimana-mana dalam dunia yang sudah beradab ini. Sebabnya ialah karena kelemahan, orang lebih mencintai harta dan kedudukan atau kekuasaan daripada nilai moral yang tinggi dan iman yang sebenarnya. Tidak sedikit mereka terjerumus masuk ke dalam jurang tragedi moral dan melakukan kejahatan yang paling keji, kita lihat pada mulanya mereka pun berakhlak baik, tetapi masih untung-rugi itu juga yang menjadi dasar moralnya. Tadinya mereka menganggap bahwa sukses dalam hidup ini bergantung pada kejujuran. Lalu mereka bersikap jujur karena ingin sukses, bukan bersikap jujur karena terikat oleh akidahnya -oleh keyakinan batinnya. Mereka berhenti hanya sampai disitu, meskipun ini sangat membahayakan dirinya. Tetapi setelah mereka lihat bahwa mengabaikan masalah kejujuran dalam peradaban abad kini merupakan salah satu jalan mencapai sukses, maka kejujuran itu pun mereka abaikan. Yang demikian ini ada yang tetap tertutup dari mata orang, rahasianya tidak sampai terbongkar dan akan tetap dipandang terhormat, tetapi ada juga yang rahasianya terbongkar dan ia tercemar, yang kadang berakhir dengan bunuh diri. Jadi pembinaan sistem watak dan moral atas dasar untung-rugi ini sewaktu-waktu akan menjerumuskannya kedalam bahaya. Sebaliknya, apabila pembinaannya itu didasarkan atas sistem rohani seperti dirumuskan oleh Qur'an, ini akan menjamin tetap bertahan, takkan terpengaruh oleh sesuatu kelemahan. Niat yang menjadi pangkal bertolaknya perbuatan ialah dasar perbuatan itu dan sekaligus harus menjadi kriteriumnya pula. Orang yang membeli undian untuk Pembanguman sebuah rumahsakit, ia tidak membelinya dengan niat hendak beramal, melainkan karena mengharapkan keuntungan. Orang yang memberi karena ada orang yang datang meminta secara mendesak dan ia memberi karena ingin melepaskan diri, tidak sama dengan orang yang memberi karena kemauan sendiri, yaitu memberi kepada mereka yang tidak meminta secara mendesak, mereka yang oleh orang yang tidak mengetahui dikira orang-orang yang berkecukupan karena mereka memang tidak mau meminta-minta itu. Orang yang berkata sebenarnya kepada hakim karena takut akan sanksi hukum terhadap seorang saksi palsu, tidak sama dengan orang yang berkata sebenarnya karena ia memang yakin akan arti kebenaran itu. Juga moral yang landasannya perhitungan untung rugi kekuatannya tidak akan sama dengan moral yang sudah diyakini benar bahwa itu bertalian dengan kehormatan dirinya sebagai manusia, bertalian dengan keimanannya kepada Allah. Dalam hatinya sudah tertanam landasan rohani yang dasarnya keimanan kepada Allah itu. Arti larangan minuman keras dan judi Qur'an tetap menekankan, bahwa pikiran yang rasionil harus tetap bersih, jangan dimasuki oleh sesuatu yang akan mempengaruhi lukisan iman dan watak yang indah itu. Oleh karenanya minuman keras dan judi itu dipandang kotor sebagai perbuatan setan. Kalaupun ada manfaatnya buat orang, namun dosanya lebih besar dari manfaatnya. Dengan demikian harus dijauhi. Perjudian akan mengalihkan perhatian si penjudi dari persoalan lain, waktunya akan habis dan hiburan ini akan membuatnya lupa dari segala kewajiban moral yang baik. Sedang minuman keras akan menghilangkan pikiran dan harta - untuk meminjam katakata Umar bin'l-Khattab, ketika ia berharap Tuhan akan memberikan penjelasan mengenai hal ini. Sudah wajar sekali pikiran yang rasionil itu akan jadi sesat kalau ia hilang atau berubah, dan kesesatan itu akan lebih mudah mendorong orang melakukan perbuatan rendah, sebaliknya daripada akan menjauhkan diri dari kejahatan. Sistem moral yang dibawa Qur'an untuk 'negara utama' itu bukan dengan tujuan supaya jiwa manusia samasekali jauh dari kenikmatan hidup yang diberikan Tuhan, sehingga karenanya ia akan hanyut ke dalam hidup pertapaan dalam merenungkan alam, dan menyiksa diri dalam menuntut ilmu untuk itu. Sistem moral ini tidak rela membiarkan manusia menyerahkan diri kepada kesenangan supaya jangan ia tenggelam kedalam jurang kemewahan dan karenanya ia akan melupakan segalanya. Bahkan moral ini hendak membuat manusia menjadi umat pertengahan, mengarahkan mereka kepada lembaga budi yang lebih murni, lembaga yang mengenal alam dan segala isinya ini. Qur'an dan ilmu pengetahuan Qur'an bicara tentang ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini dengan suatu pengarahan yang hendak mengantarkan kita sejauh mungkin dapat kita ketahui. Ia bicara tentang bulan hari Pertama, tentang matahari dan bulan, tentang siang dan malam, tentang bumi dan apa yang dihasilkan bumi, tentang langit dan bintang-bintang yang menghiasinya, tentang samudera, dengan kapal yang berlayar supaya kita dapat menikmati karunia Tuhan, tentang binatang untuk beban dan ternak, tentang ilmu dan segala cabangnya yang terdapat dalam alam ini. Qur'an bicara tentang semua ini, dan menyuruh kita merenungkan dan mempelajarinya, supaya kita menikmati segala peninggalan dan hasilnya itu sebagai tanda kita bersyukur kepada Allah. Apabila Qur'an telah mengajarkan etika Qur'an kepada manusia, menganjurkan mereka supaya berusaha terus untuk mengetahui segala yang ada dalam alam ini, sudah sepatutnya pula bila dari pengamatan mereka dengan jalan akal pikiran itu, mereka akan sampai ke tujuan sejauh yang dapat ditangkap oleh akal pikirannya itu. Sudah sepatutnya pula mereka membangun sistem ekonominya itu atas dasar yang sempurna. Sistem ekonomi Sistem ekonomi yang dibangun atas dasar moral dan rohani seperti yang sudah kita sebutkan itu, sudah seharusnya akan mengantarkan manusia ke dalam hidup bahagia, dan menghapus segala penderitaan dari muka bumi ini. Prinsip-prinsip agung yang oleh Qur'an ditekankan sekali supaya ditanamkan kedalam jiwa seperti di tempat akidah dan iman itu, akan membuat orang tidak sudi melihat masih adanya penderitaan di muka bumi ini, atau masih adanya kekurangan yang dapat diberantas tapi tidak dilakukan. Bagi orang yang sudah mendapat ajaran ini yang pertama sekali akan ditolaknya ialah riba yang menjadi dasar kehidupan ekonomi dewasa ini, dan yang menjadi sumber pendieritaan seluruh umat manusia. Oleh karena itu Qur'an secara tegas sekali mengharamkan, seperti dalam firman Tuhan: Larangan riba "Mereka yang memakan riba tidak akan dapat berdiri, kalau pun berdiri hanya akan seperti orang yang sudah kemasukan setan karena penyakit gila." (Qur'an 2: 275) "Setiap riba yang kamu lakukan untuk menambah harta orang lain dalam pandangan Allah tidak akan dapat bertambah. Tetapi zakat yang kamu lakukan demi keridaan Allah, mereka itu yang akan mendapat balasan berlipat ganda." (Qur'an 30: 39) Diharamkannya riba adalah norma dasar untuk kebudayaan yang akan dapat menjamin kebahagiaan dunia. Bahaya riba dalam bentuknya yang paling kecil ialah ikut sertanya orang yang tidak bekerja dalam suatu hasil usaha orang lain hanya karena ia sudah meminjamkan uang kepadanya, dengan alasan lagi bahwa dengan meminjamkan itu ia sudah membantu orang lain memperoleh hasil keuntungan itu. Sebaliknya kalau ini tidak dilakukan si peminjam tidak akan dapat berusaha dan dengan sendirinya takkan dapat memungut keuntungan. Kalau hanya ini saja satu-satunya bentuk riba itu, ini pun takkan dapat dijadikan alasan. Kalau orang yang meminjamkan uang itu mampu menjalankan sendiri, ia tidak akan meminjamkannya kepada orang lain, dan kalau uang itu tetap ditangannya sendiri tidak dijalankan dalam usaha, maka uang itu pun tidak akan mendatangkan keuntungan. Sebaliknya, sedikit demi sedikit uangnya itu akan habis dimakan pemiliknya sendiri. Jika ia akan meminta bantuan orang lain menjalankan uangnya dengan bagi hasil menurut keuntungan yang akan diperoleh, tentu caranya bukan dengan jalan dipinjamkan sebagai modal dengan laba tertentu, melainkan dengan cara si pemilik uang itu ikut serta dengan orang yang menjalankan uangnya atas dasar bagi untung. Kalau si pengusaha beruntung, maka si pemilik modal itu pun akan mendapat bagian keuntungan; kalau rugi, dia pun akan turut memikul kerugiannya. Sebaliknya kalau kepada pemilik modal itu akan ditentukan suatu laba, meskipun yang mengusahakan tidak mendapat keuntungan apa-apa, maka itu adalah suatu eksploitasi illegal, suatu pemerasan yang tidak sah. Dan tidak akan dapat terjadi bahwa harta itu dapat diperlakukan seperti yang lain-lain, dapat dipersewakan seperti menyewakan tanah atau menyewakan hewan, dan bahwa laba uang tunai harus sesuai dengan hasil sewa barang-barang yang lain itu. Uang yang dapat dipakai untuk pengeluaran dan dapat juga dipakai untuk produksi, yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan juga dapat menimbulkan kejahatan (dosa), dengan harta bergerak dan tidak bergerak lainnya, besar sekali perbedaannya. Orang yang menyewa tanah, rumah, hewan atau barang apa pun, tentu karena ingin dimanfaatkan, yang berarti akan sangat berguna buat dia, kecuali jika dia memang orang bodoh atau orang edan, yang segala gerak-geriknya sudah tidak lagi diperhitungkan orang. Sebaliknya yang mengenai uang modal, yang biasanya dipinjam untuk tujuan-tujuan perdagangan yang sebaik-baiknya. Perdagangan itu senantiasa dihadapkan kepada soal untung atau rugi. Sedang mengenai sewa-menyewa barang-barang bergerak dan tidak bergerak untuk dijalankan dalam usaha, sedikit sekali yang mengalami kerugian, kecuali dalam keadaan yang abnormal, yang tidak masuk dalam keadaan biasa. Apabila keadaan abnormal ini yang terjadi, maka kekuasaan hukum segera pula campur tangan antara si pemilik dengan si penyewa - seperti yang sering terjadi dalam semua negara di dunia - untuk menghilangkan ketidak adilan terhadap si penyewa serta menolongnya dari tindakan si pemilik yang hanya akan memungut laba dari usahanya itu. Sebaliknya, dengan menentukan bunga uang tunai, dengan lebih-kurang 7% atau 9%, maka ini tidak akan mengubah, bahwa si peminjam dapat terancam oleh kerugian modal, disamping kerugian usahanya sendiri. Apabila disamping itu dia masih juga lagi dituntut dengan bunga, maka inilah yang disebut kejahatan (dosa). Akibat ini akan menimbulkan permusuhan, sebaliknya daripada persaudaraan; akan menimbulkan kebencian, bukan cinta kasih. Inilah sumber kesengsaraan dan segala krisis yang diderita umat manusia dewasa ini. Bahaya riba yang lain Kalau memang inilah bahaya riba dalam bentuknya yang paling kecil, dan begitu pula akibat-akibat yang timbul, apalagi dengan bentuk lain tatkala si pemberi pinjaman itu sudah lebih mendekati binatang buas daripada manusia, atau sipeminjam itu sudah sangat membutuhkan uang di luar keperluan penanaman modal atau produksi. Adakalanya ia sangat membutuhkan uang untuk keperluan nafkah yang konsumtif, untuk keperluan makannya atau makan keluarganya. Ketika itulah perhatiannya hanya pada yang lebih mudah saja dulu, sebelum ia dapat memegang sesuatu pekerjaan yang dapat menjamin keperluan hidupnya dan kemudian dapat membayar kembali utangnya. Ini sudah merupakan satu tugas perikemanusiaan sebagai langkah pertama. Dan ini pula yang dirumuskan oleh Qur'an. Bukankah dalam keadaan serupa ini pemberian pinjaman dengan riba sudah merupakan suatu kejahatan yang sama dengan pembunuhan? Yang lebih parah lagi dari kejahatan ini ialah adanya segala macam tipu-muslihat dengan jalan riba itu untuk merampas harta orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak pandai menjaga hartanya. Tipu muslihat ini tidak kurang pula jahatnya dari pencurian yang rendah. Dan setiap pelaku ke arah ini harus dihukum seperti pencuri atau lebih keras lagi. Riba dan penjajahan Riba adalah salah satu faktor yang turut menjerumuskan dunia ke dalam bencana penjajahan, dengan segala macam penderitaan yang ditimbulkan oleh penjajahan itu. Sebagian besar masalah penjaJahan itu dimulai oleh sekelompok tukang-tukang riba - secara perseorangan atau dalam bentuk badan-badan usaha - yang mendatangi beberapa negara dengan memberikan pinjaman kepada penduduk. Kemudian mereka menyusup masuk lebih dalam lagi sampai mereka dapat menguasai sumber-sumber kekayaan. Bilamana kelak anak negeri sudah menyadari kembali dan hendak mempertahankan diri dan harta mereka, orang-orang asing itu cepat-cepat meminta bantuan negaranya. Negara ini pun kemudian masuk atas nama hendak melindungi rakyatmya. Kemudian ia menyusup juga masuk lebih dalam lagi, lalu berkuasa sebagai penjajah. Sekarang mereka sebagai yang dipertuan. Kemerdekaan orang lain dirampas. Sebagian besar sumber-sumber kskayaan negeri itu mereka kuasai. Dengan demikian kekayaan mereka jadi hilang, penderitaan mulai mencekam seluruh kawasan itu dan bayangan kesengsaraan sudah pula merayap-rayap kedalam hati mereka. Pikiran mereka jadi kacau, moral jadi lemah, iman mereka pun mulai goyah. Martabat mereka jadi turun dari taraf manusia yang sebenarnya ke taraf yang lebih hina, yang bagi orang yang beriman kepada Allah tidak akan sudi hidup demikian, sebab, hanya kepada Allah semata orang merendahkan diri dan harus mengabdi. Juga penjajahan itu sumber peperangan, sumber penderitaan besar yang sangat menekan kehidupan seluruh umat manusia dewasa ini. Selama ada riba, selama ada penjajahan, jangan diharap manusia akan dapat kembali ke masa persaudaraan dan saling cinta antara sesamanya. Harapan akan kembali ke masa serupa itu tidak akan ada, kecuali jika kebudayaan atas dasar yang dibawa oleh Islam dan diwahyukan dalam Qur'an itu dapat dibangun kembali. Sosialisma Islam Didalam Qur'an ada konsepsi sosialisma yang belum lagi dibahas orang. Sosialisma ini tidak didasarkan kepada perang modal dan perjuangan kelas, seperti yang terdapat sekarang dalam sosialisma Barat, melainkan dasarnya ialah karakter dan moral yang tinggi yang akan menjamin adanya persaudaraan kelas, adanya kerja-sama dan saling bantu atas dasar kebaikan dan kebaktian, bukan kejahatan dan saling permusuhan. Tidak sulit orang akan melihat landasan sosialisma atas dasar persaudaraan ini, seperti yang sudah ditentukan oleh Qur'an mengenai zakat dan sedekah misalnya. Orang dapat menilai, bahwa ini bukanlah sosialisma dengan dominasi suatu kelas atas kelas yang lain, atau kekuasaan suatu golongan atas golongan yang lain. Kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an tidak mengenal adanya dominasi atau sikap berkuasa, melainkan atas dasar persaudaraan yang sungguh-sungguh yang didorong oleh keyakinan yang kuat akan persaudaraan itu; suatu keyakinan yang membuat orang dengan mengingat karunia Tuhan itu mau memberi untuk si miskin, orang melarat, orany yang membutuhkan dan segala yang diperlukannya akan makanan, tempat tinggal, obat-obatan, pengajaran dan pendidikan. Mereka memberikan itu atas dasar keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian penderitaan dapat dihilangkan, karunia Tuhan dan kebahagiaan dapat merata kepada umat manusia. Tidak menghapuskan hak milik secara mutlak Sosialisma Islam ini tidak sampai menghapuskan hak milik secara mutlak, seperti halnya dengan sosialisma Barat. Kenyataan sudah membuktikan - bolsyevisma di Rusia dan negara-negara sosialis lainnya - bahwa menghapuskan hak milik itu suatu hal yang tidak mungkin. Sungguhpun begitu, namun perusahaan-perusahaan negara harus tetap menjadi milik bersama untuk kepentingan semua orang. Mengenai ketentuan perusahaan-perusahaan negara itu terserah kepada negara. Oleh karena itu mengenai ketentuan ini sejak abad-abad permulaan dalam sejarah Islam sudah terdapat perbedaan pendapat. Dari kalangan sahabat-sahabat Nabi sendiri ada yang terlampau keras menjalankan ketentuan sosialisma ini, sehingga segala yang diciptakan Tuhan dijadikan milik bersama dan untuk kepentingan umum. Mereka memandang tanah dan segala yang terkandung, sama dengan air dan udara, tidak boleh menjadi milik pribadi. Yang boleh dimiliki hanya hasilnya, yang disesuaikan dengan usaha dan perjuangan masing-masing. Ada juga yang tidak berpendapat demikian. Mereka menyatakan bahwa tanah boleh dimiliki dan dianggap sebagai barang-barang yang boleh dipertukarkan. Sistem sosialisma yang sudah mantap Akan tetapi persetujuan yang sudah dicapai di kalangan mereka ialah sama dengan yang berlaku di Eropa sekarang, yaitu menentukan bahwa setiap orang harus mencurahkan segala kemampuannya untuk kepentingan masyarakat, dan masyarakat harus pula berusaha, untuk kepentingan pribadi dalam mengatasi segala keperluannya. Setiap Muslim berhak menerima kebutuhannya serta kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya dari baitulmal (perbendaharaan negara) Muslimin, selama ia belum mendapat pekerjaan yang akan menjamin keperluan hidupnya, atau selama pekerjaan yang dipegangnya itu tidak mencukupi keperluannya dan keperluan keluarganya. Selama norma-norma etik di dalam Qur'an seperti yang sudah kita sebutkan itu dijalankan, maka tidak akan ada orang yang mau berdusta; tidak akan ada orang yang mau mengatakan, bahwa ia penganggur, padahal yang sebenarnya dia tidak mau bekerja, tidak akan ada orang yang mau menyatakan, bahwa penghasilan dari pekerjaannya tidak mencukupi, padahal sebenarnya sudah lebih dari cukup. Khalifah-khalifah pada masa permulaan Islam dahulu sudah mewajibkan diri menyelidiki sendiri keadaan umat Islam untuk kemudian dapat mengatasi segala keperluan orang yang memang berada dalam kebutuhan. Sosialisma dasarnya persaudaraan Dari sini dapat kita lihat bahwa sosialisma dalam Islam bukanlah sosialisma harta serta pembagiannya, melainkan sosialisma yang menyeluruh, yang dasarnya persaudaraan dalam kehidupan rohani dan moral serta dalam kehidupan ekonomi. Kalau seseorang belum sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, maka imannya itu pun memang tidak sempurna kalau tidak dapat ia turut mendukung orang memberantas kemiskinan dan memberikan derma atau dana untuk kemakmuran bersama, membagikan kekayaan sebagai karunia Tuhan itu, baik dengan diketahui, atau tidak diketahui orang. Makin besar cintanya kepada orang lain, makin dekat ia kepada Tuhan. Dia sedikit pun merasa lebih gembira. Apabila Tuhan telah membuat manusia itu bertingkat-tingkat, memberikan rejeki kepada siapa saja yang dikehendakiNya serta menentukan pula, maka manusia takkan lebih baik keadaannya kalau tak ada rasa saling hormat, yang kecil menghormati yang lebih besar, yang besar mencintai yang lebih kecil, si kaya mau memberi untuk si miskin demi Allah semata, karena rasa syukur. Rasanya tidak perlu kita menyebutkan lagi apa yang sudah disebutkan Qur'an tentang sistem ekonomi, tentang waris, tentang wasiat (testamen), tentang perjanjian-perjanjian, perdagangan dan sebagainya. Dalam memberikan isyarat yang singkat sekalipun mengenai masalah-masalah hukum atau soal-soal kemasyarakatan, akan memerlukan ruangan sekian kali lebih banyak dari pasal ini. Cukup kalau kita sebutkan saja, bahwa apa yang sudah disebutkan dalam Qur'an sehubungan dengan masalah-masalah tersebut kiranya sampai sekarang belum ada suatu undang-undang yang lebih baik dari itu. Bahkan orang akan terkejut sekali bila ia melihat adanya beberapa penjelasan seperti perjanjian tertulis mengenai utang-piutang sampai pada waktu tertentu kecuali dalam perdagangan, atau seperti dalam mengirimkan dua orang juru pendamai jika dikuatirkan akan terjadi perceraian antara suami isteri, atau terhadap dua golongan yang sedang berperang dan pihak yang menyerang dengan sewenang-wenang dan tidak mau diajak damai itu harus diperangi sampai ia mau kembali kepada perintah Tuhan - sungguh orang akan kagum sekali melihat semua ini. Apalagi akan membandingkannya dengan berbagai macam undang-undang yang pernah ada, kalau pun perundang-undangan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diletakkan Qur'an itu sudah memang cukup baik. Jadi tidak mengherankan sekali - seperti yang sudah kita sebutkan tentang riba dan tentang sosialisma Islam sebagai dasar sistem ekonomi, yang dilukiskan di dalam Qur'an dengan penjelasan hukum sebagai suatu penyusunan undang-undang yang terbaik yang pernah ada dalam sejarah - kalau kebudayaan Islam itu juga yang menjadi kebudayaan yang layak buat umat manusia dan yang benar-benar akan memberikan hidup bahagia. Mungkin ada yang menjadi keberatan pihak Barat Setelah melihat apa yang sudah kita kemukakan mengenai lukisan Qur'an tentang kebudayaan serta landasannya, mungkin ada beberapa penulis Barat yang berpendapat bahwa sifat manusia tidak sesuai dengan sistem yang hendak memaksanya ke tingkat yang lebih tinggi diatas kemampuan kodratnya sendiri, dan bahwa sistem demikian ini tidak akan mampu hidup atau akan bertahan lama. Manusia menurut tanggapan mereka, digerakkan oleh rasa harap dan cemas, oleh keinginan dan nafsu, sama halnya dengan makhluk hewan, hanya saja dia makhluk berpikir homo sapiens. Bahwa manusia akan menganut suatu sistem kebudayaan seperti yang digambarkan oleh Islam itu, adalah suatu hal yang tidak mungkin, sekurang-kurangnya tidak mudah. Paling jauh yang dapat kita lakukan dalam menyusun kehidupan masyarakat manusia ini ialah memperbaiki nafsu itu, mengarahkan pikiran tentang harap dan cemas itu sebaik-baiknya dari segi materialisma ekonomi semata. Sedang yang di luar itu masyarakat tidak akan mampu melaksanakannya. Mungkin yang menjadi alasan mereka ialah karena sistem Islam itu - seperti yang digambarkan Qur'an dan sudah saya coba menguraikannya disini secara ringkas - belum dapat diharapkan didalam masyarakat Islam sendiri kecuali pada masa Nabi dan pada masa permulaan sejarah Islam. Kalau sistem ini memang sesuai dengan struktur kehidupan, tentu didalam lingkungan Islam dahulu sudah dapat dijalankan dan dari sana akan sudah tersebar ke seluruh dunia. Akan tetapi bilamana hal ini tidak terjadi, bahkan sebaliknya yang terjadi, maka anggapan bahwa sistem ini sangat layak, dan dapat menjamin kebahagiaan umat manusia, adalah anggapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Keberatan yang salah Atas keberatan ini kiranya pengakuan mereka sendiri sudah cukup untuk menggugurkannya, yaitu bahwa sistem Islam itu berjalan dan dipraktekkan pada masa Nabi dan pada permulaan sejarah Islam. Dan Muhammad sendiri teladan yang paling baik dalam pelaksanaan itu. Kemudian teladan yang baik itu diteruskan oleh para khalifah yang mula-mula. Mereka terus berjalan dengan sistem itu sampai mencapai tujuan yang sempurna sebagaimana mestinya. Akan tetapi, adanya intrik-intrik dan ambisi-ambisi yang timbul kemudian kadang dengan jalan Israiliat, kadang pula dengan jalan rasialisma, itulah yang sedikit demi sedikit telah mengancam dasar-dasar Islam yang sebenarnya. Akibat daripada semua itu orang berangsur-angsur kembali mengganti kehidupan rohani dengan materi, sifat kemanusiaan dengan kebinatangan. Dan berhenti hanya sampai pada batas lingkaran peradaban dewasa ini berada, yang hakekatnya hendak menjerumuskan umat manusia kedalam penderitaan. Teladan yang diberikan Muhammad Muhammad sendiri teladan yang baik sekali dalam melaksanakan kebudayaan seperti dilukiskan Qur'an itu. Dalam buku ini contoh itu sudah kita lihat, bagaimana rasa persaudaraannya terhadap seluruh umat manusia dengan cara yang sangat tinggi dan sungguh-sungguh itu dilaksanakan. Saudara-saudaranya di Mekah semua sama dengan dia sendiri dalam menanggung duka dan sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak menanggungnya. Sesudah hijrah ke Medinah, dipersaudarakannya orang-orang Muhajirin dengan Anshar demikian rupa, sehingga mereka berada dalam status saudara sedarah. Persaudaraan sesama orang-orang beriman secara umum itu adalah persaudaraan kasih-sayang untuk membangun suatu sendi kebudayaan yang masih muda waktu itu. Yang memperkuat persaudaraan ini ialah keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah dengan demikian kuatnya sehingga dibawanya Muhammad kedalam komunikasi dengan Tuhan, Zat Yang Maha Agung. Sikapnya dalam perang Badr, bagaimana ia berdoa kepada Tuhan mengharapkan pertolongan yang dijanjikan kepadanya. Ia minta pertolongan itu dilaksanakan, dengan menyebutkan bahwa bilamana angkatan Badr ini hancur, tak ada lagi ibadat. Ini merupakan suatu manifestasi yang kuat dalam komunikasi. Begitu juga tindakan-tindakannya yang lain diluar Badr menunjukkan, bahwa dia selalu dalam komunikasi dengan Tuhan, diluar saat-saat tertentu sewaktu wahyu turun. Komunikasinya ini ialah melalui keimanannya dengan sungguh-sungguh, keimanan yang sampai membuat mati itu tiada arti lagi. Maut malah dihadapinya dan diharapkannya. Orang yang sungguh-sungguh dalam imannya tidak pernah takut mati, bahkan mengharapkannya selalu. Ajal sudah ditentukan. Dimana pun manusia berada, maut akan mencapainya selalu, sekalipun di dalam benteng-benteng yang kukuh. Iman inilah yang membuat Muhammad tetap tabah ketika melihat kaum Muslimin lari tunggang-langgang pada permulaan pecah perang Hunain. Dipanggilnya orang-orang itu tanpa menghiraukan maut yang sedang mengepungnya, dengan sejuinlah kecil orang-orang yang masih bertahan bersama-sama dia. Iman inilah yang membuat dia memberikan apa saja yang ada padanya tanpa ia sendiri takut kekurangan. Ia telah mencapai puncak nilai-nilai kebaikan seperti yang diserukan oleh Kitabullah. Dengan teladan baik yang diberikannya itu dalam permulaan sejarah Islam kaum Muslimin telah mengikuti jejaknya. Semua itu, dengan Muslimin pada permulaan sejarah Islam, yang telah mengikuti teladan baik yang diberikannya, telah membuat Islam begitu pesat berkembang pada dasawarsa pertama, yang kemudian disusul dengan berpulangnya Nabi ke rahmatullah. Islam tersebar ke seluruh kawasan, panji-panji Islam berkibar tinggi sesuai dengan kebudayaan yang berlaku. Dari bangsa-bangsa yang tadinya sangat lemah dan berantakan, telah dapat pula dibangun menjadi bangsa-bangsa dan negara-negara yang kuat, dan menjadi pelopor ilmu pengetahuan. Dengan jalan ini telah banyak sekali rahasia-rahasia alam yang dapat diketahuinya. Karena itu diciptakannya pula karya-karya besar yang menjadi kebanggaan zaman sekarang, yang sudah dianggap sebagai zaman keemasan dan ilmu, tanpa memperkosa kebahagiaan umat manusia karena pengabdiannya kepada materi dan imannya kepada Tuhan yang masih lemah itu. Ulama yang menyesatkan Seperti dalam kebudayaan lain, kebudayaan Islam juga banyak dimasuki oleh ambisi-ambisi rasialisma dan Israiliat. Soalnya ialah karena ada segolongan ulama yang seharusnya menjadi pewaris para nabi malah mereka ini lebih menyukai kekuasaan daripada kebenaran, daripada nilai moral. Ilmu yang ada pada mereka dipakai alat untuk menyesatkan orang-orang awam dan generasi mudanya, sama halnya dengan kebanyakan ulama-ulama sekarang yang juga mau menyesatkan orang-orang awam beserta angkatan mudanya itu. Ulama-ulama demikian ini ialah pembela-pembela setan, yang akan lebih berat memikul tanggungjõawab dihadapan Tuhan. Maka kewajiban pertama buat setiap ulama yang benar-benar ikhlas demi ilmu dan demi Tuhan, ialah harus siap melawan mereka dan memberantas semua bibit yang merusak itu. Mereka hendak membelokkan orang dari kebenaran, hendak menyesatkan orang dari jalan yang lurus. Apabila ulama-ulama (pendeta-pendeta) yang menyesatkan di Barat itu telah ikut memegang peranan dalam melibatkan gereja dan ilmu kedalam kancah saling berperang dalam merebut kekuasaan, maka peranan demikian tidak ada buat mereka di negeri-negeri Islam, sebab dalam kebudayaan Islam agama dan ilmu saling terjalin, sebab agama tanpa ilmu suatu kekufuran, ilmu tanpa agama sesat. Sekiranya dunia ini sampai bernaung dibawah kebudayaan Islam seperti yang dilukiskan Qur'an, dan tidak diperkosa oleh adanya penaklukan-penaklukan Mongolia dan yang semacamnya yang telah masuk Islam tapi tidak menjalankan prinsip-prinsip Islam atau berusaha menyebarkannya, malah Islam dipakainya sebagai alat untuk menguasai orang-orang awam di kalangan Muslimin dengan prinsip yang sama sekali bertentangan dengan prinsip-prinsip persaudaraan Islam - tentu keadaan dunia ini tidak akan seperti ini, umat manusia akan selamat dari beberapa hal yang kini menjerumuskan mereka kedalam jurang penderitaan. Kebudayaan Islam dalam dunia kita sekarang Saya yakin, bahwa kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an itu akan tersebar ke dunia luas kalau saja korps ulama ini mau tampil ke depan dengan suatu ajakan yang ilmiah caranya, jauh dari segala cara berpikir yang beku dan fanatik. Kebudayaan ini akan berdialog dengan hati, juga akan berdialog dengan pikiran, dan dapat dijamin manusia dari segala bangsa akan menerimanya dengan hati terbuka tanpa dapat dicegah oleh ambisi-ambisi pribadi. Untuk ini yang diperlukan oleh ulama-ulama itu tidak lebih dari hanya supaya mereka menjadi orang-orang yang benar-benar beriman, mengajak orang kepada ajaran Tuhan yang sebenarnya dan kepada kebudayaan yang demikian ini dengan hati yang ikhlas demi agama. Ketika itulah orang merasa bahagia dengan persaudaraannya dalam Tuhan seperti pada zaman Nabi, mereka merasa bahagia. Apa yang terjadi pada masa Nabi dan pada permulaan sejarah Islam sudah tidak memerlukan pembuktian lagi; dengan apa yang sudah saya sebutkan dalam pengantar buku ini, bahwa revolusi rohani yang sinarnya sudah dipancarkan oleh Muhammad ke seluruh dunia ini sudah seharusnya akan membukakan jalan umat manusia kepada kebudayaan baru yang selama ini dicarinya. Dan saya tidak pernah ragu sekejap pun mengenai hal ini. Akan tetapi ada beberapa sarjana Barat yang menyatakan beberapa keberatan dengan menghubungkannya pada jiwa yang menjadi sumber konsepsi kebudayaan Islam itu. Atas dasar itu mereka mengambil kesimpulan, bahwa Islamlah yang menjadi sebab mundurnya bangsa-bangsa yang menganut agama ini. Yang penting diantaranya ialah apa yang mereka katakan, bahwa jabariah Islam itulah yang membuat semangat umat Islam jadi kendor, membuat mereka malas menghadapi perjuangan hidup, sehingga mereka menjadi golongan yang hina-dina. Dalam menghadapi tantangan ini dan apa yang sejalan dengan itu, inilah yang akan menjadi pokok pembahasan kedua pada bagian penutup buku ini. Catatan kaki: 1 Lihat halaman xlvii (A). 2 Kata 'irfan dan ma'rifat yang kadang mempunyai arti yang sama, disini kata ma'rifat tidak saya pergunakan sebagai istilah ilmiah yang umum dalam tasauf dan ilmu kalam, juga tidak saya salin dengan gnosis atau connaissance, melainkan mengingat persoalannya secara konotatif saya pergunakan kata persepsi, yakni pengamatan, pengenalan dan kesadaran batin (A). 3 Sudah tentu terjemahan ayat-ayat Qur'an di atas begitu juga yang lain tidak akan dapat mengungkapkan keagungan dan keindahan yang terkandung dalam bahasa aslinya, yang memang tidak mungkin dapat ditiru atau diterjemahkan dengan gaya yang sama (A). SUMBER Posted 1 week ago by gede sudharma 0 Add a comment Nov 10 Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha PROSES MASUKNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI KEPULAUAN INDONESIA. Hubungan Indonesia dengan india telah terjalin sejak abad pertama masehi. Hubungan ini mula-mula terjadi di bidang perdagangan dan berkembang ke bidang agama dan kebudayaan. Orang-orang india membawa barang dagangan seperti wangi-wangian, tekstil, mutiara dan permata untuk di jual di Indonesia. Sementara dari Indonesia mereka membeli barang seperti kayu cendana, kayu gaharu, cengkeh dan lada. Sejalan dengan berkembangnya hubungan kedua Negara masuk pula agama dan kebudayaan India ke Indonesia seperti agama hindu, budha, bahasa sansekerta, huruf palawa dan nama-nama berakhiran warama. PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA TERHADAP MASYARAKAT DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA Masuknya pengaruh india ke Indonesia berjalan lancar dan berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan adanya persamaan kebudaayaan antara india dengan Indonesia. Kebudayaan india dengan Indonesia tidak jauh berbeda corak dan ragamnya. Masuknya kebudayaan india ke Indonesia makin memperkaya khazanah budaaya Indonesia. Hubungan Indonesia-India yang telah terjalin berabad-abad membawa dampak sebagai berikut : Masuknya agama hindu-budha Masuknya bahasa sansekerta dan huruf palawa Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak hindu-budha Munculnya nama berakhiran warman Wilayah perdagangan makin luas dan ramai Perkembangan feodalisme makin cepat Kemajuan kebudayaan asli lebih cepat terutama bidang agama. Berkembangnya hubungan india-indonesia bukan bersifat kebetulan melainkan didorong oleh factor-faktor lain sebagai berikut : Iklim Iklim memiliki peranan yang cukup penting terhadap terjadinya hubungan Indonesia dengan india. Pada saat Indonesia musim hujan orang-orang india melakukan pelayaran dan perdagangan ke Indonesia dengan memanfaatkan angin muson. Sesampainya di Indonesia para pedagang india mulai mengumpulkan barang-barang dagangan untuk dibawa pulang ke negaranya. Mereka tinggal di Indonesia biasanya sampai 6 bulan karena hasrat menunggu angin yang berganti arah ke barat india. Karena lamanya tinggal di Indonesia para pedagang india ada yang menikah dengan penduduk pribumi dan memiliki keturunan di Indonesia. Selain berdagang, pedagang india juga aktif menyebarkan agama hindu maupun budha di Indonesia. Mereka tidak mengalami kesulitan ketika menyebarkan agama sebab para pedagang india ini lama hidup ditengah-tengah masyarakat sambil menanti datangnya angin ke arah barat. Letak Indonesia posisi Indonesia pada persimpangan jalan perdagangan internasional antara eropa dan asia. Posisi semacam ini sangat menguntungkan Indonesia karena selalu terlibat dalam percaturan perdagangan internasional khususnya antara india-indonesia-china. Pengaruh Perguruan Tinggi Nalanda Perguruan Tinggi Nalanda di india memiliki daya tarik tersendiri bagi orang-orang Indonesia yang hendak belajar memperdalam agama budha. Pada masa Balaputradewa (Sriwijaya) memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan agama Budha. Orang-orang Indonesia yang belajar di Nalanda dibuatkan asrama sebagai tempat tinggal mereka di india. Dengan demikian hubungan india dengan Indonesia sudah mulai melebar ke dalam bidang agama baik hindu maupun budha. Agama hindu Agama hindu di india muncul sebagai akibat adanya perpaduan antara kepercayaan bangsa arya dan bangsa dravida. Bangsa arya adalah bangsa pendatang dan bangsa dravida adalah bangsa asli india. Hubungan kedua bangsa di bidang kepercayaan melahirkan kepercayaan baru yakni Hindu. Hindu mengenal adanya pemujaan para dewa. Diantara para dewa yang paling di puja adalah Brahma, Wisnu dan Siwa yang sering disebut trimurti. Diantara ketiga dewa tersebut yang paling banyak di puja adalah dewa siwa (siwa mahadewa). Agama hindu mengenal kitab suci yang disebut Weda (pengetahuan tertinggi). Weda dibedakan menjadi empat himpunan sebagai berikut : Rigweda, berisi syair-syair pujian terhadap para dewa. Samawesa, beridi syair-syair dari Rigweda, tetapi sudah diberi tanda-tanda nada agar dapat dinyanyikan. Yajurweda, berisi doa-doa pengatar sesaji kepada para dewa yang diiringi penyajian Rigweda dan nyanyian Samaweda Atharwaweda, berisi mantra-mantra dan jampi-jampi untuk sihir dan ilmu gaib untuk mengusir musuh dan penyakit. Sementara masyarakat hindu dibedakan menjadi 4 kasta, yakni : Kasta Brahmana (para pendeta) Kasta Ksatria (raja, bangsawan dan prajurit) Kasta Waisya (pedagang dan buruh menengah), dan Kasta Sudra (petani dan buruh kecil) Pembagian masyarakat menjadi empat kasta sebenarnya bukan dari ajaran Hindu, melainkan upaya bangsa arya agar darah keturunannya tidak ternoda oleh keturunan bangsa Dravida. Oleh karena itu diadakan pengelompokan berdasarkan status social mereka dalam masyarakat. Teori-Teori tentang Masuknya Agama Hindu di Indonesia Agama hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang india. Yang menjadi pertanyaan dari golongan manakah mereka ini? Sebab di dalam hindu tidak semua orang bisa/boleh menyiarkan hindu. Oleh karena itu para ahli menyimpulkan adanya beberapa teori tentang masuknya agama hindu ke Indonesia. Yakni : Teori Brahmana Menurut teori ini agama hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh golongan Bramana sebab hanya golongan inilah yang berhak mempelajari dan menyebarkan agama hindu. Teori ini dikemukakan oleh Van Leur. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana golongan brahmana ini bisa sampai ke Indonesia, sebab mestinya mereka ini tidak boleh meninggalkan tanah airnya. Teori Waysia Menurut teori ini agama hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang india. Mereka datang ke Indonesia untuk berdagang, namun disela-sela waktu berdagang mereka memanfaatkan untuk menyebarkan agama. Apalagi para pedagang india yang ada di Indonesia tidak hanya satu atau dua minggu tinggal di Indonesia melainkan sampai enam bulan sambil menunggu datangnya angin yang membawa mereka ke arah barat. Nah, selama mereka tinggal di Indonesia mereka gunakan untuk menyebarkan agama di sela-sela kegitan perdagangan mereka. Teori Ksatria Teori ksatria didukung oleh Nehru dan majundar. Menurut teori ini golongan ksatria india melakukan kolonisasi atau penaklukan-penaklukan di luar india, termasuk Indonesia. Di daerah taklukan inilah mereka menyebarkan agama hindu. Teori ksatria disebut pula teori kolonisasi. Teori Sudra Menurut teori ini kaum sudra meninggalkan negerinya karena ingin mencari penghidupan yang lebih baik di Negara lain. Sebab mereka ini kelompok masyarakat india yang menjadi korban system kasta. Golongan sudra merupakan golongan mayoritas. Namun karena kedudukan mereka dipandang sebagai golongan masyarakat bawah mereka tidak banyak mendapat kesempatan dalam pemerintahan. Mereka keluar india kemudian menyebarkan agama di daerah yang mereka singgahi, termasuk Indonesia. Dari ke-4 teori ini yang mendekati kebenaran adalah teori Brahmana Teori Masuknya Agama Budha Agama Budha lebih terbuka sifatnya ketimbang agama Hindu. Artinya siapa saja bisa mengembangkan ajaran agama Budha tanpa harus memandang dari golongan mana mereka ini Agama Budha masuk ke Indonesia lebih awal ketimbang Hindu. Diperkirakan budha masuk ke Indonesia abab 2M. pendapat ini didasarkan pada penemuan patung Budha di Sempaga, Sulawesi Selatan abad 2M. namun dalam perkembangannya agama budha terdesak oleh hindu yang baru masuk abad 4M. agama budha mulai berkembang abad 7M ditandai dengan berdirinya kerajaan sriwijaya. Lalu siapa yang membawa agama budha sampai ke Indonesia? Berikut ini pendapat yang mendukungnya. Para pedagang Hubungan india dengan Indonesia yang terjalin sejak awal abad masehi menyebabkan masuknya pengaruh india ke Indonesia bidang agama. Orang-orang india yang paling besar peranannya terhadap masuknya pengaruh budha ke Indonesia ialah para pedagang. Mereka inilah kelompok masyarakat yang paling luwes bergaul dengan masyarakat lain di Indonesia sehingga lewat merka ini pula agama budha masuk dan berkembang di Indonesia. Dharmaduta Selain lewat perdagangan, agama budha masuk ke Indonesia melalui petugas khusus yaitu Dharmaduta. Mereka ini lebih paham tentang ajaran mereka dan memiliki keahlian tersendiri bagaimana dia harus menyebarkan agama ditengah-tengah masyarakat. Dampak Perkembangan Hindu dan Budha di Indonesia Bidang politik Munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak hindu dan Budha seperti kutai, tarumanegara, mataram, majapahit dan sriwijaya. Munculnya system kemaharajaan sehingga seorang pemimpin tidak dipilih dengan demokratis melainkan turun-temurun. Munculnya feodalisme Bidang Agama Kepercayaan animisme dan dinamisme yang berkembang sebelum masuk hindu-budha mulai menyatu dengan hindu-budha (sinkritisme) Munculnya aliran tantrayana di jawa timur seperti yang dianut oleh kertanegara dari singosari Munculnya pemujaan para dewa yang sebelumnya tidak dikenal dalam masyarakat dinamisme dan animisme. Bidang Seni Bangun Dampak masuknya Hindu-Budha di Indonesia ialah munculnya bangunan-bangunan berupa candi. Candi berasal dari kata candika yaitu dewi durga (istri siwa) dia sebagai dewi maut. Maka candi fungsinya untuk memuliakan orang mati missal araj atau orang terkemuka. Sedang bagi agama budha candi berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa. Munculnya bangunan-bangunan candi di Indonesia merupakan dampak masuknya hindu dan budha di Indonesia. Bidang Seni Rupa Bidang seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat sejak masuknya hindu dan budha. Pembuatan candi dan patung yang disertai relief merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan bidang seni rupa. Pada candi Borobudur terdapat relief sidharta Gautama dan di candi prambanan terdapat relief yang mengisahkan Ramayana dan krenayana. Bidang sastra dan aksara Sejak msauknya agama hindu dan budha di Indonesia, bahasa sansekerta dan huruf palawa mulai digunakan dalam penulisan prasasti dan kitab sastra, misalnya : prasasti kutai, prasasti tugu, prasasti kebun kopi, prasasti canggal, dan lain-lain. Sementara kitab-kitab sastra baru muncul pada zaman airlangga dan mencapai puncaknya pada zaman Kediri dan majapahit. Dalam perkembangannya bahasa sansekerta dan huruf palawa mengalami akulturasi dengan bahasa dan huruf jawa sehingga munculah bahasa jawa kuno dan huruf jawa kuno. Bidan Kalender Masuknya hindu dan budha berdampak pula pada penggunaan tahun saka dalam system perhitungan waktu di Indonesia. Tahun saka dimulai pertama kalu pada tahun 78M pada masa raja Kanisca I di india. Ketika hindu berkembang di Indonesia, penggunaan tahun saka di masyarakat sudah banyak. Namun penggunaan tahun saka mulai berkurang lagi ketika masuk di Indonesia. Bidan Perdagangan Masuknya hindu dan budha di Indonesia makin memperluas wilayah perdagangan di Indonesia. Hal ini disebabkan masuknya Hindu ke Indonesia terkait dengan masuknya pedagang india ke Indonesia. Bidang Sosial Masyarakat Sejak masuknya pengaruh hindu di Indonesia, pembagian kelompok masyarakat berdasarkan kasta mulai dianut sebagian masyarakat Indonesia yang beragama hindu. Penggolongan masyarakat berdasarkan system kasta ini didasarkan atas kedudukan seseorang dalam masyarakat atau karena keturunan. PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA DENGAN PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT, PENDIDIKAN, KESENIAN, DAN TEKNOLOGI PADA MASA KERAJAAN-KERAJAAN BERCORAK HINDU-BUDHA Perkembangan agama hindu-budha di Indonesia membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat di Indonesia sebenarnya masyarakat di Indonesia telah memiliki tingkat kemampuan dasar yang patut dibanggakan sebelum masuknya hindu dan budha. Unsur-unsur pokok yang dimiliki masyarakat sebagaimana yang dikemukakakan Dr. Brandes meliputi : Kemampuan bercocok tanam Wayang Seni gamelan Kepandaian membatik Kemampuan mengolah logam Macapat Perdagangan Pelayaran Astronomi Kemasyarakatan (gotong royong) Setelah hindu dan budha berkembang di Indonesia kemampuan masyarakat Indonesia makin berkembang karena berinteraksi dan berakulturasi dengan tradisi hindu dan budha. Struktur masyarakat Perkembangan hindu dan budha membawa perubahan baru bagi struktur masyarakat di Indonesia seperti : Golongan raja Raja dan keturunannya merupakan kelompok masyarakat elit yang menikmati berbagai macam fasilitas dan kemudahan. Raja dianggap sebagai keturunan dewa di bumi, oleh karena itu setiap perkataan dan perintahnya selalu didengan oleh rakyatnya. Sebagai penguasa raja berhak mendapatkan hak-hak istimewa seperti upeti, pajak, menjadi penguasa perdagangan, dan sebagainya. Munculnya golongan raja di masyarakat masa hindu merupakan fenomena baru bagi masyarakat di Indonesia karena sebelumnya tidak pernah ada. Golongan Bangsawan Mereka terdiri atas kerabat kerajaan atau keturunan darah biru, termasuk didalamnya para adipati/penguasa daerah. Di dalam masyarakat golongan bangsawan termasuk kelompok istimewa walaupun mereka bukan termasuk penguasa. Mereka juga berhak atas fasilitas dan kemudahan dibangdingkan masyarakat biasa. Golongan Masyarakat Kebanyakan Umumnya mereka adalah masyarakat biasa yang tidak memiliki hak-hak istimewa sebagaimana golongan sebagaimana golongan sebelumnya. Golongan masyarakat ini merupakan kelompok bawah yang banyak beban dan tanggung jawabnya. Sementara hak-hak mereka kadang-kadang tidak diperhatikan. System Kasta Suatu hal istimewa dalam masyarakat hindu adalah munculnya system kasta dalam masyarakat. Masyarakat hindu terbagi menjadi empat tingkatan berdasarkan satus social mereka dalam masyarkat yaitu kasta Bramana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Bhiksu dan Bhiksuni Bhiksu dan Bhiksuni adalah pemeluk agama Budha yang telah berhasil meninggalkan sifat keduniawiannya dan telah menempati tempat tersendiri, yaitu biara. Para bhiksu (laki-laki) dan bhiksuni (perempuan) harus menaati aturan-aturan yang telah ditentukan dalam biara, mereka tidak bisa bebas sebagaimana masyarakat umum. Upasaka-Upasika Adalah masyarkat budha yang tingkatannya masih seperti masyarakat kebanyakan. Mereka tidak begitu terikat dengan aturan-aturan seperti para bhiksu dan bhiksuni. Mereka adalah mayarakat awam yang belum banyak memperoleh atau memahami tentang ajaran agama budha. Pendidikan Perkembangan hindu dan budha di Indonesia memiliki peranan yang sangat besar terhadap pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan hal-hal berikut : Masuknya huruf palawa dan bahasa sansekerta yang kemudian dijadikan sebagai penulisan dalam prasasti di Indonesia. Ditemukannya prasasti yang bertuliskan huruf palawa dan bahasa sansekerta menjadi tonggak sejarah masyarakat Indonesia dari masa prasejarah ke masa sejarah. Prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan akhirnya berhasil dipelajari dan dibaca serta diketahui isinya. Hal ini secara tidak langsung telah memberikan nilai pendidikan kepada masyarakat Indonesia. Munculnya golongan bramana dalam masyarakat Brahmana adalah golongan pendeta, guru, pengajar yang memberikan nasehat ajaran agama hindu. Sebagai seorang penyiar agama, para brahmana memiliki andil yang cukup besar dalam proses pendidikan di Indonesia. Munculnya para pujangga, yang banyak jasanya dalam pengembangan kesusastraan adalah bagian dari pendudukan. Kesenian Masuknya hindu dan budha memiliki andil yang sangat besar bagi perkembangan kesenian di Indonesia, baik itu seni pahat, seni bangunan maupun senin sastra. Perkembangan seni bangunan ditandai dengan berdirinya bangunan candi, seperti candi prambanan dan Borobudur. Dua bangunan megah ini merupakan bukti nyata kemajuan di bidang seni bangunan. Sementara seni pahat/ukir dapat dilihat pada relief candi Borobudur maupun prambanan. Ternyata gambar relief yang ada pada candi tersebut memiliki arti dan makna tersendiri. Adapun pengaruhnya di bidang sastra berkembang pesat pada zaman Kediri dan majapahit. Banyak di buku-buku sastra yang ditulis para pujangga baik di Kediri maupun di majapahit. Teknologi Kemampuan masyarakat pada masa hindu dan budha di bidang teknologi telah menghasilkan beberapa peninggalan yang sangat membanggakan. Bukti-bukti yang masih dapat kita saksikan adalah peninggalan candi Borobudur, prambanan dan lain-lain. Pembangunan Borobudur dan prambanan sulit terwujud bila tidak didukung kemampuan yang tinggi bidang teknologi Arca, relief dan ukiran batu bisa tertata rapid an urut serta serasi memerlukan keahlian tersendiri. Selain candi bukti-bukti kemajuan bidang teknologi masyarakat masa hindu adalah kemahiran membuat wayang dan system irigasi. Peninggalan-peninggalan tersebut menunjukan bahwa masyarakat masa hindu telah memiliki kemampuan di bidang teknologi. BAB IIPERKEMBANGAN KEHIDUPAN NEGARA-NEGARA KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA Masuknya agama hindu dan budha membawa pengaruh besar bagi perubahan politik, ekonomi, social dan budaya di Indonesia. Di bidang politik masuknya hindu dan budha mendorong munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak hindu dan budha. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :Kerajaan Kutai Kerajaan kutai terletak di dekat sungai Mahakam Kalimantan Timur dan merupakan kerajaan hindu tertua di Indonesia. Pendiri Pendiri kerajaan kutai adalah asmawarman putra dari kudungga yang dianggap sebagai perintis berdirinya kerajaan kutai. Asmawarman adalah pendiri kerajaan kutai karena ia telah memeluk agama hindu. Asmawarman punya anak bernama mulawarman. Raja terbersar kerajaan kutai. Nama mulawarman banyak disebut-sebut dalam prasasti kutai karena beliau pernah mengadakan persembahan hewan kurban sebanyak 20.000 ekor lembu kepada brahmana. Sumber Bukti-bukti yang memperkuat berdirinya kerajaan kutai adalah 7 buah prasasti yang tertulis pada yupa dengan menggunakan bahasa sansekerta dan huruf palawa. Yupa adalah tonggak batu yang fungsinya sebagai tugu peringatan dan tempat menambatkan hewan korban. Prasasti-prasasti kutai itu antara lain berbunyi : “sang maharaja kudungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang masyur. Sang asmawarman namanya, yang seperti ansuman (dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang asmawarman mempunyai tiga putra, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka diantara ketiga putra adalah sang mulawarman, raja yang berperadapan baik, kuat dan kuasa. Sang mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri inilah tugu batu didirikan pleh para brahmana”. Dalam prasasti berikutnya berbunyi : “sang mulawarman raja yang mulia dan terkemuka telah memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api di dalam tanah yang sangat suci bernama waprakeswara, buat peringatan akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibikin oleh brahmana yang datang di tempat ini.” Kondisi Sosial Masyarakat Kerajaan kutai terletak di dekat sungai Mahakam. Maka dapat diperkirakan masyarakat waktu itu hidup dari bercocok tanam, berlayar dan beternak. Demikian pula masyarkatnya telah mengenal kehidupan bermasyarakat, gotong royong serta mempercayai adanya kekuatan yang diatas. Hal ini dapat dilihat adanya upacara kurban, pembuatan tugu peringatan serta upacara keagamaan di tempat suci waprakiswara. Agama Agama yang berkembang di kuatai adalah hindu syiwa. Di kutai terdapat tempat pemujaan yang disebut waprakiswara yaitu tempat pemujaan trimurti. Agama hindu yang berkembang di kutai berasal dari india selatan Traumanegara Kerajaan Hindu pertama berdiri adalah Tarumanegara-Jawa Barat, pada abad 5M Pendiri Kerajaan tarumanegara berdiri abad V masehi. Pendirinya tidak diketahui secara jelas, namun bila menilik isi prasasti yang ditemukan disitu disebut-sebut nama seorang raja yang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya yaitu punawarman (prasasti tugu). Dalam prasasti ciaruteun juga disebutkan “….kaki yang mulia punawarman, raja di negeri taruma, raja yang gagah beradi di dunia”. Sumber Untuk mengetahui keberadaan kerajaan tarumanegara kita dapat menggunakan sumber sebagai berikut : Berita china yang berbunyi : di sebelah tenggara cina ada sebuah kerajaan yang bernama tolomo. Kerajaan ini pernah mengirimkan utusannya ke cina tahun 528, 538, dan 666M. yang dimaksud tolomo disini adalah tarumanegara; menjadi tolomo sangat dimungkinkan. Sumber tertulis berupa 7 buah prasasti yang menggunakan bahasa sansekerta dan huruf palawa. Prasasti-prasasti diantara lain : Prasasti ciaruteun Prasasti kebon kopi Prasasti jambu Prasasti tugu Prasasti tugu merupakan prasasti pertama yang menyebutkan unsure penanggalan dan merupakan prasasti terpenting bagi punawarman, isinya menyebutkan tentang penggalian sebuah saluran sepanjang +11 Km yang diberi nama gonati. Penggalian sungai candrabaga – bekasi dan pemberian hadiah 100 ekor lembu kepada para brahmana. Prasasti pasir awi dan muara cianten Prasasti lebak Agama Agama yang dianut tarumanegara adalah hinduisme, ini sesuai dengna berita Fa Hien yang pernah singgah di ye-po-ti (jawa) pada abad ke V, bahwa disitu banyak para brahmana, sedangkan orang budha sedikit. Sementara dalam prasasti kebon kopi disebut-sebut telapak kaki gajah airawata yaitu gajah kendaraan dewa wisnu. Ini berarti hindu yang berkembang di kerajaan tarumanegara adalah hindu waisanawa. Pendapat lain mengatakan agama hindu yang berkembang di tarumanegara adalah hindu brahma, pendapat ini didasarkan adanya pemberian 1000 ekor lembu dari punawarman adalah hindu ciwa karena prasasti-prasasti tarumanegara menggunakan huruf palawa. Huruf palawa ini berasal dari india selatan demikian pula hindu ciwa yang terkuat dari selatan. Keadaan Sosial Masyarakat Masyarkat tarumanegara hidup dari bercocok tanam hal ini dapat diketahui dari isi prasasti yang menyebut-nyebut tentang usaha punawarman untuk menggali saluran yang diberi nama gonati, penggalian sungai bekasi dan lain-lain. Keruntuhan Tidak diketahui secara persis sebab-sebab keruntuhan kerajaan tarumanegara, namun bila kita mau menilik prasasti kota kapur (sriwijaya) yang menyebutkan sriwijaya terpaksa berperang dengan bumi jawa (tarumanegara) karena tidak taat kepada sriwijaya. Sriwijaya Kerajaan sriwijaya berkembang sekitar abad 7 M. pendirinya adalah Dapunta Hyang (prasasti kedukan bukit). Letak Pada mulanya letak sriwijaya tidak di Palembang, melainkan di Muara Takus atau minanga Tamwan yaitu daerah pertemuan antara sungai Kampar kanan dan Kampar kiri. Pendapat ini diperkuat dengan pendapat I-Tsing yang mengatakan bahwa daerah sriwijaya dilalui garis khatulistiwa. Daerah yang dimaksud adalah daerah pertemuan antara sungai Kampar kanan dengan Kampar kiri atau muara takus. Baru setelah berhasil meluaskan wilayahnya ibu kota sriwijaya pindah ke Palembang. Sumber Sumber-sumber yang memperkuat adanya kerajaan sriwijaya berupa : Sumber berita china yang menyebutkan di sebuah pulau di laut selayan (sumatera) ada Negara yang bernama Kan-to-li, yang pernah mengirimkan utusannya ke china abad 5 hingga pertengahan abad 6. Pendapat ini diperkuat oleh I-Tsing yang mengatakan negerinya dikelilingi oleh benteng-benteng. Di negeri ini banyak pendeta belajar agama budha. Pendeta china yang akan belajar ke india dianjurkan belajar dahulu di sriwijaya selama 2 tahun di bawah bimbingan pendeta sakyakirti. Sumber tertulis berupa 5 buah prasasti yang ditulis dalam huruf palawa dengan bahasa melayu kuno, prasasti tersebut antara lain : Prasasti kedukan bukit Prasasti ini ditemukan di tepi sungai tatang-palembang. Berangka tahun 683 M/605 caka. Isinya seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (sidayatra) yang diikuti 20.000 tentara dari minanga Tamwan (maksudnya mengadakan perluasan wilayah) Prasasti talang tuo Prasasti telaga batu Prasasti kota kapur dan karang birahi Keadaan social ekonomi Masyarkaat sriwijaya hidup dari berdagang. Kondisi yang baik dan menguntungkan ini menyebabkan sriwijaya menjadi pusat perdagangan nasional dan pusat pedagangan di asia tenggara. Sriwijaya banyak dikunjungi pedagang-pedangan dari luar seperti india, birma, siam, Persia dan philipina serta china. Barang dagangannya antara lain kapur, penyu dan daging. Sebagai pusat perdagangan sriwijaya banyak memperoleh pemasukan dari : Bea cukai barang Bea cukai keluar masuk kapal Hasil keuntungan perdagangan sriwijaya dan Upeti dari daerah taklukan. prosesi sembahyang agama hindu di bali Agama budha Agama budha yang berkembang di siriwijaya adalah budha Mahayana. Kedudukan sriwijaya sebagai pusat perdagangan di asia tenggara sangat menguntungkan perkembangan agama budha di sriwijaya. Sehingga akhirnya sriwijaya berhasil menjadikan kerajaanya sebagai pusat agama budha di asia tenggara. Guru agama budha di sriwijaya yang terkenal adalah Sakyakirti dan Dharmakirti. Untuk meningkatkan kualitas sriwijaya sebagai pusat agama budha, sriwijaya mengadakan kerjasama dengan kerajaan pala di india. Hal ini dapat diketahui dari isi prasasti nalanda (860) yang berisi “pembebasan pajak beberapa buah desa agar memberi nafkah kepada para biksu dalam sebuah wihara yang dibangun oleh balaputradewa. Kebudayaan Kerajaan sriwijaya adalah kerajaan maritim yang memperhatikan masalah kebudayaan. Ada sebuah peninggalan yang berupa candi yang memperkuat keberadaan sriwijaya yaitu candi muara takus. Hubungan Sriwijaya dengan Kerajaan Mataram Pada masa pemerintahan darmasetu, Sriwijaya pernah mengadakan hubungan persahabatan dengan mataram. Ketika mataram diperintah oleh dinasti syailendra. Peristiwa ini dapat kita lihat dari isi prasasti ligor (775) yang menyebut-nyebut nama dinasti saylendra (wisnu). Untuk mempererat hubungan kedua kerajaan kemudian diadakan perkawinan politik antara samaratungga (putra raja indra) dengan Dewi Tara (putrid Darmasetu) yang melahirkan balaputradewa. Balaputradewa kelak menjadi raja sriwijaya. Hubungan sriwijaya dengan india Hubungan sriwijaya dengan india dilakukan dengan kerajaan pala dan cola. Hubungan sriwijaya dengan pala dititikberatkan pada bidang agama dan kebudayaan. Peristiwa ini dapat kita ketahui dari isi prasasti nalanda (860) yang menyebutkan “pembebasan pajak beberapa buah desa agar dapat memberikan nafkah kepada para biksu dalam sebuah wihara yang dibangun oleh balaputradewa di benggala” Sementara itu hubungan dengan kerajaan cola yang semula berjalan baik, berubah menjadi permusuhan ketika cola diperintah oleh raja Rajendracola. Rajendracola menyerang sriwijaya pada tahun 1023 dan berhasil membinasakan kerajaan sriwijaya. Prasasti ini dimuat dalam prasasti Tanjore tahun 1030M Keruntuhan sriwijaya Kerajaan sriwijaya pernah jaya sejak abad 8M mulai abad 12 mengalami kemunduran. Adapun factor-faktor penyebabnya adalah : Bandar sriwijaya semakin lama letaknya semakin jauh dengan pantai Adanya ekspedisi pamalayu dari singasari Serangan kubilai khan Persaingan dengan islam Harga barang-barang di sriwijaya dan bea cukai di sriwijaya semakikin mahal Akibat serangan majapahit 1377M Mataram Kuno Dinasti Sanjaya Pada abad 8 M di jawa tengah berdiri kerajaan yang bercorak hindu yaitu mataram kuno. Raja pertamanya adalah sanna. Letak Kerajaan mataram kuno terletak di Jawa Tengah bagian utara (dinasti sanjaya) dan jawa tengah bagian selatan (dinasti saylendra). Kerajaan mataram kuno wilayahnya subur karena dikelilingi gunung-gunung yang menghasilkan mata air yang bermanfaat bagi pertanian penduduk mataram kuno. Mataram kuno didirikan sanjaya tahun 732 M. buktinya prasasti canggal yang berisi tentang pendirian sebuah lingga oleh sanjaya. Lingga adalah lambing pendirian Negara dan dewa ciwa. Raja-raja dinasti sanjaya Untuk mengetahui raja-raja keturunan dinasti sanjaya dapat diketahui dari isi prasasti kedu atau mantyasih atau terkenal dengan nama prasasti balitung tahun 907 M. Menurut prasasti tersebut susunan dinasti sanjaya adalah : Sanjaya Panangkaran Panunggalan Waruk Garung Rake Pikatan Rake Kayuwangi Watuhumalang Watukuro Dyah Balitung Dynasty Syalendra Pada akhir abad 8 M di jawa tengah bagian selatan muncul dinasti baru yaitu diasti saylendra. Dinasti ini akhirnya berhasil mendesak dinasti sanjaya ketika dinasti sanjaya diperintah panagkaran. Keterangan ini dapat dilihat dari prasasti kalasan (778) yang menyebutkan “panagkaran seolah-seolah diperintah oleh raja wisnu untuk mendirikan candi kalasan”. Dari isi prasasti kalasan dapat diambil kesimpulan bahwa kerajaan dinasti sanjaya terdesak oleh dinasti saylendra dan bisa jadi sanjaya hidup berdampingan dengan dinasti saylendra. Raja-raja dinasti saylendra Susunan raja dinasti saylendra adalah ; Banu (752 – 775) Wisnu (775 – 782) Indra (782 – 812) Samaratungga (812 – 833) Pramodyawardani (833 – 856) Pada masa pemerintahan indra. Mataram mengalami kejayaan. Mataram dijadikan Negara agraris dan maritime, bahkan berhasil menyaingi kerajaan sriwijaya. Tahun 812 raja indra meninggal dan dia digantikan samaratungga. Pada masa pemerintahan samaratungga di bangun candi Borobudur (abad 9) Pada masa pemerintahan samaratungga merupakan kemunduran bagi dinasti saylendra. Untuk menjaga kelangsungan keturunan samaratungga mengadakan perkawinan politik dengan pramodawardani (dynasty saylendra) dengan rakai pikatan (dinasti sanjaya) Pada tahun 833 samaratungga wafat tahta jatuh ketangan rakai pikatan (menantu). Pada saat inilah anak samaratungga yang lain yaitu Balaputradewa mengadakan perebutan kekuasaan terhadap rakai pikatan. Perebutan kekuasaan itu dapat digagalkan dan balaputradewa lari ke sriwijaya dan menjadi raja disana. Masa pemerintahan rakai pikatan dibangun candi prambanan yang megah dan mengagumkan. Tahun 856 rake pikatan turun tahta, ia digantikan oleh raja-raja sesudahnya seperti ; Rake Kayuwangi (856 – 886) Rake Watuhumalang (886 – 898) Balitung (898 – 910) Daksa (910 – 919) Tulodong (919 – 924) Wawa (924 – 929) Mataram Pindah ke Jawa Timur Sejak pemerintahan Mpu sendok ibu kota mataram pindah ke jawa timur (abad 10M). kepindahan mataram ke jawa timur tidak diketahui secara pasti sebab-sebabnya. Namun ada beberapa pendapat yang menerangkan sebab kepindahan ibukota mataram ke jawa timur karena adanya bencana alam berupa gunung berapi di jawa tengah, ancaman dari sriwijaya dan jawa timur lebih baik untuk perdagangan dan lebih maju untuk memerdekakan diri (sendok mendirikan wangsa sendiri). Mpu Sendok Mpu sendok naik tahta pada tahun 929 M dengan gelar Sri Ishana Wikrama dharmotunggadewa (dinasti Ishana). Mpu sendok merupakan peletak dasar berdirinya kerajaan-kerajaan di jawa timur. Sendok mendirikan dinasti baru yang disebut dinasti ishana. Pusat pemerintahannya ada di watugaluh. Mengenai jalannya pemerintahan mpu sendok tidak diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berjalan tertib dan aman. Hal ini dapat diketahui dari usaha-usaha yang dia lakukan seperti pembangunan irigasi, menghimpun kitab agama Budha Tantrayana “sang hyang kamahayanikan” yang tertulis oleh sambara surya warana. Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa toleransi beragama waktu itu cukup baik, sebab mpu sendok yang hindu ternyata mengijinkan ditulisnya kitab agama budha san hyang kamahayanikan. Untuk mengetahui silsilah dan keturunan mpu sendok dapat dilihat dalam prasasti airlangga yang disebut prasasti Calcutta tahun 1042. Silsilahnya adalah sebagai berikut : Raja sesudah mpu sendok adalah sri ishanatunggawijaya yang kawin dengan lokpala mempunyai anak bernama makutawangsawardana. Makutawangsawardana punya anak mahendradata yang kawin dengan udayana dari Bali. Dari perkawinan tersebut lahirlah airlangga. Airlangga punya anak bernama samarawijaya dan panji garakasan yang nantinya menjadi penumbuh berdirinya kerajaan Kediri. Dhamawangsa (991 – 1016) Dalam prasasti Calcutta status darmawangsa tidak diketahui secara jelas. Mungkin ia kakak mahendrata, anak makutawangsawardana dari isteri selir. Darmawangsa merupakan seorang raja yang memiliki pandangan yang luas. Ia mempunyai perhatian yang besar terhadap negaranya, baik di bidang pemerintahan, ekonomi dan kebudayaan. Untuk merealissikan cita-citanya ini darmawangsa melakukan usaha-usaha seperti berikut ini ; Kitab mahabarata disadur ke dalam bahasa jawa kuno woyasa kresna dwipayana. Melakukan ekspansi ke sriwijaya (991) dan berhasil menguasainya. Bukti bahwa sriwijaya dikuasai dharmawangsa yaitu ketika utusan sriwijaya yang berkunjung ke china hendak pulang kembali tertahan di kanton karena negerinya (sriwijaya) sedang menghadapi serangan dari jawa. Tahun 992 utusan tersebut berusaha pulang lagi namun hanya sampai di campa saja karena negerinya diduduki oleh jawa. Dengan jatuhnya wora-wari itu? Mungkin wora-wari adalah raja bawahan dharmawangsa atau wora-wari adalah alat sriwijaya untuk mebalas dharmawangsa. Airlangga (1019 – 1049) Pada tahun 1019 airlangga naik tahta atas permintaan para brahmana dengan gelar sri maharaja rake hulu lokeswara dharmawangsa airlangga. Dengan susah payah airlangga akhirnya bisa menyatukan bekas reruntuhan kerajaan dharmawangsa. Ibu kota yang semula berada di Wutan Mas dipindahkan ke kahuripan 1037. Airlangga adalah seorang raja yang memiliki perhatian besar terhadap kemajuan negarannya dan kemakmuran rakyatnya. Hal ini Nampak dalam usahanya seperti berikut : Memperbaiki pelabuhan hujung galuh yang terletak di sungai brantas Pelabuhan kambang putih di tuban dibebaskan pajak Membuat tanggul di waringin pitu agar sungai brantas airnya tidak muntah. Agama dan kebudayaan Agama yang berkembang pada masa pemerintahan airlangga adalah agama hindu waisnawa. Hal ini Nampak pada candi belahan dimana airlangga diwujudkan sebagai sebuah arca sebagai wisnu menaiki garuda. Untuk mengenang jerih payah airlangga mempersatukan kerajaan yang porak-poranda disusunlah kitab arjunawiwaha oleh mpu kanwa 1030. Inilah hasil sastra zaman airlangga yang sampai pada kita. Sementara airlangga sendiri sebelum mengundurkan diri jadi pertapa, ia telah membangunkan sebuah pertapaan bagi anaknya sangramawijaya di pucangan (gunung penanggungan). Pembagian wilayah Sebelum airlangga mengundurkan diri dari tahtanya, ia membagi wilayah kerajaannya menjadi dua bagian. Tugas ini desarahkan kepada Mpu Barada yang terkenal kesaktiannya. Dua kerajaan itu adalah jenggala (singasari) dengan ibukotanya di kahuripan dan panjalu (Kediri) dengan ibukotanya di Daha Batas kedua kerajaan tersebut adalah gunung kawi ke utara dan keselatan pada tahun 1040 M Atas pembagian wilayah menjadi dua oleh airlangga yaitu untuk menghindari perebutan kekuasaan diantara anak-anak airlangga sendiri dari garwo selir sepeninggal airlangga. Sebab sanggramawijaya yang mestinya berhak atas tahta ayahnya tak bersedia menggantikannaya, dia memilih bertapa. Kerajaan Kediri Sepeninggal airlangga 1049, apa yang pernah dikawatirkan itu benar-benar terjadi. Penguasa jenggala panji garasakan dengan penguasa panjalu samarawijaya. Ketika panjalu/Kediri diperintah oleh jayabaya, jenggala berhasil ditaklukan. Dengan demikian jawa timur tinggal ada satu kerajaan yaitu panjalu/Kediri. Peristiwa pendudukan jenggala oleh Kediri dikisahkan dalam kitab baratayuda yang digubah oleh mpu sedah dan panuluh. Raja-raja Kediri Menurut para raja-raja yang pernah memerintah Kediri adalah sebagai berikut : Jayarasa Bameswara Jayabaya Sarweswara Aryeswara Candra Kameswara Kertajaya. Keruntuhan Kediri Raja Kediri terakhir adalah raja kertajaya (1185 – 1222). Raja ini terlibat perselisihan dengan para brahmana, karena para brahmana diperintah untuk menyembah kepadanya. Para brahmana kemudian mencari perlindungan kepada ken arok yang waktu itu juga berselisih dengan kertajaya karena tidak mengakui ken arok sebagai akuwu tumapel. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh ken arok untuk memberontak . tahun 1222 ken arok berhasil mengalahkan kertajaya. Dengan kekalahan kertajaya maka berakhirlah riwayat kerajaan Kediri. Kesusastraan Kesusastraan zaman Kediri mengalami perkembangan sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah karya sastra yang ada pada waktu itu, missal : Baratayudha disusun oleh mpu sedah dan panuluh Krenayana disusun oleh mpu triguna Gatutkacasraya ditulis oleh mpu panuluh Hariwangsa ditulis oleh mpu panuluh Smaradhana ditulis oleh mpu dharmaja Lubdaka dan warsantcaya oleh mpu tan akung Sumana santaka ditulis oleh mpu monaguna. Kerajaan Singasari Ken arok (1222-1227) Pendiri kerajaan singasari adalah ken arok dengan gelar Sri Ranggah Bathara sang amurwabhumi tahun 1222 M. seberlum menjadi raja ken arok adalah akuwu tumapel. Pada tahun 1222 M ken arok dibantu para brahmana menyerang kertajaya di Kediri. Dalam pertempuran di Genter, kertajaya dapat dikalahkan, maka naiklah ken arok menjadi raja singasari. Ken arok mendirikan dinasti baru dengan nama dinasti rajasa. Ken arok menjadi raja hanya 5 tahun karena dibunuh anak tirinya yaitu anusapati. Ken arok wafat dan dimakamkan ke kagengan dalam bangunan suci siwa dan budha. Anusapati Anusapati menduduki singgasana singasari setelah membunuh ayah tirinya dengan keris mpu gandring. Anusapati memerintah +selama 21 tahun sejak 1227-1248 M. pemerintahan anusapati dibayang-bayangi balam dendam dari putra Ken arok dengan ken umang yaitu tohjoyo. Pada tahun 1248 tohjoyo berhasil membunuh anusapati kerika sedang menyabung ayam. Anusapati wafat dan dimakamkan di candi kidal (malang). Tohjoyo (1248) Tohjoyo memerintah tidak lama karena pada tahun itu juga ia dibunuh oleh ronggowuni (anak anusopati) lewat kaki tangannya yaitu lembu ampal dan mahesa cempaka. Tohjoyo meninggal dan dimakamkan di candi katang lumbang. Ronggowuni Ronggowuni menjadi raja bergelar sri jaya wisnu wardhana. Dalam menjalankan ia didampingi oleh mahesa cempaka diberi kedudukan ratu angabaya dengan gelar narasingamurti. Ronggowuni merupakan raja pertama singasari yang namanya disebutkan dalam prasasti degnan memakai gelar mapanji smingrat. Pada tahun 1254 ronggowuni mengangkat anaknya kertanegara sebagai raja muda (yuwara). Pengangkatan kertanegara ini dimaksudkan sebagai persiapan sewaktu-waktu ronggowuni tiada, kertanegara sudah siap menggantikan. Untuk menciptakan keamanan dan ketentraman, ronggowuni membangun pertahanan di canggu lor. Tahun 1268 ronggowuni meninggal dan didharmakan di weleri sebagai siwa dan jayagu sebagai budha amogapasa, tak lama kemudian mahesa cempaka juga meninggal, ia didharmakan di kumpeter dan wudi kuncir. Kertanegara Kertanegara adalah raja terakhir singosari dengan gelar Sri Maharadja Sri Kertanegara cita-citanya ialah hendak menyatukan nusantara. Untuk merealisasikan cita-citanya ini kertanegara mengadakan ekspedisi pamalayu 1275. Tujuan ekspedisi ini adalah untuk mempererat hubungan dengan kerajaan melayu dan sekaligus untuk melemahkan kedudukan sriwijaya serta membendung mongol. Untuk memepererat hubunban denga melayu, kertanegara mengirimkan hadiah berupa aptung amogapasha beserta 14 patung pengiringnya kepada penguasa melayu sri maharaja mauliwarmadwa. Demikian pula penguasa melayu mengakui kekuasaan singasari. Pada tahun 1280, 1281 dan 1286 Kubhilai khan mengirimkan utusannya ke singasari agar singasari mengakui kekuasaan kubhilai khan. Karena kesalnya kertanegara, utusan kubhilai khan dibuat cacat ketika datang lagi tahun 1289 M. akibat tindakan kertanegara tersebut kubhilai khan marah karena dianggap penghinaan. Oleh karena itu kubhilai khan mengirim tentaranya untuk menghukum kertanegara tahun 1292 M. namun kedatangan kubhiliai khan ini terlambat karena kertanegara sudah meninggal setahun sebelumnya akibat serangan Jaayakatwang. Keruntuhan Singasari Singasari runtuh karena serangan jayakatwang (raja kertanegara) tahun 1292. Waktu itu kertanegara dan pembesar lainnya sedang mengadakan upacara keagamaan. Sementara pasukan singasaari sedang mengadakah ekspedisi pamalayu, sehingga dengan mudah singasari dikuasai musuh. Kertanegara wafat dan dimakamkan di candi jawi sebagai siswa budha. Kerajaan Bali Untuk mengetahui perkembangan kerajaan bali dari sumber berupa berita cina yang mengatakan bahwa disebelah timur dari kerajaan Hling terdapat Dwa-ta-pan. Menurut para ahli dwa-ta-pan adalah bali Sumber sejarah kerajaan bali juga dapat diketahui dari sumber prasasti seperti prasasti berangka tahun 882 M (804 saka) yang berisi tentang pembuatan pertapaan di bukit kintamani. Prasasti lainnya berangka tahun 896 M dan 911 M yang isisnya juga menyebut tempat suci dan menyebutkan istana raja yang terletak di singhamandawa tanpa menyebut rajanya. Keadaan pemerintahan Menurut para ahli raja-raja bali berasal dari keturunan wangsa warmadewa. Raja inilah yang dianggap sebagai raja tertua di Bali yang kemudian menurunkan raja-raja di Bali seperti : Raja Sri KEsari Warmadewa Raja ungrasena Raja haji tabanendra warmadewa Raja jayasing warmwdewa Sejak tahun 960 M jayasing mulai ikut memerintah dengan kedudukan sebagai putra mahkota. Dalam sebuah prasastinya disebutkan bahwa raja jayasing membuat pemandian di desa manukraya pemandian tirta empul dekat istana tampak siring. Raja jayasadhu warmadewa Sri maharaja sri wijaya mahadewi Raja udayana warmadewa Raja anak wungsu Waja walprabu Raja jayasakti Keadaan social ekonomi Masyarakat di bali hidup bercocok tanam dan berdagang. Mereka punya kebiasaan apabila orang meninggal mayatnya dihiasi dengan emas dan diberi wangi-wangian lalu dibakar. Agama Agama yang berkembang di bali sebagian besar adalah hindu waisanawa maupun hindu siwa serta sebagian masyarakat ada yang memeluk agama budha. Agama hindu di bali berkembang pesat sehingga bali dijuluki museum hidup. Kerajaan Pajajaran Pendiri Pendiri kerajaan pajajaran adalah maharaja sri jayabupati jayamanahen wisnumurti samararijaya sakalabhuwanamandaleswaranindita haro gowardhana wikramothunggadewa atau terkenal dengan sebutan jayabhupati saj. Karena pajajaran berdiri abad 11, yang terletak di prahajyan sunda-jawabarat. Sumber yang memperkuat keterangan ini adalah prasasti sanghyang tapak yang berangka tahun 1050 M yang ditemukan di kampong pangcalikan dan bantamucang di tepi sungai citatih daerah cibadak. Prasasti sanghyang tapak menyebut-nyebut nama maharaja jayabhupati sebagai raja sunda. Prasasti ini berisi kutukan terhadap siapa yang melalnggar larangan-larangan untuk memasuki sebagian sungai yang terletak di sebelah timur sanghyang tapak, tertutup bagi segala macam penangkapan ikan. Barang siapa melanggar larangan ini akan termakan sumpah yaitu terbelah kepalanya, terminum darahnya, terpotong ususnya, terhisap otaknya, dan terbelah dadanya. Pemerintahan Pada masa pemerintahan sri jayabhupati ibukota pajajaran berada di pakwan pajajaran, tetapi kemudian pindah ke kawali-cirebon. Raja-raja pajajaran sesudah sri jayabhupati adalah : Rahyang niskala wastu kencana Rahyang dewa niskala Sri baduga maharaja, merupakan raja yang namanya banyak disebut-sebut karena pada masa pemerintahannya terjadi peristiwa bubad tahun 1357. Peristiwa ini mengakibatkan raja dan para pembesar keraton lainnya meninggal karena serangan tentara gajah mada di bubat. Hyang bunisora Prabu niskala wastu kencana Tohaan Ratu jayadewata Ratu samiam (suraweisa) Agama Agama yang dianut oleh pajajaran adalah hindu waisanawa. Hal ini dapat dilihat dari nama raja pajajaran yang menggunakan gelar wisnumurti. Keadaan social ekonomi mayarakat Kerajaan sunda memiliki pelabuhan yaitu : banten, pontang, cigede, tangara, kalapa, cimanuk. Melalui enam pelabuhan inilah masyarakat pajajaran melakukan kegiatan perdagangan dan pelayaran dengan daerah-daerah lain serta Negara lain. Barang dagangan yang mereka jual berupa hasil masyarakat seperti lada, asam, beras dan barang-barang lain yang diperoleh dari pelabuhan lain seperti sayur-mayur, sapi, kambing, biri-biri, babi, tuak, serta buah-buahan. Disamping masyarakat melakukan aktivitas perdagangan sebagian dari mereka juga ada yang bercocok tanam khususnya bagi mereka yang ada di pedalaman. Kerajaan Majapahit Raden wijaya Pendiri kerajaan majapahit adalah raden wijaya tahun 1293 M dengan gelar kertajaya jayawardhana. Raden wijaya adalah menantu kertanegara yang gugur tahun 1292 akibat serangan jayakatwang raja Kediri. Tindakan-tindakan raden wijaya setelah menjadi raja Setelah raden wijaya berhasil menjadi raja majapahit, ia mengambil beberapa tindakan yang dianggap penting yaitu : Mengawini keempat putrid kertanegara yaitu Tribhuwaneswari kemudian beranak jayanegara, narendraduhita, dewi prajnaparamita dan dewi gayatri beranak tribhuwanatunggadewi dan raja dewi maharajasa. Disamping keempat istri raden wijaya punya istri dari melayu dara petak (hadiah dari melayu) Arya wiraraja diberi wilayah sebelah timur majapahit yaitu lumajang sampai blambangan. Ronggolawe dijadikan bupati tuban, tetapi tidak puas yang akhirnya memberontak. Nimbi dijadikan patih hamangkubumi, suatu jabatan yang strategis yang banyak diirikan teman-temannya. Sora yang ikut menyelamatkan raden wijaya dijadikan wakil patih Desa kudadu dijadikan daerah perdikan karena membantu melindungi raden wijaya dari kejaran musuh (jayakatwang) Keadaan politik pemerintahan Langkah usaha yang dilakukan raden wijaya dengan memeberikan kedudukan kepada orang-orang yang berjasa seperti ronggolawe dan kawan-kawannya merupakan cara yang bagus. Namun langkah tersebut ternyata belum memuaskan bagi mereka. Akibatnya mereka yang tidak puas dengan pemberian tersebut melakukan pemberontakan. Pada masa pemerintahan raden wijaya terjadi beberapa peristiwa yang menggoncang pemerintahannya antara lain : Pemberontakan ronggolawe Ronggolawe memberontak karena tidak puas dengan jabatan yang diberikan kepadanya. Ronggolawe menghendaki jabatan sebagai patih yang diberikan kepada nambi. Pemberontakan sora Karena fitnahan yang dilancarkan halayuda akhirnya terjadi bentrokan antara pasukan majapahit dengan rombongan sora yang hendak menghadap kepada raja majapahit. Dalam peristiwa ini rombongan sora binasa. Peristiwa ini dikisahkan dalam kidung sorandaka. Raden wijaya wafat Tahun 1309 raden wijaya wafat, ia digantikan oleh jayanegara anak raden wijaya dengan tribuanaswari. Raden wijaya dimakamkan di candi ciwa disamping blitar Raja Jayanegara Masa pemerintahan jayanegara merupakan masa suram bagi kerajaan majapahit karena pada masa ini majapahit banyak dilanda kekacauan. Jayanegara orangnya lemah, mudah dipengaruhi dan memiliki sifat yang kurang terpuji, sehingga dijuluki kologemet yang artinya orang lemah yang jahat. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi masa jayanegara. Pemberontakan kuti semi 1319 Kuti dan semi adalah anggota pasukan dharmaputra. Pasukan dhamaputra adalah pasukan elit jaya Negara yang dimanjakan oleh raja. Tetapi pasukan ini sendiri kurang senang terhadap jayanegara. Pada tahun 1319 kuti semi menduduki ibukota kerajaan majapahit, sehingga jayanegara terpaksa diungsikan di desa badander (peristiwa badander). Pemberontakan kuti akhirnya berhasil dipadamkan pasukan bhayangkari pimpinan gajah mada. Pemberontakan nambi Karena fitnah dan hasutan yang dilancarkan halayuda terhadap nambi, akhirnya nambi terseret ke dalam jurang perselisihan dengan jayanegara, diakhiri dengan meninggalnya nambi dan hancurnya daerah lumajang. Peristiwa Tanca 1328 Pada suatu hari istri tanca (tabib kerajaan) digoda oleh jayanegara. Rasa cemburupun muncul di hati tanca. Pada suatu hari jayanegara mengidap penyakit bisul yang mengganggu kesehatan jayanegara. Tanca sebagai tabib kerajaan dipanggil untuk memotong bisul tersebut. Sehabis mengoperasi pisau yang dipakai tanca ditusukan ke dada jayanegara hingga meninggal. Sementara tanca sendiri kemudian dibunuh oleh gajah mada. Tribhuwanatunggadewi (1328-1350) Tribhuwanatunggadewi adaalh anak raden wijaya dengan gayatri. Ia menjadi penguasa majapahit karena menggantikan gayatri yang sudah menjadi bhiksuni (pertapa). Pada masa pemerinthannya terjadi pemberontakan sadeng 1331. Peberontakan ini berhasil dipadamkan gajah mada. Keberhasilan gajah mada ini semakin memperlancar jalan gajah mada untuk menggantikan patih arya tadah yang sakit-sakitan. Pada tahun 1334 arya tadah mengundurkan diri. Gajah mada ditunjuk sebagai patih hamangkubumi. Dalam pelantikannya gajah mada mengucapkan program politiknya yang sering disebut sumpah palapa yang bunyinya “Huwus kalah nusantara, isun amukti palapa; huwus kalah gurun, seram, tanjungpura, haru, Pahang, dompo, bali, sunda, Palembang, tumasik, barulah saya akan istirahat” Untuk merealisasikan cita-citanya tersebut orang-orang yang dianggap lawan disingkirkan dan diganti pejabat baru yang mendukung politiknya. Selain itu gajah mada mengangkat mpu nala untuk memimipin pasukan guna menundukan Indonesia barat. Pada tahun 1350 trihuwanatunggadewi turun tahta karena gayatri meninggal dunia. Tahta diserahkan kepada hayam wuruk yang waktu itu masih muda. Hayam wuruk 1350 – 1389 Hayam wuruk adalah anak tribhuwanatunggadewi dengan kertawardana. Ia memerintah sejak tahun 1350 dengan gelar sri rajasanagara. Hayam wuruk merupakan raja terbesar majapahit. Pada masanya hampir seluruh nusantara dipersatukan kecuali pajajaran. Untuk menundukan pajajaran digunakan cara perkawinan politik yang mengakibatkan terjadinya peristiwa bubat 1357. Pada tahun 1364 gajah mada meninggal dunia, kemudian tahun 1389 hayam wuruk juga meninggal dunia. Meninggalnya kedua tokoh penting dalam kerajaan majapahit ini menyebabkan majapahit mundur. Wirakramadana 1389 -1429 Wirakrawardana adalah kepnakan hayam wuruk. Ia berhak mewarisi tahta karena ia kawin dengan kusumawardani anak hayam wuruk dengan paduka sri. Sementara istri selir hayam wuruk mempunyai anak bernama wirabumi (penguasa blambangan). Meninggalnya hayam wuruk majapahit dilanda perang saudara. Perang paregreg 1406 Perang paregreg adalah perang saudara antara majapahit barat dengan majapahit timur yaitu antara wikrawardana melawan wirabumi. Perang ini dimengangkan majapahit barat/wikrawardana. Keruntuhan Majapahit Sepeninggal gajah mada dan hayam wuruk, kerajaan majapahit mulai mundur. Sebab-sebabnya adalah : Meninggalnya gajah mada sebagai seorang pemimpin yang seba bisa Tak ada pembentukan pemimipin baru yang cakap sepeninggal gajah mada Adanya perang saudara / paregreg Banyak daerah-daerah yang melepaskan diri karena majapahit mulai lemah dan Pengaruh masuknya agama islam. Karena majapahit runtuh dan berakhir pada tahun 1478 akibat serangan Girindrawardana dari Kediri. Waktu itu majapahit dipimpin oleh kertabumi (1468 – 1478) Susunan pemerintahan majapahit Susunan pemerintahan majapahit pada masa hayam wuruk adalah sebagai berikut : Dewan sapta prabu, adalah dewan penasihat raja Mahamentri kartini, adalah jabatan kehormatan yang terdiri atas Indonesia Hino, Indonesia Halu, Indonesia Sirikan Pancaring wilwakita adalah dewan eksekutif yang bertugas menjalankan pemerintahan sehari-hari. Dharma dyaksa adalah jabatan yang mengurusi masalah agama. Dharma dyaksa ada dua yakni dhrama dyaksa kaciwan mengurusi agama hindu dan ring kasogatan mengurusi agama budha. Paningkah sri narendra dwipa, adalah jabatan peradilan seperti mahkamah agung. Hasil sutra majapahit Hasil karya sastra lama Kitab Negarakertagama karangan mpu prapanca 1365. Isinya menguraiakan kerajaan majapahit Kitab sutasoma oleh mpu tantular. Dalam kitab ini terdapat ungkapan “Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangwra” yang kemudian dipakai semboyan Negara kita. Kitab arjunawiwaha oleh mpu tantular Kitab kuntjarakarna, pengarangnya tidak jelas Kitab parthayajna tidak jelas pengarangnya. Hasil karya sastra baru Kitab pararaton oleh mpu tantular isinya menceritakan dongeng ken arok sampai raja-raja singasari sampai majapahit, isinya sebagian besar berupa mitos dan dongeng Kidung sundayana, isinya menceritakan tentang peristiwa bubat Kidung sorandaka, yang isinya tentang pemberontakan sora. Panjiwijayakrama, menceritakan raden wijaya sampai menjadi raja majapahit Kitab pamancangih, berisi sejarah para dewa Kitab usana jawa, isinya tentang penaklukan gajah mada terhadap pulau bali Kitab usana bali, isinya tentang kekacauan bali akibat keganasan maya danawa Tantu paggelaran, isinya tentang pemindahan gunung mahameru ke pulau jawa Kitab caon arang dan korawasrama. System dan struktur social ekonomi (perdagangan, tenaga kerja, penguasaan tanah pajak dan transportasi) masyarkat pada masa kerajaan hindu-budha. System dan struktur social masyarakat Masuknya agama hindu-budha ke Indonesia mempengaruhi kehidupan social dan struktur masyarakat Indonesia. Sebelum hindu dan budha datang di Indonesia masyarakat belum mengenal stratifikasi masyarakat. Namun setelah hindu datang di Indonesia masyarkat mulai mengenal yang disebut system kasta. Pembagian masyarkat berdasarkan kasta semula merupakan upaya orang arya (di india) agar darah keturunannya tidak ternoda oleh keturunan bangsa Dravida. Oleh karena itu diadakan pengelompokan berdasarkan status social mereka dalam masyarakat, dimana orang-orang arya menduduki posisi penting seperti kasta brahmana, ksatria, waisya, dan sudra ditempati orang-orang dravida. Sementara didalam agama budha masyaraktnya pun terbagi menjadi Biksu-biksuni Bhiksu dan Bhiksuni adalah pemeluk agama Budha yang telah berhasil meninggalkan sifat keduniawiannya dan telah menempati tempat tersendiri, yaitu biara. Para bhiksu (laki-laki) dan bhiksuni (perempuan) harus menaati aturan-aturan yang telah ditentukan dalam biara, mereka tidak bisa bebas sebagaimana masyarakat umum Upasaka-upasika Adalah masyarkat budha yang tingkatannya masih seperti masyarakat kebanyakan. Mereka tidak begitu terikat dengan aturan-aturan seperti para bhiksu dan bhiksuni. Mereka adalah mayarakat awam yang belum banyak memperoleh atau memahami tentang ajaran agama budha. Golongan masyarakat ini merupakan golongan mayoritas. System dan struktur ekonomi (perdagangan, tenaga kerja dan transportasi) masyarakat pada masa kerajaan hindu-budha. Raja-raja pada zaman hindu budha memiliki kekuasaan yang sangat besar karena ada anggapan bahwa raja adalah jelmaan para dewa di bumi. Oleh karena itu kekuasaan raja adalah mutlak. Sementara rakyat dianggap hamba yang harus tunduk dan patuh pada peruntah raja. Raja sebagai penjelmaan dewa bumi berhak mengatur dan menguasai segalanya dari tanah, pajak, tenaga kerja, perdagangan dan transportasi. System perdagangana dan transportasi Raja berhak penuh atas perdagangan dan transportasi yang ada di wilayah kekuasaanya. Pada masa hindu-budha, raja dan bangsawan adalah pemilik modal, pemilik barang dan kapal. Apabila da pedagang-pedagan asing yang pertama kali dituju adalah raja. Para pedagang bisa melakukan transaksi dengan raja sebagai penguasa wilayahnya. Para pedagang asing akan mendapatkan barang yang dibutuhkan sementara raja juga memperoleh barang dari pedagang asing yang dibutuhkan. Umumnya mereka melakukan jual beli dengan cara barter. Selain melayani para pedagang raja juga menyediakan kapal beserta isinya untuk dijalankan oleh para nahkoda, caranya dengan system bagi hasil. System penguasaan tanah, pajak tanah, dan tenaga kerja Pada dasarnya raja adalah penguasa dan pemilik tanah di daerah kekuasaanya. Sementara rakyat yang menempati wilayah tersebut sebagai penyewa. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak kepada raja berupa upeti. Untuk meperlancar tugas seperti penarikan pajak biasanya raja telah menunjuk penguasa daerah untuk mengkoordinir pengumpulan pajak dari masyarakat. Sementara penguasa daerah menunjuk para petugasnya untuk mengumpulkan pajak dari masyarakat. Apabila pajak/upeti masyarakat terkumpul dengan baik tanpa ada kecurngan kerajaan cepat kaya dan maju. Kerajaan yang maju dan makmur akan meninggalkan berbagai macam peninggalan yang berharga. Sebab dengan pajak/upeti yang terkumpul, raja bisa memanfaatkannya untuk membangun missal : candi atau symbol-simbol kebesaran lainnya. Untuk pembangunan monument seperti candi, raja tidak mengalami kesulitan. Sebab rakyat yang hidup di lingkungan kerajaan harus tunduk dan patuh kepada peruntah raja. Raja berhak mengerahkan tenaga rakyat tanpa harus membayar seperti pembuatan candi Borobudur, prambanan dan lain-lain. Struktur Birokrasi Antara Kerajaan Hindu-Budha Di Berbagai Daerah Struktur birokrasi kerajaan sriwijaya Sriwijaya merupakan kerajaan maritime terbesar dan kerajaan nasional pertama di Indonesia. Wilayahnya luas, pengaruhnya bersar dan banyak dikunjungi pedagang dari berbagai daerah dan Negara lain. Negara yang besar harus memiliki system yang baik dan alat keamanan yang kuat. Oleh kaena itu sriwijaya mengeluarkan berbagai macam birokrasi untuk memperkuat diri dalam menghadapi macam tantangan. Hal ini Nampak pada sebagian prasasti sriwijaya berisi tentang aturan-aturan dan ancaman kepada siapa saja yang akan mengacaukan sriwijaya. Sebagai kerajaan maritime sriwijaya harus mampu menguasai jalur-jalur yang menghubungkan daerah satu dengan daerah lainnya. Hal ini akan terwujud apabila sriwijaya memiliki birokrasi yang kuat dan alat keamanan yang mencukupi dan memiliki daya jelajah yang cepat. Struktur birokrasi kerajaan mataram hindu Kerajaan mataram adalah kerajaan agraris dan hindu di jawa tengah. Kerajaan ini berdiri abad 8 M oleh sanjaya. Sebagai kerajaan agraris, raja mataram harus memiliki hubungan baik dengan daerah-daerah. Berdasarkan informasi dari berbagai prasasti bahwa pada zaman mataram hubungan antara kalangan istana dengan desa-desa cukup baik walaupun kadang-kadang terdapat perbedaan antara keadaan di keraton dengan desa. Dari prasasti yang ditemukan di mataram juga menyebutkan bahwa raja memerintah dibantu oleh para pejabat tinggi, misalnya mahamneteri I Hino, Mahamenteri I halu dan Maha Menteri I sirikan. Dibawah mahamneteri I Hino, Mahamenteri I halu dan Maha Menteri I sirikan masih ada pejabat yang lebih rendah lagi. Sementara untuk menjaga keamanan di mataram dikeluarkan peraturan untuk menjamin keamanan dan ketertiban di desa-desa. Mengingat waktu itu penduduk masih jarang, para pedagang sering dirampok ditengah jalan karena jarangnya penduduk. Untuk itu dikeluarkan aturan-aturan yang member ancaman dan hukuman bagi para penjahat missal hukuman badan sampai hukuman mati. Struktur Birokrasi Kerajaan Pajajaran Struktur birokrasi kerajaan sunda dapat disimpulkan sebagai berikut : Pemerintah pusat dipegang oleh raja Raja dibantu oleh mangkubumi (perdana menteri) Mangkubumi membawahi beberapa orang tua nanganan Dibawah menteri adalah wado (pejabat rendahan) Perhatian bagan berikut : Struktur Birokrasi Kerajaan Majapahit Struktur birokrasi majapahit menunjukan adanya kekuasaan yang bersifat territorial dan desentralisasi dengan birokrasi yang terperinci. Hal ini karena pengaruh kepercaayaan yang bersifat kosmologi. Dengan konsep semacam ini majapahit dianggap sebagai replica jagad raya dan raja majapahit disamakan sebagai dewa tertinggi yang bersemayam di puncak mahameru. Dalam prasasti tuhannaru 1245 saka menyebutkan bahwa kerajaan majapahit dilambangkan sebagai persada dengan raja jayanegara sebagai wisnuwawantara dan mahapatih sebagai pranala. Pada masa hayam wuruk susunan pemerintahan majapahit telah mendekati kesempurnaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya bermacam-macam jabatan seperti berikut : Raja, merupakan penguasa tertinggi dan menduduki puncak hirarki kerajaan. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di bumi yang harus disembah dan dihormati. Bhatara sapta prabu yaitu dewan pertimbangan kerajaan, bertugas memberikan pertimbangan kepada raja. Anggotanya terdiri atas sanak keluarga raja. Rakyan mahamantri kartini, yaitu jabatan kehormatan yang biasanya ditempati putra raja. Mereka terdiri atas 3 orang, yaitu : rakyan mahamneteri I Hino, rakyan Mahamenteri I halu dan rakyan Maha Menteri I sirikan. Diantara ketiga jabatan itu I Hino yang tertinggi dan terpenting. Pancaring wilwatikta (mantri amancanegara) yaitu dewan menteri yang terdiri atas 5 pejabat yaitu patih mangkubumi, tumenggung, demung, rangga dan kanuruhan.. mereka ini adalah badan pelaksana pemerintahan sehari-hari. Dhama dyaksa, yaitu pejabat tinggi kerajaan yang mengurusi bidang keagamaan. Ada dua dharma dyaksa yaitu dharma dyaksa ring kasiwan (urusan hindu) dan dharma dyaksa ring kasogatan (urusan budha). Panangkih sri narendra dwipa, yaitu peradilan. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut : Factor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan bercorak hindu-budha Runtuhnya kerajaan bercorak budha Memasuki abad 13 M kerajaan-kerajaan bercorak hindu-budha mengalami kemunduran. Misalnya kerajaan sriwijaya. Kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan nasional pertama dan menjadi pusat agama budha di asia tenggara. Orang-orang yang akan belajar agama budha di india, biasanya harus belajar terlebih dahulu di sriwijaya sebagai bekal menuju ke india. Di sriwijaya mereka belajar agama dibimbing pendeta sakyakirti dan dharmakirti. Letak sriwijaya sangat strategis karena berada pada persimpangan perdagangan internasional. Kondisi ini didukung oleh sungai-sungai di Sumatra umumnya landai dan lebar sehingga mudah dilayari. Sriwijaya juga banyak menghasilkan barang dagangan seperti kapur, penyu dan gading. Namun memasuki abad 13 M kerajaan sriwijaya mengalami kemunduran. Adapun sebabnya adalah : Letak pelabuhan sriwijaya makin jauh dengan pantai Pendangkalan yang terus menerus mengakibatkan Bandar makin jauh dari pantai. Akibatnya para pedagang enggan berlabuh di Bandar sriwijaya, sehingga sriwijaya makin sepi. Bea masuk sriwijaya mahal Chou Ku Fei mengatakan bea masuk sriwijaya makin tinggi. Banyak beban dan pungutan yang harus dibayar agar bisa masuk Bandar sriwijaya. Akibatnya para pedagang beralih ke Bandar lain dan sriwijaya ditinggalkan para pedagang. Masuknya agama islam Pada abad 13 M agama islam mulai berkembang di nusantara. Masuknya islam ke nusantara mampu member warna lain masyarkat Indonesia. Islam disiarkan dengan cara damai, tidak membedakan status social masyarakat dan dibawa oleh para pedagang. Perkembangan islam di nusantara makin pesat terutama di daerah-daerah pantai. Sejalan dengan perkembangan islam di nusantara, wilayah yang semula ada dibawah pengaruh hindu-budha melepaskan diri dan berdiri sendiri sebagai Bandar islam. Serangan majapahit Kondisi sriwijaya yang makin luas tak mampu menghalang serangan majapahit tahun 1377 M. serangan ini mengakibatkan kondisi sriwijaya makin lemah dan akhirnya runtuh. Adanya ekspedisi pamalayu 1275 Ketika singasari diperintahkan oleh kertanegara singasari mengirimkan tentaranya ke melayu tahun 1275 yang terkenal dengan ekspedisi pamalayu. Ekspedisi pamalayu bertujuan untuk menjalin persahabatan dengan kerajaan melayu dan memblokade sriwijaya agar hancur. Runtuhnya kerajaan bercorak hindu Setelah sriwijaya mengalami keruntuhan, kerajaan – kerajaan hindu juga mengalami nasib yang sama. Kerajaan majapahit yang menjadi symbol kerajaan hindu dan bahkan disebut kerajaan nasional kedua mengalami kemunduran. Sebabnya adalah sebagai berikut : Meninggalnya patih gajah mada 1364 M Patih gajah mada merupakan seorang organisator dan ahli strategi ulung. Pada masa pemerintahannya majapahit menjadi besar dan kerajaan majapahit berkembang pesat. Namun keahlian gajah mada tidak ada yang mewarisi, sehingga ketika gajah mada meninggal tidak ada pemimpin yang bisa menggantikannya. Meninggalnya hayam wuruk 1389 M Meninggalnya gajah mada yang kemudian disusul hayam wuruk tahun 1389. Pemerintahan majapahit morat-marit. Kepercayaan daerah terhadap pusat pudar dan daerah-daerah melepaskan diri. Perang saudara (perang paregreg) Sepeninggal gajah mada dan hayam wuruk konflik antar keluarga muncul ke permukaan. Wikramawardana keponakan hayam wuruk yang menjadi penguasa majapahit barat terlibat konfllik dengan wirabumi (penguasa blambangan). Wirabumi adalah anak hayam wuruk dengan isteri selir. Peperangan ini sangat melemahkan majapahit. Masuknya agama islam Sejak abad 13 islam sudah berkembang pesat di nusantara. Berkembangnya islam ternyata mendesak kerajaan yang bercorak hindu. Daerah-daerah bawahan melepaskan diri Semenjak gajah mada dan hayam wuruk meninggal, tali perekat daerah bawahan seolah-olah hilang sama sekali. Apalagi setelah majapahit dilanda perang saudara, daerah bawahan tidak lagi terurus. Disusul masuknya agama islam yang lebih demoktaris, daerah-daerah bawahan semakin berani memisahkan diri. Dengan lepasnya daerah-daerah bawahan maka dengan sendirinya pendapatan majapahit berkurang. Tradisi Hindu-Budha Didalam Masyarakat Di Daerah-Daerah Tertentu Setelah Runtuhnya Kerajaan Hindu-Budha Ditempat lain ada tanda-tanda pengaruh india yang sudah tua tetapi belum jelas ialah : Di tengkarek di lembah Kapuas. Disitu ada mata air dan ada lukisan stupa pada batu besar. Tulisannya tidak jelas. Hiasannya payung bersusun yang diduga oleh krom sebagai pengaruh asli. Hurufnya palawa muda dan berbahasa sansekerta. Letak tengkarek pada jalan perdagangan yang berhubungan dengan Palembang Di gua kombeang. Letaknya di pedalaman muara Kaman. Diditu ada area budha dan wisnu. Menurut krom ini kelanjutan dari pengaruh seni kutai yang telah luntur. Jenisnya kesenian amarawati. Jadi dari india selatan, sebab amarawati letaknya antara sungai kisna dan godawari. Tempat ini pernah menjadi pusat kebudayaan pada abad II – IV. Dari kesenian amarawati kita kenal budha dipangkara (pelindung laut). Di sikendeng Sulawesi selatan pantai barat. Disitu juga ditemukan arca-arca jenis amarawati. Dahulu tempat ini juga dalam lintasan perdagangan. Kesenian amarawati lebih sederhana, terutama stupanya. Kesenian gupta bercampur kesenian amarawati terbentuklah kesenian Ajanta yang berkembang abad ke VI Di jember disana ditemukan arca tembaga berupa budha. Masih banyak lagi ditemukan sisa-sisa pengaruh hindu, misalnya di siguntang (Palembang) ada arca budhis jenis amarawati, di serawak ada arca ganesha. Kiranya pengaruh-pengaruh yang kami sebut diatas langsung dari india. Arca di siguntang besar sekali, jadi tentu dibuat disini. Kalau kita teliti peninggalan-peninggalan diatas letaknya dalam jalan dagang. Dari Palembang ke Kapuas, dari Palembang ke taruma, dari taruma ke Sulawesi selatan terus ke kutai. Dari kutai ke philipina. Dan kita tahu bahwa pada abad ke IV yaitu zaman dinasti gupta di india ada penyebaran budhisme ke asia tenggara. Gaya keseniaanya campuran india asli dengan gandhara. Akibat-akibat datangnya pengaruh Hindu : Dengan datangnya pengaruh india berakibat : Timbulnya system kemaharajaan Dengan timbulnya raja yang menguasai beberapa daerah dengan pegawai dan kerabat-kerabatnya menjadi kelas penguasa. Kelas ini hidup dari rakyat, maka rakyat juga berproduksi untuk kelas ini. Dengan demikian timbulah macam-macam pajak. Pajak innatura (barang) dan pajak beripa kerja. Tanah dianggap milik raja dan rakyat menyewa atau hanggaduh. Hinduisme mempercepat proses feodalisme. Kelas penguasa ini seolah-olah cocok dengan kasta ksatria. Mereka menjadi kelas feudal. Daerah perdagangan makin luas makin ramai, sebab raja menggabungkan beberapa desa dan keamanan terjamin. Bagi daerah yang jauh diserahkan kepada penguasa daerah. Kemajuan kebudayaan asli lebih cepat, terutama yang berhubungan dengan keagamaan. Banyak juga unsure-unsur hindu disesuaikan dengan pandangan asli. Perubahan dalam system keagamaan. Disini juga ada sinkritisme. Terjadi dualism masyarakat ialah masyarakat ialah masyarakat kraton yang telah sungguh-sungguh di hindukan dengan masyarakat desa yang masih boleh disebut asli. Susunan ketatanegaraan lebih lengkap. Juga administrasinya. Banyak buku hukum dipakai di samping hukum adat. Masuk bahasa sansekerta, sebab sebagai bahasa dalam agama dan sastra. BAB III PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM TERHADAP MASYARAKAT DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA Agama islam di Indonesia diperkirakan abad 7 s.d 13 M. agama ini masuk Indonesia dibawa oleh para pedagang dan disiarkan dengan cara damai. Sebelum islam masuk di Indonesia telah berkembang agama dan kebudayaan hindu-budha. Namun pada abad ke 13 dan 15 kedua agama ini mulai mundur dan terdesak oleh islam.Perkembangan agama islam di Indonesia sangat pesat, hal ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain : Agama islam disebarkan dengan cara damai Mundurnya dua kerajaan besar yaitu sriwijaya dan majapahit Islam tidak mengenal penggolongan masyarakat Ajaran islam sangat manusiawi dan tidak memberatkan pemeluknya Penyebaran islam didukung oleh para wali songo Didukung oleh orang-orang Indonesia sendiri seperti para raja, bangsawan, adipati, rakyat biasa, dan para ulama Islam masuk ke Indonesia tidak dibawa penjajah melainkan para pedagang sehingga masyarakat mudah menerima. Pendapat para ahli tentang proses awal penyebaran islam di kepulauan Indonesia. Kapan islam masuk ke Indonesia Sejarah tentang masuknya islam di Indonesia masih terjadi silang pendapat antara tokoh satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendapat ini disebabkan karena adanya perbedaan cara pandang yang disebabkan perbedaan bukti-bukti atau alasan yang mereka kemukakan. Pendapat-pendapat itu antara lain adalah : Islam masuk ke Indonesia abad 7. Pendapat ini didukung oleh tokoh-tokoh sebagai berikut : Dr. Hamka Beliau mendukung pendapat yang mengatakan islam masuk ke Indonesia abad 7 M dengan alasan bahwa pada tahun 674 M Raja Tacheh (arab) mengirimkan utusannya kepada ratu sima yang terkenal adil dan jujur. Selain itu waktu itu di jawa dijumpai orang arab islam. Zainal arifin abbas Dia mengatakan bahwa tahun 668 M ada utusan arab di cina yang telah mempunyai pengikut islam di Sumatra utara. Drs. Juned pariduri Dia mengatakan bahwa tahun 670 di barus (tapanuli-sumut) islam mulai masuk . dasarnya adanya makam syekh mukaddin di barus yang berangka tahun Ha-mim yang artinya 48 H/670M. Berita cina zaman dinasti Tang Bahwa di kanton/sumatera ada orang yang beragama islam Islam masuk ke Indonesia abad 11 M Pendapat ini didasarkan pada adanya makam Fatimah binti maimun di lenan gresik yang berangka tahun 1082 M Islam masuk di Indonesia abad 13 M Pendapat ini berdasarkan : Berita marcopolo yang pernah singgah di sumatera utara ketika ia mengadakan perjalanan dari cina ke Persia. Di sumatera utara marcopolo menjumpai orang yang telah memeluk agama islam. Batu nisan malik al saleh berangka tahun 1297 menunjukan batu nisan seoran muslim. Islam masuk ke Indonesia abad 15 M Pendapat ini didasarkan pada berita dari Ma Huan yang pernah singgah di gresik tahun 1416. Disitu Ma Huan melihat sudah banyak masyarakat beragama islam. Dari mana datanganya islam di Indonesia Ada beberapa pendapat tentang asal-usul datangnya islam di Indonesia. Islam datang dari arab Islam yang datang di Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang-pedagang arab sebab islam lahor di arab. Islam dari Gujarat india Para pedagang Gujarat yang beragama islam datang ke Indonesia untuk berdagang selain bedagang mereka juga menyebarkan agama islam di sela-sela mereka melakukan aktivitas berdagang. Bukti lain bahwa islam datang dari Gujarat antara lain sebagai berikut : Unsure-unsur islam di Indonesia menunjukan persamaan islam di Gujarat yang telah tercampur dengan unsure-unsur setempat. Bentuk batu nisan malik al saleh yang mempunyai cirri-ciri yang hampir sama dengan bentuk nisan yang ada di india/Gujarat. Islam datang dari Persia Bukti-bukti yang mendukung pendapat ini adalah berkembangnya tasawuf di Indonesia. Semula tasawuf berkembang di Persia. Siapa pembawa islam di Indonesia Ada beberapa pendapat tentang pembawa islam di Indonesia. Pendapat itu antara lain : Para pedagang Para pedagang merupakan kelompok yang paling berjasa dalam awal penyebaran islam di Indonesia, para pedagang muslim. Arab maupun Gujarat datang ke Indonesia untuk berdagang. Namun karena sisa-sisa waktu untuk pulang kembali ke negaranya masih longgar mereka gunakan untuk berdakwah menyebarkan agama. Para mubaligh Mubaligh adalah orang yang tugasnya menyampaikan ajaran agama. Para mubaligh lebih ahli dan lebih tahu keadaan atau kondisi masyarakat sebab tugas mereka memang khusus untuk berdakwah. Golongan Sufi Penyiaran agama melalui tasawuf terasa lebih cocok dengan kondisi masyarakat Indonesia yang suka berbau mistik. Saluran-saluran islamisasi Ada beberapa cara yang dugunakan untuk proses islamisasi di Indonesia yaitu : Perdagangan Perdagangan merupakan cara yang paling efektif untuk penyebaran islam waktu itu. Sebab para pedagang langsung berhubungan dengan raja, bangsawan, dan rakyat untuk memperoleh barang dagangan. Perkawinan Perkawinan merupakan cara efektif untuk mengajak dan mengikat keluarga yang belum islam menjadi islam, missal Putrid campa kawin dengan raja brawijaya yang kemudian bernama raden patah. Rorosantang kawin dengan syarif Abdullah beranak syarif hidayatullah Maullana ishak kawin dengan putrid raja blambangan beranak sunan giri. Tasawuf Masyarakat Indonesia memiliki dan menyukai hal-hal yang berbau mistik. Sehingga kedatangan kaum sufi diterima dengan senang hati masyarakat Indonesia. Kesempatan ini dimanfaatkan kaum sufi untuk mendekati masyarakat dan menyebarkan islam. Pendidikan pondok pesantren Penyebaran islam melalui pondok pesantren memiliki nilai lebih karena pesantren merupakan kawah candra dimuka yang paling baik untuk mendidik masyarakat/umat. Para santri yang datang dari berbagai daerah bersatu untuk menuntut ilmu serta menerima gemblengan-gemblengan dari kyai. Sehingga keluar dari pesantren mereka siap menghadapi tantangan-tantangan dakwah di daerah-daerah yang mereka tempati. Kesenian Seni merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Oleh karena itu, berdakwah dengan menggunakan kesenian akan membawa daya tarik tersendiri bagi masyarakat awam. Seni pewayangan banyak dimanfaatkan oleh sunan kali jaga dalam berdakwah. Banayak cerita-cerita pewayangan yang digubah disesuaikan dengan ajaran islam. Selain seni pewayangan ada cara lain yang digunakan sebagai media dakwah seperti sekaten, grebeg maulud, seni debus dan lain-lain. Peranan wali sangan dalam proses islamisasi Perkembangan islam dijawa tidak dapat dipisahkan dari peranan wali sanga. Mereka adalah tokoh islam di jawa yang memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat. Dengan sikap yang santun tawadukdan penuh dengan kewibawaan para wali mengajarkan ajaran islam dengan bijaksana. Para wali tahu bahwa masyarakat jawa waktu itu umumnya beragama hindu. Oleh karenanya kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang berlaku tidak langsung diberantas melainkan dimanfaatkan dan diisi dengan ajaran-ajaran islam. Kalau kita melihat bentuk masjid kuno umumnya beratap tumpang. Ini merupakan akulturasi dari bangunan pura (hindu)\ Nama-nama walisanga dan asal daerahnya Maulana malik Ibrahim (sunan gresik) Raden saleh (sunan ampel) Maulana ainul yakin (sunan giri) R.M. Joko Said (sunan kalijaga) Ja’far shodiq (sunan kudus) Umar said (sunan muria) Makdum Ibrahim (sunan bonang) Syarif hidayatullah (sunan gunung jati) Syeikh maunat (sunan drajat) Catatan : syekh siti jenar ada yang memasukannya dalam kelompok wali sanga, namun karena ajarannya tentang manunggaling kawulo gusti dianggap membahayakan keimanan,, oleh karenanya dia dijatuhi hukuman mati. Tempat dan bukti awal penyebaran islam di Indonesia Bukti awal penyebaran islam di Indonesia tampaknya masih kabur. Hal ini disebabkan kurangnya bukti yang dapat diandalkan. Bukti yang paling tua tentang permulaan islam di Indonesia ialah ditemukannya batu nisan dari aceh yang menandai kematian sultan sulaiman bin Abdullah bin al basyir tahun 1211. Ditemukannya batu nisan malik al saleh berangka tahun 1297 di samudra pasai. Bukti-bukti itu telah menyakinkan kepada kita bahwa pada abad 13 islam telah ada di sumatera utara. Didaerah leran gresik, jawa timur ditemukan makam Fatimah binti maimun berangka tahun 1082 M yang menandakan makam orang lain. Sementara menurut ma huan seorang tionhoa. Islam yang pernah datang di majapahit tahun 1413 dengan jelas bahwa penduduk kota majapahit sendiri terdiri dari tiga golongan, yaitu orang-orang islam yang datang dari barat (india) orang tionghoa yang kebanyakan memeluk islam rakyat yang selebihnya beragama hindu. Pada abad 13 timbul pusat perdagangan dan kegiatan islam yang baru yaitu malaka. Pendiri kerajaan malaka adalah keturunan majapahit yaitu parameswara. Setelah masuk islam bernama iskandar syah. Malaka tidak hanya sebagai pusat perdagangan tapi sebagai pusat agama isalm di asia tenggara. Tahun 1511 malaka jatuh ketangan portugis. Perkembangan tradisi islam di berbagai daerah dari abad ke 15 sampai abad ke 18 Dalam dunia islam muncul berbagai tradisi setelah islam berinteraksi dengan kebudayaan setempat. Hal ini tidak bisa dihindari karena sebelum islam masuk kehidupan yang bersifat religious telah berkembang pesat di nusantara. Sehingga perkembangan islam di nusantara tidak bisa murni sebagaimana zaman rasulullah SAW. Masuknya agama islam ke Indonesia tidak mematikan kebudayaan/tradisi islam di berbagai daerah seperti berikut : Ziarah Ziarah artinya mengunjungi atau sowan (bahasa Jawa). Istilah ini biasanya digunakan untuk mengunjungi makam para wali, mengunjungi kuburan orang mati Selain mencari berkah ziarah dimaksudkan untuk menghormati orang yang telah meninggal dan untuk melanggengkan hubungan orang hidup dengan orang yang telah mati. Pada tahun syaban menjelang bulan ramadhan masyarakat jawa memiliki kebiasaan berziarah ke makam leluhur orang tuanya. Di jawa timur ziarah kemakam dilakukan pada jumat legi sementara jumenengan pada jumat kliwon. Cara seseorang dalam berziarah juga bermacam-macam, ada yang berziarah kemakam dengan membacakan alquran, menyebar kembang, membakar kemenyan, melaksanakan shalat didepan makam, berdoa, membaca tahlil dan lain-lain. Masing-masing daerah biasanya memiliki tradisi yang berbeda. Mauled nabi Tradisi mauled nabi diselenggarakan untuk mengenang kelahiran Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 rabiul awal tahun hijriyah. Di Indonesia perrayaan mauled nabi dilaksanakan dalam kaitan mencari berkah dari orang-orang alim. Orang-orang saleh seperti berziarah ke makam-makam mereka/ Di jawa barat peringatan mauled nabi diisi dengan kegiatan berziarah ke makam sunan gunung jati, salah satu wali sanga di jawa barat. Di sumatera barat setiap tanggal 12 rabiul awal umat islam berziarah kemakam syeh burhanuddin, tokoh penyiar islam di sumatera barat. Di kudus ada tradisi membaca kitab “berjanji” yang berisi sejarah nabi secaara bergantian dari rumah ke rumah selama bulan mauled. Sementara di NTB datangnya bulan mauled terasa lebih semarak lagi, masyarkaat pada bulan mauled tiba, membuat masakan besat untuk dibagikan kepada tetangga daerah-daerah tertentu, kadang ada yang menampilkan atraksi seperti barang leak. Sekatenan Di keraton Yogyakarta, Surakarta, Cirebon perayaan mauled nabi disebut sekaten. Kata sekaten berasal dari kata syahadarian yaitu dua kalimat syahadat yang artunya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Tradisi sekaten diperkenalkan pertama kali oleh raden patah dari demak pada abad ke 16. Ribuan orang masuk islam dengan tradisi tersebut. Oleh sultan-sultan berikutnya tradisi tersebut diteruskan sampai sekarang ini. Di Yogyakarta dan Surakarta perayaan sekaten diisi dengan penyucian benda-benda pusaka kerajaan. Sultan juga membagi-bagikan berkah berupa nasi tumpeng berbentuk gunung (gunungan) Gunungan lanang dan gunungan wadon Pada perayaan sekaten ada satu acara yang ditunggu-tunggu oleh masyarkat sekitar untuk mencari nafkah yaitu keluarnya nasi gunungan yang akan dihiasi berbagai macam makanan yang dibawa ke dalam masjid setelah didoakan nasi ini dibagikan kepada para pengunjung bahkan sering menjadi rebutan para pengunjung. Nasi gunungan yang dipersembahkan pihak keraton merupakan bentuk ucapan terimakasih atas melimpahnya berkah dan rizki yang diberikan Allah SWT Nasi gunungan ada 2 macam yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon. Gunungan lanang merupakan nasi yang diberntuk dengan puncak sebagai laki-laki dihiasi dengan panganan, telur asin, cabai merah,, kacang panjang di sekelilingnya. Gunungan wadon merupakan gunungan nasi yang berbentuk paying “perempuan” ditutup dengan panganan datar besar dan dikelilingi oleh panganan berberntuk daun. Seluruh permukaan gunungan nasi dihiasi dengan panganan-panganan kecil. Makna perlambang asli gunungan nasi ini berkaitan dengan masa pra hindu-budha, namun saat ini dianggap melambangkan alam semesta berikut semua isinya dan kebesaran sang pencipta. Tarekat Tarekat berasal dari bahasa arab thoriq yang artinya jalan atau jalan setapak. Jalan yang dimaksudkan disini adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Kegiatan mereka bisa berupa dzikir memahami dan mengamalkan ayat-ayat alquran serta bentuk kegiatan lain yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tarekat merupakan perkumpulan atau persaudaraan dalam perjalanan batin manusiauntuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Karena perjalanan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta itu tidak sama maka munculah bermacam-macam tarekat itu sesuai dengan nama pendirinya. Nama-nama tarekat yang pernah ada di Indonesia : No Nama Tarekat Pendirinya Asal 1 Qodiriyah Abd qodir jaelani (1988-1166) Baghdad 2 Rifaiyyah Ahmad al rifai (±1175) Irak 3 Shadilillyah Abu hasan al shadily (± 1256) Tunisia 4 suhawardiiyya Abdul qodir suhawardi Baghdad 5 Shattariyya Abdullah sattar (± 1415) - 6 Naqsabandiyah Baha’al din naqsabandiyah (1388) Bukhara 7 Sammaniah Syeikh M Samman - 8 Qusyasyiah Ahmad qushashi - Perkembangan tarekat di Indonesia Tarekat di Indonesia berkembang abad +16 M sejalan dengan masuknya paham sufi di Indonesia. Dari mana serta siapa pembawanya terkait di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Yang jelas tarekat ada di Indonesia sejak islam masuk dan berkembang di Indonesia. Kehidupan pendidikan kesenian, kesusastraan, dan social di kerajaan-kerajaan islam di berbagai daerah Perkembangan pendidikan Pendidikan yang berkembang pada masa kejayaan islam adalah pemilik pondok pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional yang muncul sejak awal perkembangan islam. Di Indonesia pendidikan pesantren pertama ada di pulau jawa dan Madura. Para kyai menjadi penggerak utama terbentuknya pendidikan pesantren. Sekolah semacam ini di minangkabau disebut surau dan di aceh disebut dayah. Menurut babad demak pesantren pertama didirikan oleh raden patah (sunan ampel) pada pemerintahan prabu kertawijaya dari majapahit. System pendidikan yang dikembangkan di pondok pesantren umumnya masih tradisional. Santri dari berbagai daerah lalu berkumpul dengan teman-teman di rumah/pondok milik kyai atau guru ngaji. Para santri belajar dengan cara lesehan dan berkelompok. Materi yang diajarkan seperti tafsir, fiqih, bahasa arab, adab dan qiro’ah. Keberadaan pesantren pada masa lalu memiliki andil yang sangat besar bagi munculnya kaum intelek dan para ulama yang memiliki dedikasi yang tinggi dalam penyebaran islam selanjutnya. Oleh karena itu keberadaan pesantren sampai sekarang tetap diperthankan dan jumlahnya semakin banyak. Kurikulumnya pun makin disempurnakan sesuai dengan tuntutan zaman. Walhasil muncul pondok-pondok pesantren modern seperti gontor dan tempat lain. Kesenian Perkembangan islam di Indonesia semakin memperkaya khazanah kebudayaan nasional. Dalam bidang kesenian islam telah meninggalkan berbagai kreasi seni seperti berikut ini Kaligrafi Kaligrafi disebut pula seni menulis arab indah. Kaligrafi menjadi cirri khas seni islam. Kepandaian menulis arab ini dikembangkan di madrasah atau pondok pesantren. Sehingga tidak heran jika perkembangan kaligrafi di Indonesia cukup pesat. Seni pahat Didalam islam ada larangan membuat gambar/patung maklhuk hidup. Oleh karena itu seni pahat pada masa islam tidak sepesat pada masa sebelumnya. Perkembangan seni pahat pada masa islam hanya terbatas pada seni ukir hias. Pola-polanya terdiri atas pola daun-daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit karang. Bila mana seseorang ingin membuat ukuran maklhuk hidup biasanya bentuknya disamarkan dengan bungan atau dedadaunan seperti gambar kera yang disamarkan dengan pola daun-daunan. Relief ini seperti terdapat pada masjid mantingan jepara. Kesusastraan Hasil karya sastra pada zaman isalam tidak banyak sampai kepada kita, hal ini karena tidak ada tempat untuk meneruskan kepada generasi penerus. Beberapa peninggalan karya sastra isalm antara lain Hikayat Hikayat adalah cerita kuno, sejarah, roman Contoh hikayat Hikayat si miskin dan si kaya Hikayat Hang Tuah Hiikayat jauhat manikam Hikayat panca tanderan Hikayat amir hamzah Hikayat raja-raja pasai Suluk Suluk adalah kitab-kitab yang membentangkan tentang tasawuf Contoh suluk Suluk sukarewa Suluk wujil Suluk syair perahu Suluk siburung pinang Suluk asrar’al arifin Babad Babad adalah cerita sejarah namun lebih banyak berupa cerita daripada urauian sejarahnya Contoh kitab babad Babad tanah jawi Babad giyanti System dan struktur social masyarakat di kerajaan-kerajaan bercorak islam di berbagai daerah Penyebaran agama islam dan pertumbuhan kota Sejalan dengan masuk dan berkembangnya agama islam di nusantara maka berdirilah kerajaan-kerajaan yang bercorak islam. Kerajaan-kerajaan bercorak islam yang mula-mula berdiri antara lain : samudra pasai, aceh, malaka, demak, ternate, tidore, makasar, Banjarmasin dan lain-lain. Daerah-daerah tersebut kemudian berkembang menjadi kota. Sejalan dengan tumbuhnya kota-kota baru di nusantara, maka wilayah perdagangan menjadi semakun luas. Perluasan wilayah kota perdagangan ini makin cepat ketika malaka diduduki portugis tahun 1511. Para pedagang yang semula singgah di malaka akhirnya memindahkan kedaerah lain seperti Tuban, makasar, ternate, tidore dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan masuknya islam di Indonesia memperluas dan mempercepat pertumbuhan kota-kota di Indonesia. Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kota. Ada beberapa factor yang turut serta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Indonesia yaitu sebagai berikut : Letak geografis Yang dimaksudkan adalah letak kerajaan-kerajaan yang berada di muara sungai sngat membantu mempercepat pertumbuhan kerajaan tersebut menjadi sebuah kota. Demikian pendapat Charles M Cooley Adanya hubungan antar kota baik di Indonesia maupun dengan kota-kota luar Indonesia. Samudra pasai, pidie, aceh, Indragiri, Palembang, dan malaka adalah kerajaan-kerajaan yang sering berhubungan dengan pedagang-pedagang asing. Hal ini akan mempecepat daerah-daerah tersebut menjadi perkotaan Factor politik Maksudnya pertumbuhan dan perkembangan kota tersebut bertalian dengan munculnya kekuasaan politik, missal kerajaan demak, Cirebon, banten, sunda kelapa, malaka dan lain-lain. Daerah tersebut menjadi besar karena kekuasaan politik Factor kosmologis dan magis religious Menurut robertvon heine geldem bahwa pendirian pusat kerajaan, penobatan raja, pemberian gelar raja, gelar ratu, menteri-menteri, pendeta keraton, pembagian provinsi dan lain-lain selalu dihubungkan dengan kosmologi dan hal-hal yang bersifat mistis. Tujuannya adalah agar kerajaan itu bisa maju besar dan selamat dan tidak ada gangguan dari maklhuk jahat Cirri-ciri kota masa kerajaan islam Pertumbuhan dan perkembangan kota pada masa kerajaan islam memiliki cirri-ciri sebagai berikut : Ada sebagian kota yang dipagari keliling dan ada yang tidak Ada tempat bertemunya penjual dan pembeli atau pasar. Pasar merupakan pusat aktivitas perdagangan penduduk/masyarakat sekitar. Adanya tempat peribadatan Adanya perkampungan bagi penduduk Kelompok bangunan (keraton) sebagai tempat tinggal raja dan penguasa. Terbentuknya jaringan ekonomi Masuknya agama islam ke Indonesia memiliki andil yang sangat besar terhadap kemajuan di tanah air. Salah satunya adalah munculnya jaringan ekonomi Indonesia. Ketika islam masuk dan berkembang di Indonesia wilayah perdagangan makin meluas. Hal ini disebabkan karena proses penyebaran islam dilakukan melalui perdagangan. Wilayah pesisir dan pantai merupakan daerah-daerah yang mula-mula mendapati kunjungan para pedagang muslim dari arab, Gujarat, Persia. Daerah-daerah pesisir pantai yang sering dikunjungi para pedagang akhirnya tumbuh menjadi pusat-pusat perdagangan dan bahkan banyak yang muncul sebagai kerajaan seperti samudra pasai, aceh, malaka, demak, sunda kelapa, banten, goa, ternate, tidore banjar dan lain-lain. Daerah-daerah tersebut perannya semakin penting karena menjadi pusat perekonomian di daerahnya. Ketika selat malaka dikuasai portugis tahun 1511, pusat perdagangan di sunda kelapa, banten, demak, tuba, gresik, Surabaya, Sulawesi, ternate, tidore makin ramai sebab para pedagang muslim enggan berhubungan dengan portugis di malaka. Jalur pelayaran yang semula melewati selat malaka beralih menuju pantai barat Sumatra terus ke selatan sampai ke selat sunda. Dari selat sunda menyusuri pantai utara pula jawa lalu belok ke utara menuju Sulawesi dan ternate serta banjar. Inilah yang menyebabkan jaringan perdagangan nasional makin ramai. Terbentuknya jaringan intelektual Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan islam di tanah air maka perubahan demi perubahan mulai Nampak di tanah air. Perubahan itu ditandai munculnya kaum intelektual muslim. Ada beberapa factor yang mendorong munculnya intelektual dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut : Orang-orang Indonesia belajar agama ke arab sejak munculnya hubungan dagang dengan Negara muslim. Setelah kembali ketanah air mereka menjadi ulama dan pemuka agama di tanah air. Berdirinya pondok-pondok pesantren di Indonesia seperti pesantren ampel denta di jawa timur. Ulama-ulama arab tinggal di Indonesia dan menikah dengan orang Indonesia lalu menjadi penyebar islam di Indonesia. Tokoh-tokoh intelektual yang muncul pada masa penyebaran islam adalah wali sanga, sunan tembayat, sunan geseng, sunan nundung, syeh yusuf, syamsudin pasai, hamzah fansuri, nurrudin arraniri dan lain-lain. Sementera ulama terkenal yang muncul pada abad 19 dan 20 seperti hasyim asy’ari (pendiri NU), wahab chasbullah, bisri syamsuri, A. Hasan, KH. Ahmad Dahlan, KH. Samanhudi dan lain-lain. BAB IV PERKEMBANGAN NEGARA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA Kerajaan Islam Pertama di Indonesia Kerajaan samudra pasai Berdasarkan catatan mengenai pelayaran dan perdagangan di nusantara, bahwa agama islam masuk di sumatera sekitar abad 7 M dan mulai berkembang pada abad 13 M. sehingga sebagian masyarakat menganggap islam masuk di sumatera baru abad 13 M. padahal islam ada disana sudah ada sejak terjadi hubungan dengan pedagang-pedagan arab, Gujarat dan india. Pendiri Pendiri kerajaan samudra pasai adalah sultan malik al saleh (marah silu) pada abad ke 13 M. bukti-bukti adanya kerajaan samudra pasai adalah Berita marcopolo dari venesia yang pernah singgah di sumatera dia menjumpai orang islam Adanya batu nisan malik al saleh berangka tahun 1927 M. dia adalah raja pertama samudra pasai yang sebelumnya bernama marah silu. Setelah masuk islam dia diberi gelar dan nama oleh syarif ekah “sultan malik al saleh”. Letak Letak kerajaan samudra pasai ada di kampong samudra di tepi sungai pasai sumatera utara. Di dekat daerah tersebut sekarang terdapat sebuah stasiun kereta api. Raja-raja samudera pasai Raja-raja samudera pasai bergelar sultan. Gelar ini diberikan langsung syekh syarif mekah yang waktu itu mengirimkan utusannya untuk mengislamkan marah silu (malik al saleh). Raja-raja yang pernah memerintahkan si samudera pasai adalah : Sultan malik al saleh (1292-1297) Sultan al malikush zahinr (1297-1326) Sultan malikush zahir II (1326-1348) Sultan zainal abiding (1350) Sultan iskandar (1412) Raja-raja samudra pasai yang banyak melakukan kegiatan-kegiatan khususnya ilmu pengetahuan adalah sultan malikush zahir II. Beliau aktif memajukan ilmu pengetahuan dan mengembangkan kerajaannya. Beliau adalah seorang raja yang alim dan teguh imannya. Menurut ibnu batutah dari maroko yang pernah singgah di pasai sultan zahir II adalah : Baginda sangat kuat imannya dengan bermadzhab syafii Baginda sangat rajin mengajarkan agama dengan bantuan guru agama Baginda memiliki armada yang besar sehingga pasai menjadi kota Bandar yang banyak dikunjungi pedagang untuk memperoleh barang dagangan seperti rempah-rempah dan emas dan lain-lain. Mereka ada yang berasal dari Gujarat, cina, arab dan jawa. Baginda menjadikan pasai sebagai pusat agama islam dan kegiatan ilmu pengetahuan dengan madzhab syafii. Sehingga pasai menjadi pusat penyiaran agama islam. Berkat samudera pasai daerah minangkabau, jambi, malaka, jawa, dan daerah Indonesia lainnya mulai terpengaruh agama islam. Bahkan sampai ke pattani thailad Dalam pemerintahannya beliau mengangkat seorang qodil (pejabat tinggi) Setelah beliau wafat samudera pasai mengalami kemunduran. Penggantinya yaitu zainal abiding masih terlalu kecil dan belum mampu menjalankan roda pemerintahan. Sehingga pada masa zainal abiding inilah samudera pasai samudera pasai pernah ditaklukan oleh kerajaan siam dan majapahit. Keruntuhan samudera pasai Pada masa zainal abidin samudera pasai didera oleh berbagai serbuan dari pihak luar yang mengakibatkan kerajaan menjadi lemah dan akhirnya runtuh. Adapun sebab-sebab keruntuhannya adalah ; serbuan dari siam kerajaan siam mengirimkan 4000 tentaranya untuk menghancurkan kerajaan samudera pasai. Sesampainya di samudera pasai tentara siam menyerahkan sebuah peti besar yang dikatakan hadiah dari negeri islam untuk raja pasai. Namun setelah peti dibuka dihadapkan raja peti tersebut berisikan 4 buah algojo bertubuh besar yang langsung menangkap zainal abidin lalu dimasukan peti tersebut dan dibawa pergi ke siam dengan dikawal 4000 pasukan. Para pembesar pasai tidak berdaya menghadapi peristiwa ini. Siltan zainal abiding ditawan dan di bawa ke siam sebagai tawanan. Setelah berembuk akhirnya pembesar pasai datang ke siam dengan membawa upeti sebagai tebusan. Zainal abidin dilepas diserahkan kembali. Dengan demikian strategi siam berhasil untuk menaklukan pasai. Serangan majapahit Tak lama setelah diserbu oleh siam, kerajaan pasai ganti diserbu majapahit. Karena pasukan kalah kuat pasai tidak mampu mempertahankan diri kecuali menyerah dan tunduk kepada majapahit. Serbuan dari nakur (aceh dalam) Ketika terjadi serangan dari aceh dalam. Zainal abidin tewas. Permaisuri zainal abiding akhirnya membuat sandiwara. Barang siapa bisa membalas kematian suaminya akan dijadikan pendampingnya. Tampilah seorang nelayan dengan gagah berani memimpin pasukannya menyerbu negeri nakur dan berhasil. Nelayan yang berjasa ini langsng dijadikan suami dan diangkat menjadi raja pasai, tetapi raja baru ini akhirnya dibunuh oleh putra mahkota sendiri. Pada masa sultan iskandar pasai mengadakan hubungan persahabatan dengan tiongkok yaitu sejak datangnya laksamana ceng ho. Tiongkok melindungi pasai dari setiap ancaman dari luar. Berdirinya malaka Setelah malaka berdiri tahun 1400 M keadaan pasai sudah payah dan akhirnya terdesak oleh malaka. Apalagi malaka yang letaknya sangat strategis memudahkan kerajaan tersebut berkembang pesat karena banyak yang didatangi pedagang-pedagang asing. Konsep Kekuasaan di Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha dan Kerajaan Bercorak Islam System kekuasaan pada kerajaan-kerajaan hinsu-budha dan islam pada umumnya adalah berasaskan keturunan atau turun-temurun. Jika tidak demikian seseorang bisa menjadi raja karena ditahbiskan oleh pendeta melalui upacara Vratoyastoma. Pada masa perkembangan islam seseorang bisa menjadi raja karena ditobatkan oleh para wali seperti di demak, Cirebon, dan banten. Sementara malik al saleh dari samudra pasai dinobatkan menjadi sultan oleh syeh ismail dari arab. Konsep Kekuasaan pada kerajaan hindu-budha menganggap bahwa raja adalah keturunan dewa di bumi. Raja memegang otoritas politik tertinggi dan menduduki puncak hirarki kerajaan. Dalam melaksanakan tugasnya raja dibantu sejumlah pejabat birokrasi. Seperti di masyarakat, seorang raja dibantu oleh dewan sapta prabu, ada maha menteri kartini, ada pancaring wilwakita dan paningkah sri narendradwipa. Di dalam kerajaan hindu-budha tidak ada gelar khusus bagi sebutan raja. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam, ada beberapa sebutan bagi raja-raja islam seperti sebutan bagi raja-raja jawa adalah sultan, susuhunan, panembahan dan maulana. Di Sulawesi selatan rajanya bergelar samboya (yang disembah). Sementara di luwu rajanya bergelar mapayunge dan di bone bergelar mangkaue (yang bertahta). Didalam kebudayaan jawa konsep kekuasaan di kerajaan hindu-budha dan islam pada umumnya menyatakan raja adalah makhluk yang tertinggi di rakyat. Pribadi yang sacral penuh charisma. Didalam serat niti praja dikatakan bahwa raja diumpamakan bahwa raja berkuasa atas hidup dan matinya sandang dan pangan rakyatnya. Struktur Birokrasi Hubungan Pusat Daerah dan Hukum di Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam. Kerajaan Mataram Islam Kerajaan mataram islam didirikan oleh panembagan senopati tahun 1575 dan mencapai kejayaan pada masa sultan agung hanyokrokusumo (1613 – 1645). Wilayahnya meliputi jawa tengah, jawa timur dan sebagian jawa barat. Sultan agung pernah bercita-cita ingin menyatukan wilayah pulau jawa di bawah kekuasaannya. Untuk mewujudkan cita-citanya beliau melakukan usaha menyerang VOC di Batavia tahun 1628 dan 1629 tetapi gagal karena mataram kalah persenjataan, jaraknya terlalu jauh, kekurangan bekal, gagal membendung sungai ciliwung dan meninggalnya baurekso. Sepeninggal sultan agung kerajaan mataram mengalami kemunduran dan akhirnya pecah menjadi dua yaitu mataram jogja dan mataram Surakarta (diatur dalam perjanjian giyanti 1775). Tahun 1757 mataram Surakarta pecah menjadi dua lagi yaitu kasunanan dan mangkunegaran, sementara mataram Yogyakarta pecah menjadi dua yaitu kasultanan dan pakualaman. System pembagian wilayah Kerajaan mataram dibagi menjadi beberapa kesatuan wilayah dengan keraton sebagai pusatnya. Wilayah itu antara lain : Kutonegara atau kutagara yaitu wilayah keraton yang dipimpin oleh raja. Negoro agung yaitu wilayah yang mengitari ibu kota kerajaan yaitu : kedu, siti ageng (bumi ageng), bagelan, dan pajang. Masing-masing wilayah kemudian dibagi menjadi 2 yaitu : Wilayah kedu terdiri atas siti bumi dan bumijo Wilayah siti ageng teridi atas siti ageng kiwo dan siti ageng tengen Wilayah bagelen terdiri atas daerah sewu dan numpak anyar Wilayah pajang terdiri atas penumping dan panekar Mancanegara wetan (jawa timur) dan mancanegara kilen (jawa tengah) yaitu wilayah diluar pantai dan bukan negoro agung. Masing-masing dipimpin oleh seorang bupati. Beberpa bupati dikoordinir oleh wedana bupati Pasisiran wetan dan pasisiran kilen, biasanya sungai serang yang mengalir antara demak dan jepara. Masing-masing pasisiran dipimpin wedana bupati. Pesisir wetan pusatnya di jepara dan perisir kilen pusatnya di tegal. Susunan pemerintahan Susunan pemerintahan mataram adalah sebagai berikut Raja adalah penguasa tertinggi kerajaan Wedana lebet jumlahnya 4 yaitu wedana gedong kiwo, wedana gedong tengen, wedana keparak kiwo, wedana keparak tengan, keempat wedana ini dipimpin pejabat tinggi namanya patih lebet. Wedana jawi jumlahnya ada 8 yaitu wedana bumi, wedana bumijo, wedana sewum wedana numbak anyar, wedana siti ageng kiwo, wedana siti ageng tengen, wedana penumping, wedana panekar Tumenggung ada dua orang yang bertanggung jawab langsung kepada raja Bupati yaitu mengepalai daerah mancanegara wetan dan kilen Wedana bupati yaitu memimpin pesisiran wetan dan kilen juga coordinator bupati mancanegara wetan dan kilen Abdi dalem pametaan/pemutihan yaitu pejabat keagamaan meliputi penghulu, katib, modin, naib, suronoto Penghulu istana yaitu jabatan tertinggi di bidang agama Perdikan mutihan yaitu ulama yang mengepalai desa dengan tugas memelihara tempat badah seperti masjid, meberi pelajaran agama di daerahnya. Perdikan kuncen yaitu perugas yang memelihara makam keluarga raja. Pujangga yaitu pejabat yang memiliki keahlian di bidang sastra, adat seni, babad sejarah, silsilah raja, syair, filsafat dan lain-lain. Jeksa yaitu petugas yang membuktikan atas kesalahan pesakitan Bangsa pancaniti yaitu tempat siding untuk mengadili pesakitan yang mengadili raja sendiri Mertalutut atau singanagara yaitu pelaksana hukuman mati. Hubungan pusat dan daerah Untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara pemerintahan pusat dengan daerah serta mencegah timbulnya pemberontakan dari daerah perlu ada trik-trik sendiri bagi raja seperti raja harus berwibawa dan tegas membangun kesetiaan penguasa daerah dalam pengangkatan pejabat perlu seleksi yang ketat yaitu yang loyal pada raja. Mengadakan pengawasan yang ketat Para pejabat dikumpulkan pada acara tertentu seperti grebeg maulud untuk mengetahui kesetiaan mereka. Para pejabat yang tidak hadir dalam pertemuan perlu dicurigai Mengirim telik sandi untuk mengetahui tingkah laku para pejabat yang dicurigai Para penguasa daerah harus menyerahkan upeti (glondong pangaren-areng) Sering memindahkan pejabat-pejabat untuk menghindari besarnya kekuasaan di daerah Perlunya angger-angger (peraturan) untuk menertibakan keadaan Kerajaan Banjar Kerajaan banjar didirikan oleh pangeran samudra atau sultan suryanullah setelah masuk islam pada abad 16 M. Susunan pemerintahan banjar Susunan pemerintahan banjar meliputi : Sultan adalah penguasa tertinggi banjar Patih mangkubumi dan mantra sikap mengurusi perbendaharaan istana termasuk menarik pajak bea cukai untuk pemasukan kas kerajaan. Pengapit mangkubumi adalah penghulu Patih bali yaitu petugas sebagai hakim Patih muhur yaitu petugas sebagai hakim Sarawisa (jumlah 50 orang) bertugas membersihkan istana yang dikepalai raksayuda Margasari (jumlah 40 orang) bertugas mengawasi raja saat menghadapi para pembesar kerajaan dipimpin sarayuda Saragani yaitu petugas yang mengurusi senjata seperti tombak, keris, tongkat, panah, perisai, senjata api dan lain-lain. Dikepalai saradipa/wangsanala Mangumbara yaitu kelompok khusus untuk upacara kerajaan Paying bawat yaitu pembawa alat upacara seperti paying Singapati/singataka yaitu petugas penjaga keamanan pasar Wargasari yaitu petugas yang mengurusi bidang ekonomi Juru gedong bertugas mengurusi bidang ekonomi Anggamarta yaitu sebagai kepala pelabuhan/bea cukai Juru Bandar yaitu petugas pelabuhan local Wiramarta yang mengurusi bidang perdagangan. Mufti sebagai hakim tertinggi kerajaan yang mengepalai hakim-hakim bawahan Penghulu islam yaitu pemuka agama kepala masjid besar Lalawang kepala distrik Pembekel yaitu kepala desa tertua yaitu kepala kampong. Kerajaan Aceh Kerajaan aceh berdiri abad 17 dan mencapai puncak kejayaan pada masa sultan iskandar muda. Pada masanya inilah disusun undang-undang dengan tata pemeritahan yang disebut adat mahkota alam. Susunan pemerintahan aceh Kesultanan aceh dibagi menjadi 3 wilayah sagi dan wilayah pusat kerajaan. Tiap-tiap sagi terdiri dari sejumlah mukim. Tiga sagi di aceh disebut sagi XXV mukim. Tiap-tiap sagi dikepalai seorang panglima sagi atau hulubalang besar. Setiap distrik atau mukim dikepalai seorang hulubalang yang memiliki kekuasaan otonom. Tiap mukim terdiri dari beberapa gampong yang masing-masing dikepalai seorang keuci. Gampong dibagi menjadi wilayah yang lebih kecil lagi yang memiliki tempat ibadah sendiri yang dikepalai seorang mmeusanah. System pergantian tahta Apabila raja meninggal maka anak laki-laki raja yang lahir dari isteri pertama. Apabila tidak ada maka diambilkan dari putra laki-laki lain. Jika tidak ada laki-laki, putrid pun bisa memangku jabatan raja (sultanah). Jika raja pengganti belum dewasa maka ibu atau paman dapat memegang tali kendali pemerintahan. Penghasilan kerajaan Penghasilan kerajaan dapar diperoleh dari pajak dan cukai. Misalnya pajak dari rakyat pribumi, orang asing, pajak tanah (wase tanah), pajak pasar, adat peukan. Dari cukai misalnya pajak lada, pajak pinang, pajak hasil hutan. Kemunduran Aceh Tidak ada raja-raja besar yang mampu mengendalikan daerah aceh yang luas Daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri Mundurnya perdagangan karena selat malaka berhasil dikuasai belanda. BAB V MENGANALISIS PROSES INTERAKSI ANTARA TRADISI LOKAL HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA Perpaduan Tradisi Lokal Hindu-Budha dan Islam Institusi Sosial Masyarakat di berbagai Daerah Grebeg Maulud. Grebeg maulud pesat menyambut hari kelahiran Muhammad SAW yang jatuh tanggal 12 Maulud. Dalam menyambut hari kelahiran Muhammad SAW pihak keraton biasanya mengadakan 3 macam kegiatan yaitu : Keramaian sekaten 1-2 minggu Upacara sekaten, tanggal 5-11 maulud Grebeg maulud yang jatuh tanggal 12 maulud Sekaten Sekaten adalah perayaan untuk menyambut hari kelahiran Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul awal. Menjelang upacara sekatenan biasanya didahului berbagai macam keramaian seperti pembukaan berbagai macam stand untuk berjualan berbagai macam barang, permaian, atraksi. Sementara di masjid-masjid di bacakan sejarah nabi dengan mambaca kitab berjanji secara bergantian. Pada tanggal maulud dikeluarkan gamelan yang diberi nama kiai Guntur madu dan nogowilogo yang ditempatkan di bangsal ponconiti. Waktu tengah malam gamelan itu dipindahkan ke halaman masjid agung. Gamelan tersebut dimainkan tiap hari sehabis subuh sampai petang dan sehabis is’ya sampai tengah malam kecuali hari kamis petang sampai jum’at siang. Pada tanggal 11 maulud sultan dengan diikuti para pembesar menghadiri perayaan maulud nabi di masjid agung. Sebelum memasuki masjid diadakan upacara udik-udik/menyebar uang logam oleh pangeran tertinggi. Uang tersebut untuk diperebutkan masyarakat guna mendapat berkah. Keberuntungan udik-udik diulangi lagi oleh sulan ketika ada di masjid. Perayaan Malam 1 Suro Pada malam satu suro di keraton Surakarta baik kasunanan dan mangkunegaran diadakan upacara malam 1 suro. Kegiatan ini dirandai dengan mengarak/arak-arakan para abdi dalem sambil membawa benda-benda keramat seperti kyai slamet (kebo bule). Sementara di mangkunegaran masyarakat sekitar melakukan kegiatan mengelilingi keraton mangkunegaran guna mendapatkan berkah. Perpaduan Kepercayaan Lokal Hindu-Budha dan Islam Dalam Kehidupan Keagamaan Masyarakat di Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam. Perkembangan islam di Indonesia tidak bisa menghindari unsure-unsur lama yang sudah lebih dulu berkembang di Indonesia. Masyarakat pada umumnya dan jawa khususnya telah memiliki akar tradisi Hindu-Budha maupun tradisi local yang sulit untuk ditinggalkan, sehingga ketika islam masuk di Indonesia tradisi lama tidak disingkirkan melainkan berinteraksi dengan islam. Bahkan para pendahulu kita seperti wali sanga ketika berdakwah tidak langsung membuang tradisi lama melainkan tradisi lama tetap berjalan namun diisi dengan ajaran islam. Unsure-unsur islam mulai dimasukan dalama tradisi lama sehingga terjadilah percampuran kepercayaan atau sering disebut sinkritisme. Proses percampuran kepercayaan antara islam dengan tradisi lama terus berlangsung dan tetap bertahan sampai sekaran ini. Di beberapa kota besar masalah percampuran kepercayaan yang ada pada islam sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggalkan. Masyarakat mulai mengdakan pembaharuan dan pembersihan ajaran agama yang tercampur dengan kepercayaan lain. Upaya ini makin gencar setelah berdiri beberapa organisasi islam modern seperti muhammadiyah, al irsyad, sarikat islam dan lain-lain. Namun kita sadar bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia ada daerah pedesaan yang sulit menerima pembaharuan. Sekaten Sekatenan adalah tradisi menyambut Maulud nabi (kelahiran nabi Muhammad SAW) yang jatuh tiap tanggal 12 rabiull awal di keraton yogya, solo, Cirebon. Tradisi sekaten diperkenalkan pertama kali oleh raden patah dari demak sebagai sarana dakwah, kemudian tradisi ini tetap dipertahankan di Yogyakarta dan Surakarta. Ziarah Kebiasaan ziarah merupakan kebiasaan atau tradisi lama seperti mengunjungi candi atau tempat suci lainnya dengan maksud melakukan permujaan terhadap roh nenek moyang. Kebiasaan semacam ini kadang masih berlanjur pada zaman madya di mana seseorang berziarah ke makam wali, orang-orang pintar dan orang yang dianggap keramat disertai dengan membakar kemenyan, menabur bunga tertentu di makam tersebut. Ini adalah lanjutan kebiasaan/tradisi lama. Kebiasaan semacam ini memang sulit dihilangkan karena kebiasaan lama sudah tumbuh berakar pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Selamatan Apabila ada orang meninggal dunia biasanya diadakan selamatan pada hari ke 3, 7, 40, 100 mendak (1 tahun), dan 1000 dengan tujuan mengantarkan roh yang meninggal di hadapan sang pencipta. Begitu juga bila ada orang hamil 7 bulan pertama biasanya diadakan selamatan untuk memohon kepada sang pencipta agar diberi keselamatan. Hal-hal semacam ini sebenarnya di dalam islam tidak ada, itu adalah tradisi lama yang berinteraksi dengan islam. Islam wetu telu di Lombok Pulau Lombok merupakan pulau orang sasak, yang hampir semua penduduknya beragama islam. Karena adanya sikritisme dengan tradisi lama, masyarakt islam Lombok terdapat dua jenia yaitu islam lima waktu dan islam wetu telu (tiga waktu). Agama wetu telu seperti hindu bali dan kejawen. Di satu sisi dia mengaku islam namun di sisi lain dia melakukan ritual-ritual seperti tradisi setempat atau mirip hindu. Wetu telu orang sasak percaya bahwa kematian tidak berarti perpisahan selamanya. Jiwa orang mati mungkin pergi kea lam lain tetapi mereka dapat kembali kedunia oleh karena itu mereka tetap mempengaruhi kehidupan keturunannya yang masih hidup. Arwah para leluhur dapat diundang dalam perayaan jika diperlakukan dengan benar mereka dapat membantu orang hidup dan memudahkan usaha. Masjid wetu telu di bayan Lombok Masjid wetu tellu di bayan Lombok utara merupakan pusat tempat suci bagi orang islam wetu telu. Masjid ini memiliki cirri khas yaitu adanya naga bayan (makhluk pelingung desa) yang ada diatas mimbar. Masjid bayan ini tidak pernah digunakan khotbah jumat. Jamaah datang ke masjid pada saat-saat tertentu, missal seperti : Jika ada persembahan untuk kyai pada hari tertentu Jika ada perayaan maulud nabi para kyai berkumpul makan bersama Pada bulan ramadhan para kyai berkumpul untuk membaca doa Hari terakhir bulan ramadhan untuk buka bersama. Saat iutlah kyai berkhotbah padahal biasanya tidak ada khotbah. Jika terjadi bencana alam para kyai bertemu di masjid untuk mengadakan upacara yang disebut lohor jariang jum’at. Upacara ini diakhiri khotbah khas bayan dengan bahasa daerah bukan bahasa arab. Perpaduan arsitektur local hindu-budha dan islam di berbagai di daerah di wilayah Indonesia. Masuknya agama islam ke nusantara tidak mematikan tradisi lama melainkan memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia. Tradisi lama seperti zaman purba, zaman hindu-budha, ketika islam masuk mulai berinteraksi dengan islam. Hal ini Nampak pada beberapa bangunan seperti berikut : Masjid Masjid artinya adalah tempat sujud atau tempat salat. Dalam perkembangannya masjid yang ada di Indonesia berbeda dengan masjid yang ada di timur tengah. Pada bagian tertentu masjid di Indonesia memiliki cirri-ciri tertentu yang disebabkan karena pengaruh budaya lama yang ada di Indonesia. Atap tumpang Yaitu atap yang bersusun makin keatas makin kecil dan pada tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atap biasanya ganjil ada yang tiga, ada yang lima seprti masjid banten. Atap tumpang inilah pengaruh hindu (pura). Pembangunan masjid dengan atap tumpang pada waktu dulu tentu memiliki maksud tertentu, yaitu sebagai media dakwah. Atap tumpang saat ini masih digunakan di bali yang disebut meru. Fungsinya khusus mengatapi bangunan-bangunan yang suci didalam pura. Dari uraian diatas Nampak jelas bahwa ada pengaruh lama terhadap bentuk bangunan masjid di Indonesia. Letak masjid Masjid-masjid kuno di Indonesia umumnya dibangun di sebelah barat alun-alun, khususnya masjid yang dibangun oleh kerajaan islam sementara letak istana di sebelah utaranya atau selatan alun-alun. Letak ini tentu memiliki maksud. Alun-alun merupakan tempat bertemunya rakyat dengan raja. Maka masjid adalah tempat bertemunya raja dengan rakyat sebagai makhluk Allah SWT. Soko guru Yaitu 4 buah tiang sebagai penyangga atap yang bentuknya bujur sangkar. Ruangan ini merupakan ruangan inti. Di sebelah barat ruangan inti ada ceruk yang fungsinya sebagai tempat imam shalat yang biasanya disebut mihrab. Sebelah kiri mihrab biasanya ada mimbar tempat khatib berkhotbah. Pawastren Adalah ruangan khusus bagi wanita yang letaknya ada disebelah kiri atau kanan masjid. Pawastren bukan bagian inti masjid melainkan ruang tambahan khusus untuk jamaah perempuan. Menara Masjid-masjid kuno di Indonesia pada mulanya tidak ada menara (tempat muadzin menyerukan adzan). Di Indonesia hanya ada dua masjid yang menggunakan menara yaitu masjid kudus dan masjid banten, kedua menara pun beda bentuknya menara kudus bentuknya seperti candi di jawa timur, sementara menara masjid banten menrupai mercusuar eropa. Makam Dalam tradisi islam orang yang meninggal, mayatnya dimandikan, dikafani, dishalatkan lalu dikubur setelah itu baru ditalqin sebagai bekal untuk menghadapi pertanyaan malaikat munkar dan nakir. Pada hari ke 3, 7, 40, 100 dan 1000 hari meninggalnya seseorang, diadakan selamatan untuk mengantar rohnya mengjadapi sang pencipta. Selamatan-selamatan ini adalah tradisi yang berlaku pada zaman purba yang hidup terus sampai zaman madya. Hanya saja isinya yang diganti dengan hal-hal yang bersifat isalm seperti kaliimat tahlil, tahmid, dan tasbih yang biasanya dibaca saat selamatan. Setelah upacara selamatan berakhir, barulah kuburan diabadikan dengan jirat atau kijing. Diatas kijing didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah. Di Sulawesi selatan cungkup disebut kubangan. Pada zaman madya cungkup yang ada bentuknya runcing dan ada yang berbentuk bubungan. Cungkup yang runcing dianggap paling suci atau paling tinggi, dan hubungan biasanya mengatapi sebuah bangsal yang dibawahnya terdapat banyak makam. Makam pada zaman madya hampir tidak ada bedanya dengan candi pada zaman purba. Keduanya berfungsi sebagai tempat kediaman yang terakhir. Banyak makam yang dibangun punden berundak dan susunan halaman candi dan pura. Makam imogiri di Yogyakarta Makam raja-raja mataram islam dibangun di imogiri, letaknya diatas sebuah bukit. Untuk menuju ke makam tersebut peziarah harus menaiki tanah yang dibikin berundak-undak untuk menuju kemakam induk. Hal ini mengingatkan kita akan tradisi lama seperti bangunan candi Borobudur. Bila kita amati candi Borobudur bentuknya berudak-undak seperti bangunan pada zaman megalitukum, yaitu punden berundak. Jika kita tarik garis kesimpulan antara punden berundak candi Borobudur makam raja mataram ada saling pengaruh satu sama lain. SUMBER
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar